Surabaya - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menepis anggapan pertumbuhan ritel modern di Indonesia mematikan perkembangan pasar tradisional, karena hal itu dapat dicegah melalui pengaturan zonasi. "Tidak benar jika ritel modern seperti pusat perbelanjaan/mal di suatu daerah selalu mematikan langkah bisnis pasar tradisional," katanya, ditemui dalam pembukaan Ciputra World, di Surabaya, Jumat. Menurut dia, perdebatan tersebut memang sering berkembang di masyarakat perdagangan nasional. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pasar perdagangan di Tanah Air antara 60-70 persen lebih meminati berbelanja di pasar tradisional/pasar rakyat. "Namun, sisa 30 persen dari masyarakat perdagangan di dalam negeri lebih menyukai membeli segala kebutuhannya di mal," ujarnya. Sementara itu, ia menyarankan, ada baiknya setiap pendirian mal di suatu wilayah selalu diikuti oleh syarat tertentu seperti menjunjung tinggi keberadaan aspek budaya lokal. "Seperti di Surabaya ini, saya bangga karena adanya pusat produk lokal khas Kota Pahlawan yang disediakan tersendiri misalnya pojok rakyat bagi konsumen ritel modern," katanya. Di sisi lain, ia menilai, perkembangan mal setiap tahunnya kian menunjukkan pencapaian positif menyusul stigma masyarakat yakni sebagai tempat rekreasi dan pusat gaya hidup. "Mal adalah pusat segala layanan. Bahkan, sesuai survei AC Nielsen menyatakan tiga kegiatan utama pengunjung mal antara lain melihat-lihat produk yang dijual, untuk makan, dan membeli pakaian," katanya. Terkait potensi pasar perdagangan nasional, ia mengurai, besaran kalangan masyarakat menengah bawah mengalami peningkatan menjadi 131 juta orang dibandingkan tahun lalu hanya 50 juta orang. Bahkan, pengeluaran mereka untuk konsumsi mampu mencatatkan 2 dolar AS per hari. "Sementara, pasar menengah atas di Tanah Air memiliki angka cukup besar dengan potensinya mencapai 50 juta orang," katanya. Dengan tingginya nominal belanja konsumen di Indonesia, tambah dia, kontribusi konsumsi masyarakat mendominasi atau mencapai 57 persen dari total sumber pendapatan negara. "Di sisi lain, terkait pola belanja masyarakat perdagangan saat ini mengalami pengurangan menjadi 51 persen untuk konsumsi makanan dibandingkan tren 10 tahun lalu yang mencapai 61 persen belanja makanan," katanya.

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011