Kehadiran perusahaan manufaktur lokal yang memproduksi berbagai produk implan ortopedi, PT. Marthys Orthopedic Indonesia diharapkan mampu menekan produk impor sejenis menyusul adanya kebijakan Presiden RI untuk penggunaan produk dalam negeri.
 
Staf Khusus Menteri Kesehatan RI Bidang Ketahanan (Resiliency) Industri Obat dan Alat Kesehatan, Laksono Trisnantoro di Pasuruan, Sabtu, mengatakan, pihaknya menyambut baik, kehadiran pabrik baru PT. Marthys Orthopedic Indonesia yang berada di wilayah Jawa Timur.
 
“Kami berharap nantinya, alat kesehatan implan ortopedi ini bisa menggunakan produk lokal untuk sejumlah rumah sakit baik itu, pemerintah maupun swasta," ujarnya.
 
Ia mengatakan, pemerintah terus mendorong para pelaku usaha untuk menggunakan bahan baku lokal. Meskipun, saat ini alat kesehatan implan ortopedi masih menggunakan bahan impor.
 
"Lambat laun pemerintah akan menekan bahan baku impor nantinya,” ujar Laksono di Pasuruan.
 
Hal sama juga dikatalan, Direktur produksi dan Distibusi Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Sodikin Sadek. Dia mengatakan kebijakan dari pemerintah uang hasil dari pajak, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ABPD) harus digunakan untuk industri dalam negeri salah satunya, perlengkapan kesehatan implan ortopedi ini.
 
“Kebutuhan alat kesehatan secara nasional cukup banyak," ujarnya.
 
Ia mengatakan, pemerintah terus menekan pada pelaku industri menggunakan bahan laku lokal. Saat ini, bahan baku implan ortopedi yang menggunakan bahan baku titanium masih menggunakan 95 persen masih impor.
 
"Saat ini pula, pemerintah sedang melakukan secara hulu hilir penelitian khusus untuk bahan baku jenis stainless steel pada alat kesehatan seperti implan ortopedi ini,” katanya.
 
Chief Executive Officer (CEO) PT. Marthys Orthopedic Indonesia. Dr. I Ketut Martiana. Sp.OT (K) secara tegas mengatakan, kehadiran pabrik baru implan ortopedi diharapkan mampu memberi kontribusi besar pada alat kesehatan nasional.
 
"Saat ini, pabrik baru ini mampu memproduksi 664 jenis alat kesehatan," ujarnya.
 
Dia mengatakan, saat ini pihaknya juga memiliki 1 unit mesin asal Jepang saja dengan harga Rp3,6 miliar. "Dengan keterbatasan alat, tentunya kami hanya mampu menargetkan 15 persen saja untuk market sharenya. Beda, jika kita memiliki banyak mesin tentunya,akan mampu menargetkan lebih 50 persen dari nasional,” kata Ketut.
 
Lebih lanjut, Ketut mengatakan, saat ini pihaknya telah menjalin kerja sama dengan perusahaan asal Korea untuk barang kesehatan khususnya, implan ortopedi.
 
"Dengan kerja sama itu, kata Ketut, kebutuhan alat kesehatan yakni, implan ortopedi lokal bisa menekan produk impor," ujarnya.
 
Terpisah, Ketua Umum Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) Imam Subagya mengatakan, kehadiran alat kesehatan implan ortopedi di Jawa Timur merupakan bukti nyata bahwa produk lokal bisa bersaing.
 
Namun Imam Subagya menekan pada pemerintah, agar lebih memperhatikan pada pelaku bisnis khususnya alat kesehatan untuk memberi dukungan penuh guna meningkatkan produknya.
 
“Kami menyambut baik dengan kehadiran pabrik baru ini dan berharap bisa bersaingan dengan produk impor. Perlu diketahui, untuk nilai investasi alat kesehatan cukup besar diperkirakan membutuhkan anggaran Rp20 miliar sampai Rp200 miliar," ujarnya. (*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Abdul Hakim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022