Pimpinan DPRD Kota Surabaya mendukung upaya pemerintah kota setempat menghidupkan kembali Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya yang berlokasi di Jalan Kusuma Bangsa, Kota Pahlawan, Jawa Timur.
"Saatnya semua pihak saling menguatkan menghidupkan kembali seni pertunjukan asli Surabaya di THR," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony di Surabaya, Senin.
Menurut dia, THR tidak sekadar hiburan rakyat, tapi lebih dari itu untuk mempertahankan seni tradisi asli Suroboyo.
Baca juga: Komisi B: Rencana pembukaan "night zoo" di KBS ganggu kenyamanan satwa
Sebagai bentuk dukungan, Pimpinan DPRD Surabaya ini meninjau kondisi terkini gedung THR di Jl Kusuma Bangsa, Surabaya pada Jumat (3/2) lalu. Dia mengecek kondisi THR yang saat ini mirip hutan liar.
Ada empat gedung pertunjukan di atas lahan 5,2 hektare itu ditumbuhi pohon liar. Aneka tanaman liar merambat menjulang bersama pohon tak beraturan.
Gedung-gedung pertunjukan, yakni gedung ludruk, ketoprak, wayang orang, dan Srimulat tertutup pohon liar itu. Dinding dan atapnya dirambati tanaman liar bak rumah hantu.
THR ini berada satu areal terintegrasi dengan Taman Remaja Surabaya (TRS) yang merupakan aneka wahana mainan dan Hi-Tech Mall. Saat ini, baik THR maupun TRS tutup dan sejak 2018 tutup total.
Pemkot Surabaya berencana membuka kembali THR. Namun, upaya Pemkot untuk mewujudkan pusat tontonan rakyat maupun ruang berkreasi seni dan budaya itu masih menunggu investor.
Sebab APBD Surabaya 2023 sebesar Rp11,2 triliun belum memungkinkan untuk pembukaan fasilitas publik tersebut. Apalagi, saat ini masih dalam proses pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.
Ada beberapa titik bangunan THR yang rusak. Namun, kerusakan ini tidak melunturkan kokohnya bangunan pusat seni pertunjukan seni tradisi ini. Apalagi, ludruk yang menjadi kesenian asli Suroboyo lahir dan berkembang dari THR.
Saat ada informasi atas rencana dibukanya kembali THR, kata Thony, sebagian besar masyarakat Surabaya antusias.
Menurut Thony, di era modernisasi saat ini, masih banyak masyarakat yang merindukan dan mencintai kesenian tradisional asli Surabaya.
"Jantung kesenian dan budaya Suroboyo ada di THR. Sebab, setiap waktu, seluruh pelaku seni bersama masyarakat mengembangkan seni pertunjukan di gedung yang representatif di THR. Begitu ada niat menghidupkan kembali, harus kita dukung penuh," kata AH Thony.
Politisi Gerindra ini berharap kepada Pemkot Surabaya agar THR menjadi destinasi wisata yang menjanjikan. Kesenian tradisional yang hidup di era sekarang harus dilakukan modernisasi. Bukan mengubah menjadi seni modern, tapi didukung dengan sistem yang modern.
Rencana menghidupkan dan melanjutkan kejayaan THR mendapatkan respons dari seniman Surabaya.
Cak Meimura, dedengkot ludruk Suroboyo menyebut Surabaya saat ini sangat butuh gedung pertunjukan seni dan budaya.
Menurut dia, pusat kota Jatim ini tidak lepas dari seni ludruk, wayang orang, ketoprak hingga grup lawak Srimulat. "Ada kesenian artinya ada senimannya. Untuk itu harus ada ekosistemnya. Sampai saat ini tempat itu ada di Surabaya, yakni THR," kata Cak Meimura.
Baca juga: Komisi B minta Kafe di Surabaya sediakan lahan untuk pelaku UMKM
Seniman senang begitu mendapat kabar bahwa Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ingin membuka dan menghidupkan kembali THR. Bagi Meimura, THR bukan sekadar tontonan, tapi tuntunan. Ada transformasi nilai.
Sementara itu pegiat sejarah dan budaya, Nanang Purwono mengatakan THR merupakan tempat strategis sebagai wahana pembelajaran sejarah dan budaya kota. "THR ini jadi etalase untuk mengenal sejarah dan budaya Surabaya," kata Cak Nanang.
Di THR harus dibangun pula tempat sejarah. Artinya, ada kilas informasi yang harus ditambah di THR. Misalnya, adanya space (tempat) untuk miniatur ketoprak, ludruk, hingga etalase kesejarahan yang ada dengan miniatur atau replikasi. Sehingga, makin tampak nilai budaya Suroboyo.
Warga siap urunan
Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony melihat gejala positif dari masyarakat menyambut rencana dibukanya kembali THR. Masyarakat siap bergotong royong, bahu-membahu, bahkan siap urunan agar tempat hiburan rakyat asli Surabaya itu terwujud.
Menurut Thony, hal ini menunjukkan masyarakat Surabaya siap mendukung penuh agar THR hidup kembali. Masyarakat sadar bahwa Pemkot Surabaya juga perlu partisipasi warga untuk mewujudkan impian bersama menghidupkan kembali THR.
Bukti semangat 45 masyarakat Surabaya tidak hanya melawan penjajah, namun dalam menghidupkan THR memang tak bisa dibendung. Langkah tersebut merupakan partisipasi langsung dan tampak nyata.
"Jika ada rencana untuk mendatangkan investor untuk menghidupkan kembali THR, itu langkah tepat. Namun, ada baiknya tidak terlalu menggantungkan investor itu juga lebih baik," kata AH Thony.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Saatnya semua pihak saling menguatkan menghidupkan kembali seni pertunjukan asli Surabaya di THR," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony di Surabaya, Senin.
Menurut dia, THR tidak sekadar hiburan rakyat, tapi lebih dari itu untuk mempertahankan seni tradisi asli Suroboyo.
Baca juga: Komisi B: Rencana pembukaan "night zoo" di KBS ganggu kenyamanan satwa
Sebagai bentuk dukungan, Pimpinan DPRD Surabaya ini meninjau kondisi terkini gedung THR di Jl Kusuma Bangsa, Surabaya pada Jumat (3/2) lalu. Dia mengecek kondisi THR yang saat ini mirip hutan liar.
Ada empat gedung pertunjukan di atas lahan 5,2 hektare itu ditumbuhi pohon liar. Aneka tanaman liar merambat menjulang bersama pohon tak beraturan.
Gedung-gedung pertunjukan, yakni gedung ludruk, ketoprak, wayang orang, dan Srimulat tertutup pohon liar itu. Dinding dan atapnya dirambati tanaman liar bak rumah hantu.
THR ini berada satu areal terintegrasi dengan Taman Remaja Surabaya (TRS) yang merupakan aneka wahana mainan dan Hi-Tech Mall. Saat ini, baik THR maupun TRS tutup dan sejak 2018 tutup total.
Pemkot Surabaya berencana membuka kembali THR. Namun, upaya Pemkot untuk mewujudkan pusat tontonan rakyat maupun ruang berkreasi seni dan budaya itu masih menunggu investor.
Sebab APBD Surabaya 2023 sebesar Rp11,2 triliun belum memungkinkan untuk pembukaan fasilitas publik tersebut. Apalagi, saat ini masih dalam proses pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.
Ada beberapa titik bangunan THR yang rusak. Namun, kerusakan ini tidak melunturkan kokohnya bangunan pusat seni pertunjukan seni tradisi ini. Apalagi, ludruk yang menjadi kesenian asli Suroboyo lahir dan berkembang dari THR.
Saat ada informasi atas rencana dibukanya kembali THR, kata Thony, sebagian besar masyarakat Surabaya antusias.
Menurut Thony, di era modernisasi saat ini, masih banyak masyarakat yang merindukan dan mencintai kesenian tradisional asli Surabaya.
"Jantung kesenian dan budaya Suroboyo ada di THR. Sebab, setiap waktu, seluruh pelaku seni bersama masyarakat mengembangkan seni pertunjukan di gedung yang representatif di THR. Begitu ada niat menghidupkan kembali, harus kita dukung penuh," kata AH Thony.
Politisi Gerindra ini berharap kepada Pemkot Surabaya agar THR menjadi destinasi wisata yang menjanjikan. Kesenian tradisional yang hidup di era sekarang harus dilakukan modernisasi. Bukan mengubah menjadi seni modern, tapi didukung dengan sistem yang modern.
Rencana menghidupkan dan melanjutkan kejayaan THR mendapatkan respons dari seniman Surabaya.
Cak Meimura, dedengkot ludruk Suroboyo menyebut Surabaya saat ini sangat butuh gedung pertunjukan seni dan budaya.
Menurut dia, pusat kota Jatim ini tidak lepas dari seni ludruk, wayang orang, ketoprak hingga grup lawak Srimulat. "Ada kesenian artinya ada senimannya. Untuk itu harus ada ekosistemnya. Sampai saat ini tempat itu ada di Surabaya, yakni THR," kata Cak Meimura.
Baca juga: Komisi B minta Kafe di Surabaya sediakan lahan untuk pelaku UMKM
Seniman senang begitu mendapat kabar bahwa Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ingin membuka dan menghidupkan kembali THR. Bagi Meimura, THR bukan sekadar tontonan, tapi tuntunan. Ada transformasi nilai.
Sementara itu pegiat sejarah dan budaya, Nanang Purwono mengatakan THR merupakan tempat strategis sebagai wahana pembelajaran sejarah dan budaya kota. "THR ini jadi etalase untuk mengenal sejarah dan budaya Surabaya," kata Cak Nanang.
Di THR harus dibangun pula tempat sejarah. Artinya, ada kilas informasi yang harus ditambah di THR. Misalnya, adanya space (tempat) untuk miniatur ketoprak, ludruk, hingga etalase kesejarahan yang ada dengan miniatur atau replikasi. Sehingga, makin tampak nilai budaya Suroboyo.
Warga siap urunan
Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony melihat gejala positif dari masyarakat menyambut rencana dibukanya kembali THR. Masyarakat siap bergotong royong, bahu-membahu, bahkan siap urunan agar tempat hiburan rakyat asli Surabaya itu terwujud.
Menurut Thony, hal ini menunjukkan masyarakat Surabaya siap mendukung penuh agar THR hidup kembali. Masyarakat sadar bahwa Pemkot Surabaya juga perlu partisipasi warga untuk mewujudkan impian bersama menghidupkan kembali THR.
Bukti semangat 45 masyarakat Surabaya tidak hanya melawan penjajah, namun dalam menghidupkan THR memang tak bisa dibendung. Langkah tersebut merupakan partisipasi langsung dan tampak nyata.
"Jika ada rencana untuk mendatangkan investor untuk menghidupkan kembali THR, itu langkah tepat. Namun, ada baiknya tidak terlalu menggantungkan investor itu juga lebih baik," kata AH Thony.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023