Blantyre (ANTARA/AFP) - Lebih dari 275 orang ditahan di seluruh Malawi dalam dua hari kerusuhan yang menewaskan 18 orang, aksi protes paling berdarah sejak demokrasi mulai diberlakukan tahun 1994, kata polisi, Jumat. Sekitar 200 orang ditangkap karena melakukan penjarahan di ibu kota Lilongwe, pusat kerusuhan, kata juru bicara polisi Davis Chingwalu kepada AFP. Sejumlah 45 orang lainnya ditangkap di bekas ibu kota kolonial Zomba, dan 30 orang di kota perdagangan Blantyre, kata Chingwalu. Pada Rabu dan Kamis, polisi menggunakan gas air mata dan peluru tajam membubarkan para pemroets di seluruh negara itu yang turun ke jalan-jalan menuduh Preesiden Bingu wa Mutharika tidak becus mengurus ekonomi dan menginjak-injak hak demokrasi. Tentara dikerahkan di kota-kota utama, Kamis, membersihkan jalan-jalan. "Pada Jumat situasi telah kemali normal" di Blantyre, kata Chingwalu. Ia mengatakan mereka yang ditangkap adalah "murni para penjahat" yang akan menghadapi tuduhan-tuduhan termasuk merusak properti, pembakaran dan melakukan tindakan yang merusak ketenangan masyarakat. Pembunuhan-pembunuhan itu menimbulkan kecaman internasional, dengan kelompok-kelompok hak asasi menusia menyerukan dilakukan penyelidikan penuh pembunuhan itu. Para pemimpin gereja dan aktivis di kota Mzuzu di utara sedang bersia-siap Jumat untuk menguburkan sejumlah korban yang tewas dalam protes-protes itu.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011