Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Tofan Mahdi mengaku perlu mengembangkan diplomasi dan komunikasi internasional untuk menghadapi tantangan ke depan.
Tofan Mahdi dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Selasa mengatakan hal itu karena salah satu tantangan yang paling mencolok adalah sikap dan perlakuan beberapa negara Eropa yang tidak adil terkait dengan perdagangan internasional.
"Aspek komunikasi ke luar negeri harus didukung aktivitas diplomasi yang kuat," kata Tofan Mahdi.
Menurut Tofan Mahdi, pemberitaan kelapa sawit di dalam negeri sudah jauh lebih baik dibandingkan 10 tahun lalu. Berita negatif sawit di dalam negeri jauh berkurang dan kecenderungan ke arah berita positif semakin tinggi.
Kondisi ini, sambung Tofan Mahdi, tidak lepas dari aktivitas komunikasi yang dijalankan GAPKI dalam 10 tahun terakhir.
"Tantangan besar kita sekarang justru bagaimana memberikan pemahaman yang lebih baik untuk masyarakat internasional. Karena itu, aspek diplomasi luar negeri harus ditingkatkan agar memberikan dampak yang lebih baik," ujarnya.
Selain itu, mempertahankan komunikasi positif yang sudah dijalankan oleh GAPKI sekarang adalah keharusan. Bahkan kalau perlu ditingkatkan ke level yang lebih tinggi karena kontribusi industri sawit terhadap devisa negara sangat signifikan.
"Sekarang bagaimana dampak berita positif di dalam negeri ini juga terjadi di level internasional," ujarnya.
Tofan Mahdi menilai sekarang saatnya diplomasi diperkuat dengan dukungan diplomasi dan komunikasi luar negeri yang lebih efektif.
"Kalau persepsi positif dari dunia internasional kita dapatkan, dampaknya terhadap industri sawit dalam negeri akan signifikan," katanya.
Dia pun berharap Musyawarah Nasional (Munas) Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada tanggal 8-11 Maret 2023 di Bali ini dapat merumuskan strategi diplomasi dan komunikasi internasional yang lebih efektif.
"Munas GAPKI diharapkan menghasilkan yang terbaik untuk kontribusi yang lebih besar bagi bangsa dan negara," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Tofan Mahdi dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Selasa mengatakan hal itu karena salah satu tantangan yang paling mencolok adalah sikap dan perlakuan beberapa negara Eropa yang tidak adil terkait dengan perdagangan internasional.
"Aspek komunikasi ke luar negeri harus didukung aktivitas diplomasi yang kuat," kata Tofan Mahdi.
Menurut Tofan Mahdi, pemberitaan kelapa sawit di dalam negeri sudah jauh lebih baik dibandingkan 10 tahun lalu. Berita negatif sawit di dalam negeri jauh berkurang dan kecenderungan ke arah berita positif semakin tinggi.
Kondisi ini, sambung Tofan Mahdi, tidak lepas dari aktivitas komunikasi yang dijalankan GAPKI dalam 10 tahun terakhir.
"Tantangan besar kita sekarang justru bagaimana memberikan pemahaman yang lebih baik untuk masyarakat internasional. Karena itu, aspek diplomasi luar negeri harus ditingkatkan agar memberikan dampak yang lebih baik," ujarnya.
Selain itu, mempertahankan komunikasi positif yang sudah dijalankan oleh GAPKI sekarang adalah keharusan. Bahkan kalau perlu ditingkatkan ke level yang lebih tinggi karena kontribusi industri sawit terhadap devisa negara sangat signifikan.
"Sekarang bagaimana dampak berita positif di dalam negeri ini juga terjadi di level internasional," ujarnya.
Tofan Mahdi menilai sekarang saatnya diplomasi diperkuat dengan dukungan diplomasi dan komunikasi luar negeri yang lebih efektif.
"Kalau persepsi positif dari dunia internasional kita dapatkan, dampaknya terhadap industri sawit dalam negeri akan signifikan," katanya.
Dia pun berharap Musyawarah Nasional (Munas) Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada tanggal 8-11 Maret 2023 di Bali ini dapat merumuskan strategi diplomasi dan komunikasi internasional yang lebih efektif.
"Munas GAPKI diharapkan menghasilkan yang terbaik untuk kontribusi yang lebih besar bagi bangsa dan negara," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023