Kabar menghebohkan bertiup dari Liga Inggris bahwa penguasa Qatar tertarik membeli salah satu klub terkaya di dunia, Manchester United, yang memang tengah dalam proses dijual oleh pemiliknya, keluarga Glazer.
Menurut The Guardian, pemimpin Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, bakal segera mengajukan tawaran senilai 4,5 miliar pound (Rp82,2 triliun) untuk membeli klub yang sudah 20 kali menjuarai Liga Utama Inggris itu.
Harga ini masih di bawah angka 6 miliar pound (Rp109,66 triliun) seperti sudah dipasang keluarga Glazer.
Namun demikian, angka itu tetap lebih besar dibandingkan dengan harga yang diajukan orang terkaya di Inggris, Sir Jim Ratcliffe.
Ratcliffe sejauh ini menjadi satu-satunya pihak yang sudah resmi menawar MU dengan mengajukan harga penawaran 4,25 miliar pound (Rp77,6 triliun).
Sheikh Tamim kemungkinan mengakuisisi Setan Merah lewat lengan investasi Qatar bernama Qatar Sports Investment (QSI) yang sejak 2011 juga memiliki Paris Saint Germain di Liga Prancis.
Jika Sheikh Tamim benar membeli United, maka dia terlebih dahulu harus membujuk badan sepak bola Eropa (UEFA) agar mengubah ketentuan berkaitan dengan Liga Champions.
Selama ini UEFA melarang dua atau lebih klub yang dimiliki investor yang sama, bertemu dalam kompetisi elite Eropa itu.
Ganjalan lain datang dari badan hak asasi manusia Amnesty International yang mewanti-wanti Liga Premier agar menguatkan lagi aturan kepemilikan klub sepakbolanya.
Amnesty International turut menyoroti catatan hak asasi manusia Qatar dalam soal hak pekerja migran, LGBT, dan kaum perempuan, seperti terjadi selama Piala Dunia 2022 lalu.
Situasi Qatar itu mirip dengan faktor yang membuat Arab Saudi gagal membeli klub yang sama beberapa tahun lalu.
Waktu itu, para pegiat HAM mengingatkan Liga Inggris mengenai peran Pangeran Mohammed bin Salman dalam pembunuhan wartawan Jamal Kashoggi pada 2018.
Saudi akhirnya membeli Newcastle United secara tak langsung lewat konsorsium beranggotakan Saudi Public Investment Fund (PIF), PCP Capital Partners, dan Reuben Brothers, pada 2021.
Baca juga: Liga Inggris: Gol Rashford dan Sancho bantu MU dari kekalahan atas Leeds
Akhiri paceklik gelar
Entah apa yang akan terjadi pada proses divestasi Manchester United nanti. Yang pasti, keluarga Glazer sudah memasang tenggat penawaran sampai pertengahan Februari ini.
United juga diincar oleh investor-investor besar lain, termasuk sebuah konsorsium swasta Saudi yang disebut-sebut turut tertarik membeli Setan Merah.
Namun, sama seperti Qatar yang sudah memiliki PSG, Saudi sendiri telah mempunyai Newcastle.
Meskipun demikian, masih belum jelas benar apakah pihak Saudi yang bakal mengikuti tender Manchester United itu sama dengan pihak yang saat ini memiliki Newcastle.
Satu hal pasti, jika semua ini terjadi, maka Mancheter United bakal semakin diguyur dana yang tak ada habisnya, seperti PSG yang tak segan mendatangkan para superstar berharga selangit seperti Neymar dan Lionel Messi.
Injeksi dana segar yang niscaya mengalir bagai air bah itu, bisa membuat restrukturisasi United dalam matra apa pun, berjalan mulus. Bukan saja saat membeli pemain-pemain top dunia, tapi juga ketika harus mempermodern fasilitas-fasilitas klub, termasuk stadion.
Asal tahu saja, dengan jumlah dana terhimpun 379 miliar pound (Rp6.931 triliun), QSI bisa tak punya lawan di Inggris, termasuk City Football Group pimpinan wakil perdana menteri Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour bin Zayed bin Sultan Al Nahyan, yang memiliki Manchester City.
Mereka juga bukan tandingan PIF yang memiliki Newcastle, padahal kekuatan dana PIF saja jauh di atas kekuatan dana pemilik Manchester City.
Buktinya, sekalipun merajai Liga Inggris belakangan ini, City tak pernah berani mengontrak superstar seperti Neymar, Lionel Messi atau Kylian Mbappe seperti dilakukan Qatar di PSG.
Kemampuan keuangan ini pula yang membuat Qatar lebih cepat menghadirkan sukses kepada PSG.
Sejak mengakuisisi penuh PSG pada Maret 2012, klub Prancis ini sudah delapan kali menjuarai liga.
Mereka langsung menutup paceklik gelar juara liga selama 19 tahun pada musim pertamanya dikuasai penuh oleh Qatar pada 2012-2013.
Selama diayomi Qatar, PSG juga sudah enam kali menjuarai Piala Prancis dan enam kali juara Piala Liga. Sayang, kendati langganan masuk Liga Champions sejak diakuisisi Qatar, PSG tak pernah menjuarai kompetisi ini.
Ini nilai minus Qatar dibandingkan dengan Keluarga Glazer yang semenjak mengakuisisi penuh MU pada 2005, telah mempersembahkan satu trofi juara Liga Champions, satu gelar juara Liga Europa, dan satu trofi Piala Dunia Klub.
Percepat transformasi United
Namun begitu, selama 18 tahun memiliki klub yang bermarkas di Old Trafford itu, keluarga Glazer baru enam kali mengantarkan Setan Merah menjuarai liga yang itu pun tak pernah dilakukan berturut-turut.
Padahal, dalam rentang waktu lebih pendek selama 11 tahun, Qatar sukses mengantarkan PSG delapan kali juara liga yang nyaris dilakukan berturut-turut.
Catatan Qatar itu hampir mirip dengan jejak Uni Emirat Arab di Manchester City yang walau belum menjuarai Liga Champions, tak pernah absen mengikuti kompetisi elite Eropa itu dalam 12 musim terakhir.
Sejak diakuisisi UEA pada 2008, City sudah enam kali menjuarai liga sejak 2012. Mereka juga sudah tiga kali runner up sehingga selalu masuk dua besar kecuali musim 2015-2016.
Oleh karena itu, jika Manchester United dibeli Qatar, maka peruntungan klub ini niscaya langsung terangkat ke tingkat lebih tinggi lagi.
Itu karena QSI Qatar berpengalaman dalam menyulap sebuah klub yang tadinya tengah dalam kondisi biasa-biasa menjadi klub raksasa seperti dilakukan terhadap Paris Saint Germain di Prancis.
Prestasi seperti itu tak ada dalam curriculum vitae Todd Boehly yang mengakuisisi Chelsea pada 30 Mei 2022 atau PIF yang membeli Newcastle United, atau bahkan Jim Ratcliffe yang walau memiliki salah satu klub balap sepeda terkemuka di dunia, belum memiliki rekam jejak mengelola klub sepakbola.
Dengan kondisi seperti itu, di bawah kepemilikan Qatar, transformasi Manchester United bisa berjalan jauh lebih kencang lagi.
Saat ini saja di bawah kepemimpinan Erik ten Hag, United di ambang merebut trofi Piala FA yang bisa mengakhiri paceklik gelar selama enam tahun terakhir.
Sejak mengangkat trofi Liga Europa pada Mei 2017, Manchester United belum pernah lagi merasakan indahnya menjuarai sebuah turnamen atau kompetisi.
United juga masih di jalur yang benar untuk memuncaki liga, walau tertinggal tujuh poin dari Arsenal.
Perkara kasus keuangan yang tengah menimpa Manchester City juga bisa membuat United menjadi pengganggu paling sengit untuk ambisi Arsenal menjuarai liga untuk pertama kalinya dalam 19 tahun terakhir.
Maka bayangkanlah, jika perjalanan yang sudah dalam trek di bawah asuhan Erik ten Hag saat ini, mendapatkan suntikan dana yang tak ada habisnya seperti sudah ditunjukkan Qatar di PSG.
Bagi penggemar United, kabar ini tentu amat membahagiakan, walau masih baru dalam wacana.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Menurut The Guardian, pemimpin Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, bakal segera mengajukan tawaran senilai 4,5 miliar pound (Rp82,2 triliun) untuk membeli klub yang sudah 20 kali menjuarai Liga Utama Inggris itu.
Harga ini masih di bawah angka 6 miliar pound (Rp109,66 triliun) seperti sudah dipasang keluarga Glazer.
Namun demikian, angka itu tetap lebih besar dibandingkan dengan harga yang diajukan orang terkaya di Inggris, Sir Jim Ratcliffe.
Ratcliffe sejauh ini menjadi satu-satunya pihak yang sudah resmi menawar MU dengan mengajukan harga penawaran 4,25 miliar pound (Rp77,6 triliun).
Sheikh Tamim kemungkinan mengakuisisi Setan Merah lewat lengan investasi Qatar bernama Qatar Sports Investment (QSI) yang sejak 2011 juga memiliki Paris Saint Germain di Liga Prancis.
Jika Sheikh Tamim benar membeli United, maka dia terlebih dahulu harus membujuk badan sepak bola Eropa (UEFA) agar mengubah ketentuan berkaitan dengan Liga Champions.
Selama ini UEFA melarang dua atau lebih klub yang dimiliki investor yang sama, bertemu dalam kompetisi elite Eropa itu.
Ganjalan lain datang dari badan hak asasi manusia Amnesty International yang mewanti-wanti Liga Premier agar menguatkan lagi aturan kepemilikan klub sepakbolanya.
Amnesty International turut menyoroti catatan hak asasi manusia Qatar dalam soal hak pekerja migran, LGBT, dan kaum perempuan, seperti terjadi selama Piala Dunia 2022 lalu.
Situasi Qatar itu mirip dengan faktor yang membuat Arab Saudi gagal membeli klub yang sama beberapa tahun lalu.
Waktu itu, para pegiat HAM mengingatkan Liga Inggris mengenai peran Pangeran Mohammed bin Salman dalam pembunuhan wartawan Jamal Kashoggi pada 2018.
Saudi akhirnya membeli Newcastle United secara tak langsung lewat konsorsium beranggotakan Saudi Public Investment Fund (PIF), PCP Capital Partners, dan Reuben Brothers, pada 2021.
Baca juga: Liga Inggris: Gol Rashford dan Sancho bantu MU dari kekalahan atas Leeds
Akhiri paceklik gelar
Entah apa yang akan terjadi pada proses divestasi Manchester United nanti. Yang pasti, keluarga Glazer sudah memasang tenggat penawaran sampai pertengahan Februari ini.
United juga diincar oleh investor-investor besar lain, termasuk sebuah konsorsium swasta Saudi yang disebut-sebut turut tertarik membeli Setan Merah.
Namun, sama seperti Qatar yang sudah memiliki PSG, Saudi sendiri telah mempunyai Newcastle.
Meskipun demikian, masih belum jelas benar apakah pihak Saudi yang bakal mengikuti tender Manchester United itu sama dengan pihak yang saat ini memiliki Newcastle.
Satu hal pasti, jika semua ini terjadi, maka Mancheter United bakal semakin diguyur dana yang tak ada habisnya, seperti PSG yang tak segan mendatangkan para superstar berharga selangit seperti Neymar dan Lionel Messi.
Injeksi dana segar yang niscaya mengalir bagai air bah itu, bisa membuat restrukturisasi United dalam matra apa pun, berjalan mulus. Bukan saja saat membeli pemain-pemain top dunia, tapi juga ketika harus mempermodern fasilitas-fasilitas klub, termasuk stadion.
Asal tahu saja, dengan jumlah dana terhimpun 379 miliar pound (Rp6.931 triliun), QSI bisa tak punya lawan di Inggris, termasuk City Football Group pimpinan wakil perdana menteri Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour bin Zayed bin Sultan Al Nahyan, yang memiliki Manchester City.
Mereka juga bukan tandingan PIF yang memiliki Newcastle, padahal kekuatan dana PIF saja jauh di atas kekuatan dana pemilik Manchester City.
Buktinya, sekalipun merajai Liga Inggris belakangan ini, City tak pernah berani mengontrak superstar seperti Neymar, Lionel Messi atau Kylian Mbappe seperti dilakukan Qatar di PSG.
Kemampuan keuangan ini pula yang membuat Qatar lebih cepat menghadirkan sukses kepada PSG.
Sejak mengakuisisi penuh PSG pada Maret 2012, klub Prancis ini sudah delapan kali menjuarai liga.
Mereka langsung menutup paceklik gelar juara liga selama 19 tahun pada musim pertamanya dikuasai penuh oleh Qatar pada 2012-2013.
Selama diayomi Qatar, PSG juga sudah enam kali menjuarai Piala Prancis dan enam kali juara Piala Liga. Sayang, kendati langganan masuk Liga Champions sejak diakuisisi Qatar, PSG tak pernah menjuarai kompetisi ini.
Ini nilai minus Qatar dibandingkan dengan Keluarga Glazer yang semenjak mengakuisisi penuh MU pada 2005, telah mempersembahkan satu trofi juara Liga Champions, satu gelar juara Liga Europa, dan satu trofi Piala Dunia Klub.
Percepat transformasi United
Namun begitu, selama 18 tahun memiliki klub yang bermarkas di Old Trafford itu, keluarga Glazer baru enam kali mengantarkan Setan Merah menjuarai liga yang itu pun tak pernah dilakukan berturut-turut.
Padahal, dalam rentang waktu lebih pendek selama 11 tahun, Qatar sukses mengantarkan PSG delapan kali juara liga yang nyaris dilakukan berturut-turut.
Catatan Qatar itu hampir mirip dengan jejak Uni Emirat Arab di Manchester City yang walau belum menjuarai Liga Champions, tak pernah absen mengikuti kompetisi elite Eropa itu dalam 12 musim terakhir.
Sejak diakuisisi UEA pada 2008, City sudah enam kali menjuarai liga sejak 2012. Mereka juga sudah tiga kali runner up sehingga selalu masuk dua besar kecuali musim 2015-2016.
Oleh karena itu, jika Manchester United dibeli Qatar, maka peruntungan klub ini niscaya langsung terangkat ke tingkat lebih tinggi lagi.
Itu karena QSI Qatar berpengalaman dalam menyulap sebuah klub yang tadinya tengah dalam kondisi biasa-biasa menjadi klub raksasa seperti dilakukan terhadap Paris Saint Germain di Prancis.
Prestasi seperti itu tak ada dalam curriculum vitae Todd Boehly yang mengakuisisi Chelsea pada 30 Mei 2022 atau PIF yang membeli Newcastle United, atau bahkan Jim Ratcliffe yang walau memiliki salah satu klub balap sepeda terkemuka di dunia, belum memiliki rekam jejak mengelola klub sepakbola.
Dengan kondisi seperti itu, di bawah kepemilikan Qatar, transformasi Manchester United bisa berjalan jauh lebih kencang lagi.
Saat ini saja di bawah kepemimpinan Erik ten Hag, United di ambang merebut trofi Piala FA yang bisa mengakhiri paceklik gelar selama enam tahun terakhir.
Sejak mengangkat trofi Liga Europa pada Mei 2017, Manchester United belum pernah lagi merasakan indahnya menjuarai sebuah turnamen atau kompetisi.
United juga masih di jalur yang benar untuk memuncaki liga, walau tertinggal tujuh poin dari Arsenal.
Perkara kasus keuangan yang tengah menimpa Manchester City juga bisa membuat United menjadi pengganggu paling sengit untuk ambisi Arsenal menjuarai liga untuk pertama kalinya dalam 19 tahun terakhir.
Maka bayangkanlah, jika perjalanan yang sudah dalam trek di bawah asuhan Erik ten Hag saat ini, mendapatkan suntikan dana yang tak ada habisnya seperti sudah ditunjukkan Qatar di PSG.
Bagi penggemar United, kabar ini tentu amat membahagiakan, walau masih baru dalam wacana.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023