Oleh Zumrotun Solicha Lumajang - Hampir di setiap daerah memiliki sentra dan produksi buah lokal unggulan yang dikembangkan oleh pemerintah kabupaten setempat, seperti di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang dikenal dengan buah pisang Mas Kirana dan pisang Agung Semeru. Kabupaten Lumajang merupakan kabupaten yang memiliki dataran yang subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yakni Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3676 mdpl, Gunung Bromo dengan ketinggian 2392 mdpl dan Gunung Lamongan setinggi 1600 mdpl. Produk unggulan yang dikelola secara profesional oleh Pemkab Lumajang adalah pisang mas kirana karena jenis buah itu sudah disertifikasi dan dipasarkan untuk konsumsi masyarakat di luar daerah dan merambah ke luar negeri. Selain itu, Lumajang yang dikenal dengan "Kota Pisang" memiliki produk unggulan jenis pisang agung Semeru yang mempunyai rasa khas dengan bentuk ukuran yang cukup besar dan panjang, serta memiliki daya tahan yang cukup lama yakni satu bulan dalam suhu kamar. Jenis pisang mas kirana dan pisang agung Semeru hanya dapat tumbuh di lereng Gunung Semeru yang berada di Kecamatan Senduro dan Pasrujambe, namun kini pengembangannya diperluas hingga Kecamatan Gucialit. Kepala Dinas Pertanian Lumajang, Paiman, mengatakan Pemerintah Pusat melalui Menteri Pertanian sudah mengeluarkan keputusan dengan Nomor : 516/Kpts/SR.120/12/2005 yang menyatakan bahwa pisang mas kirana sebagai varietas unggul di Kabupaten Lumajang dan sudah mendapat sertifikasi. "Sejumlah peneliti dari Kementerian Pertanian telah melakukan penelitian tanaman pisang mas kirana milik Subandi, warga Desa Kandang Tepus, Kecamatan Senduro pada tahun 2005," ucapnya. Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Kecamatan Senduro, populasi pisang mas kirana pada awal tahun 2004 sekitar 128 hektare, sedangkan pisang agung mencapai 323 hektare. Kini luasannya diprediksi meningkat lebih dari 50 persen. Pisang mas kirana beradaptasi dengan baik di dataran sedang yang memiliki ketinggian sekitar 600 mdpl dengan tekstur tanah lempung berpasir dan regim kelembaban lembab. "Pisang mas kirana yang memiliki rasa manis itu hanya bisa tumbuh di lereng Gunung Semeru, sehingga jenis pisang buah segar itu tidak bisa ditemukan di daerah lain manapun," tuturnya. Pisang tersebut memiliki keunggulan dibandingkan pisang lain yakni produktivitas tinggi, bentuk buah panjang bulat, lingir buah hampir tidak tampak, kulit buah berwarna kuning bersih, dan daging buah berwarna kuning cerah dengan rasa manis dan legit. "Pisang mas kirana mempunyai 4-8 anakan per rumpun dan untuk menjaga kualitas buah harus dilakukan penjarangan, sehingga tiap rumpun hanya ada 2-3 anakan saja," paparnya, menjelaskan. Untuk mengembangkan sentra pisang yang berpenampilan cantik itu, lanjut dia, Dinas Pertanian Lumajang bersama kelompok tani mengembangkan kampung pisang mas kirana di Kecamatan Pasrujambe. "Kami berharap dengan kampung pisang mas kirana itu, kawasan itu menjadi sebuah kampung agropolitan yang menanam dan memasarkan pisang khas Lumajang kepada konsumen atau distributor," tuturnya, berharap. Data di Dinas Pertanian Lumajang menyebutkan bahwa produksi pisang mas kirana sebanyak 325 ton per tahun, padahal jumlah permintaan di pasaran cukup besar yakni 600 ton per tahun. "Pisang khas Lumajang itu mendapat respon yang baik di pasaran, sehingga pengembangan budi daya pisang mas kirana terus diperluas di kawasan lereng Gunung Semeru," jelasnya. Kendati permintaan cukup banyak, lanjut dia, penyuluh pertanian dan petani budi daya pisang mas kirana di Lumajang tetap mempertahankan kualitas, sehingga tidak sembarang lokasi bisa dikembangkan budidaya pisang buah untuk pencuci mulut itu. "Kalau iklim dan cuacanya tidak cocok maka rasa pisang mas kirana tidak bisa manis seperti yang ditanam di daerah Senduro dan Pasrujambe. Petani harus benar-benar menjaga kualitasnya, agar harganya bisa bersaing dengan pisang lainnya," ujarnya, menjelaskan. Varietas lokal pisang lainnya yang dikenal di Lumajang adalah pisang agung karena jenis tersebut sudah mendapat sertifikasi pengesahan dengan nama pisang agung Semeru dari Lembaga Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, pada September 2004. Sertifikasi itu diberikan kepada Pemkab Lumajang, setelah dikaji oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Karang Ploso, Malang, dan telah melakukan sidang sertifikasi di Dinas Pertanian Jatim. Sementara petani pisang mas kirana di Desa Burno, Kecamatan Senduro, Edi Santoso mengatakan sebagian besar warga di desa setempat mengembangkan budi daya tanaman pisang mas kirana karena pisang khas Lumajang itu menjadi penopang hidup warga yang berada di lereng Gunung Semeru. "Ribuan pohon pisang mas kirana tumbuh subur di sini, bahkan aktivitas warga tidak hanya bertani, namun proses pencucian hingga pengemasan pisang primadona Lumajang itu dilakukan oleh kelompok tani setempat," tuturnya. Ia menjelaskan, perawatan pisang mas kirana tidak terlalu sulit, namun sebelum berbuah anak pisang harus diatur yakni maksimal tiga anak pisang dalam satu induk. "Tanaman pisang itu dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang. Dalam waktu empat bulan, buah itu akan mengeluarkan jantung pisang dan petani harus membungkus pisang dengan plastik, agar tidak terkena penyakit dan buah pisang tetap bersih dari debu," jelasnya. Pisang yang sudah dikemas di dalam kardus segera dikirim ke luar Kabupaten Lumajang sesuai dengan permintaan dari sejumlah distributor pisang yang sudah memesan seperti Surabaya, Malang, Yogyakarta dan Jakarta. "Agar buah pisang tidak rusak, pisang yang dikemas dalam kardus diberi penyangga dari bambu. Satu kardus berisi sekitar 10-15 sisir pisang, dengan berat bersih sekitar 11 kilogram," katanya, menjelaskan. Menurut Edi, harga pisang mas kirana cukup bagus yakni sekitar Rp4 ribu perkilogram, padahal sebelumnya harganya cukup murah yakni Rp1.500,00 perkilogram. Ia berharap Pemkab Lumajang bisa membantu pengembangan dan pemasaran yang lebih optimal, sehingga pisang khas Lumajang itu menjadi primadona buah lokal di berbagai daerah dan tembus pasaran dunia. Mulai Ekspor Pemasaran budi daya tanaman pisang mas kirana yang dikembangkan melalui kawasan Agropolitan Seroja (Senduro dan Pasrujambe) sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara, bahkan seorang investor dari Malaysia mencoba mengembangkan sentra pisang mas kirana di Dusun Jabon, Desa Pasrujambe seluas 1 hektare yang pengelolaannya diserahkan kepada Telecenter Semeru. "Investor dari Malaysia itu cukup puas dengan hasil budi daya tanaman pisang mas kirana yang menghasilkan 127 ton pisang dari luas lahan 1 hektare," kata Kepala Humas Pemkab Lumajang, Eddy Hozaini. Menurut dia, tanaman pisang mas tersebut langsung dibeli oleh CV Sewu Segar di lokasi kebun, selanjutnya tanaman khas Lumajang itu akan dikirim ke sejumlah daerah seperti Surabaya, Jakarta, Malang, dan Yogyakarta. "Sudah ada calon pembeli dari Malaysia, namun sebagian kecil pisang mas kirana itu sudah tembus di pasaran Jepang dan Hong Kong. Pisang mas kirana rasanya lebih manis dan tidak mudah busuk karena mampu bertahan hingg tujuh hari," katanya. Pemkab Lumajang, melakukan sejumlah langkah strategis untuk mengenalkan pisang mas kirana dan pisang agung Semeru kepada masyarakat luas, dengan mengikuti pameran produk lokal unggulan yang diselenggarakan pemerintah pusat. "Kami sering mengikuti pameran di Jakarta dan Surabaya tentang produk lokal unggulan untuk mengenalkan bahwa pisang mas kirana dan pisang agung merupakan pisang khas Lumajang yang hanya ditemukan di kawasan lereng Semeru," tuturnya. Ia menjelaskan, ada perbedaan konsumsi untuk dua jenis pisang khas Lumajang itu yakni pisang mas kirana biasanya dikonsumsi langsung karena buahnya cukup manis dan legit, namun untuk pisang agung lebih enak diolah menjadi keripik atau dikukus. "Pemkab juga mendorong masyarakat Lumajang untuk gemar makan buah lokal karena banyak buah lokal di Lumajang yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat seperti pisang, sehingga tidak perlu membeli buah impor," katanya, menjelaskan. Buah pisang menyimpan banyak sekali manfaat untuk kesehatan karena kandungan gizi yang terdapat dalam setiap buah pisang matang adalah 99 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat 0,7 gram, kalsium 8 mg, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 44 RE, vitamin B 0,08 mg, vitamin C 3 mg dan air 72 gram. Kandungan kalium yang cukup banyak terdapat di dalam pisang mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Selain itu, kandungan Vitamin A yang tinggi dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ISPA, kulit bersisik, dan kebutaan. "Pisang bisa menjadi pengganti makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras. Bahkan Pemkab Lumajang pernah mencanangkan program 'Si Gempal' di kalangan PNS yang bertujuan untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan alternatif nonberas," tuturnya. Ia juga mengimbau masyarakat membudayakan konsumsi buah lokal, agar produksi buah para petani Indonesia dapat bertahan dan berkembang di negeri sendiri. Ke depan, ada harapan bahwa buah lokal Indonesia bisa membanjiri pasar internasional, tentu dengan kualitas yang bagus. Eddy mengakui bahwa buah pisang memberikan banyak arti bagi kehidupan masyarakat, sehingga sangat tepat ketika ikon Kabupaten Lumajang adalah produk lokal unggulan pisang mas kirana dan pisang agung Semeru. "Kami berusaha untuk membantu petani memasarkan produk lokal unggulan pisang itu ke sejumlah pasar dunia, namun produksi pisang mas kirana masih belum bisa memenuhi permintaan luar daerah Lumajang," katanya menjelaskan. Ia menuturkan, pengemasan dan pengelolaan pisang khas Lumajang itu harus dikembangkan dengan baik ke depan, dengan dukungan semua pihak, sehingga tanaman buah pisang khas lereng Gunung Semeru itu bisa tembus ke pasar internasional.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011