Bojonegoro - Air Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro mulai dikeluarkan sebesar empat meter kubik per detik untuk mengairi areal tanaman padi pada musim kemarau (MK) II ini.
"Pengeluaran air sebesar empat meter kubik per detik sudah berlangsung sekitar 10 hari yang lalu, dengan memperhitungan luas tanaman padi yang ditanam petani," kata Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro, Bambang Budi Susanto, Minggu.
Sebelum itu, lanjutnya, air waduk tidak dikeluarkan selama sebulan, karena tanaman padi di daerah irigasinya gagal panen akibat diserang hama wereng. Akibat matinya tanaman padi di daerah irigasinya, sama sekali tidak ada permintaan air dari petani.
Ia mengaku, tidak hapal pasti jumlah areal tanaman padi yang ditanam petani di daerah irigasi waduk yang dibangun Belanda 1933 itu. Hanya diperkirakan, luasnya sedikitnya mencapai 6.000 hektare, ditanam di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Kapas, Sumberrejo dan Kanor.
Sementara ini, lanjutnya, ketinggian air Waduk Pacal mencapai 113,78 meter dari permukaan air laut dengan debit efektif sekitar 18 juta meter kubik lebih. Dengan potensi air yang ada tersebut, air hanya mencukupi untuk mengairi areal tanaman padi di daerah irigasinya selama tiga bulan.
Dengan demikian, katanya, diperkirakan air Waduk Pacal, akhir September sudah habis dan petani di daerah irigasinya dilarang menanam padi."Kalau nekad menanam padi jelas terancam mengalami kekeringan," ucapnya, mengungkapkan.
Oleh karena itu, menurut Bambang, pihaknya sebelum ini melakukan sosialisasi pemanfaatan air Waduk Pacal kepada para petani di Desa Sambongrejo, Kecamatan Sumberrejo.
Tujuannya, untuk mencegah para petani di daerah irigasi Waduk Pacal, kembali menanam padi setelah September. Sebab, selama ini, pada musim kemarau petani di sejumlah desa di Kecamatan Sumberrejo, yang sifatnya spekulasi.
Para petani menanam padi dengan perhitungan pada awal tanam masih bisa mendapatkan air dari Waduk Pacal dan menjelang panen bisa mendapatkan air hujan.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Subekti menambahkan, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada para petani untuk tidak terus menerus menanam padi, sebab rawan mendapatkan serangan berbagai macam hama, terutama hama wereng.
"Dengan menanam palawija, bisa memutus perkembangan hama wereng, kalau tetap menanam padi jelas masih rawan diserang wereng," katanya, menjelaskan.
Disebutkan pada MK I yang lalu, tanaman padi di wilayahnya yang puso akibat serangan hama wereng 13 ribu hektare lebih.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011