Oleh Musyawir Pasuruan - Pergelaran musik Jazz Gunung yang telah berlangsung hingga ketiga kali di Java Banana Bromo, seolah telah menjadi jendela promosi wisata andalan Jawa Timur.Setiap kali konser digelar, gaungnya membahana ke seantero Nusantara, bahkan dunia. Setiap kali pergelaran, tiket selalu ludes diborong para penikmat jazz. Bahkan tiket pergelaran Jazz Gunung 2011 sebanyak 500 tiket yang dijual antara Rp100 ribu hingga Rp250 ribu telah ludes terjual, sebelum konser dimulai. Ketua PHRI Kabupaten Probolinggo, Digdoyo mengakui, konser Jazz Gunung yang telah digelar secara rutin setiap tahun sekali tersebut seolah telah menjadi jendela promosi wisata Gunung Bromo. "Setiap kali ada pergelaran Jazz Gunung kamar-kamar hotel di kawasan Gunung Bromo selalu dipenuhi tamu," ucap Digdoyo. Pergelaran Jazz Gunung, lanjut Digdoyo, juga memperpanjang kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo. Jika sebelumnya rata-rata lama kunjungan wisatawan ke Bromo hanya cukup sehari, kini dengan adanya pergelaran Jazz Gunung, lama kunjungan tamu meningkat menjadi dua hari. "Ini baru dampak langsung bisa dirasakan," ujar Digdoyo. Sedangkan dampak tidak langsung, kata Digdoyo, pergelaran Jazz Gunung yang telah berlangsung tiga kali itu seolah menjadi jendela promosi wisata Gunung Bromo dalam jangka panjang. Jazz Gunung yang digagas Sigit Pramono bersama seniman serba bisa Butet Kertarejdjasa, dan musikus Djaduk Ferianto, telah digelar tiga kali, sejak 2009 hingga 2011 ini. Setiap kali pergelaran bisa disebut selalu sukses, baik jumlah penikmat, maupun dampak terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo, baik langsung, maupun jangka panjang. Sigit Pramono yang juga pemilik Java Banana Bromo, tempat pergelaran Jazz Gunung mengatakan, pergelaran Jazz Gunung 2011 kali ini untuk merayakan Gunung Bromo pascaerupsi, sekaligus untuk menggerakkan ekonomi masyarakat yang baru saja terkena musibah tersebut. Sigit Pramono yang juga menjadi Komisaris Bank BCA, dan Ketua Perbanas juga berhasil menghimpun dana dari para nasabah bank kelas premium untuk membantu pembangunan gedung SDN Ngadirejo yang rusak tertimnpa abu vulkani Gunung Bromo saat erupsi beberapa bulan lalu. Dana bantuan tersebut sebagian juga berasal dari hasil pameran foto Gunung Bromo karya Sigit Pramono, mantan Dirtu BNI 46 yang juga sebagai pehobi fotografi. Pergelaran Jazz Gunung juga dihadiri Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Helmi Yahya Zaini. Menteri PDT mengatakan, ada tiga alasan mengapa ia mengunjungi Gunung Bromo saat ini. Disebutkan, pertama, karena ia mengaku sangaat mencintai Gunung Bromo. Setiap kali berkunjung ke Bromo juga selalu menginapdi Java Banana yang berada di Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabuoaten Probolinggo Kedua, karena ia juga mencintai musik Jazz. Serta yang ketiga, kunjungannya ke Probolinggo juga untuk meresmikan budi daya jamur yang tujuan untamanya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Probolinggo. Itu sebabnya, Bupati Probolinggo Hasan Aminudin saat membuka Jazz Gunung di Java Banana Bromo memberikan apresiasi kepada para penggagas Jazz Gunung, maupun perhatian yang diberikan Menteri PDT. Bupati Probolinggo juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan para penggemar jazz dan sponsor yang telah membantu pembangunan kembali gedung SDN Ngadirejo yang rusak akibat tertimpa abu vulkanik Gunung Bromo, beberapa bulan lalu. Sigit Pramono menjelaskan, Jazz Gunung digagas atas pertimbangan konsep yang unik yang pernah ada di Indonesia, dan mungkin di dunia, yakni sebuah pergelaran jazz di gunung dengan ketinggian 2.000 meter diatas permukaan laut (mdpl). Jazz Gunung yang digelar di Java Banana secara "outdoor" dengan latar belakang gugusan Gunung Bromo, menampilkan Tohpati Ethnomission, DjadukFerianto, Gle3nFredly, Trie Utami, Maya Hasan, serta Kelompok Perkusi Kramat Madura dengan Host Butet Kertarejasa. Untuk mengawali pertunjukkan Jazz Gunung , juga digelar atraksi ritual kesenian tradisional jathilan, dan Reog Ponorono, serta dilakukan Pembukaan Pameran Patung dari pematung perempuan senior Indonesia, Dolorosa Sinaga dengan tema "Natur, Art & Symphony" yang berlangsung sehari di Java Banana Gallerry. Sigit Pamono juga menjelaskan, penyelenggaraan Jazz Gunung dirancang sebagai upaya untuk memberi alternatif menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke Bromo. Sebab, lanjut Sigit, selama ini Bromo hanya lebih dipromosikan sebagai tempat untuk menikmati panorama matahari terbit yang terindah di dunia. "Harus diakui, sensasi peristiwa matahari terbit memang menjadi pesona utama Bromo yang telah mendunia. Bahkan oleh situs Lonely Planet, Bromo juga pernah dinilai sebagai wisata gunung terindah ketiga di dunia, setelah Gunung Olympus di Yunani, dan Gunung Elbrus di Rusia, sedangkan urutan keempat Gunung Fuji di Jepang," papar Sigit. Terlebih, lanjut Sigit, semenjak erupsi Gunung Bromo yang cukup menyita perhatian beberapa waktu lalu, kini saatnya kebangkitan kembali pariwisata Bromo dengan segala keunikan masyarakat dan lingkungannya. Ketua PHRI Kabupaten Probolinggo, Digdoyo mengungkapkan, selama Gunung Bromo mengalami erupsi, jumlah pengunjung merosot tajam sampai hanya sekitar 15 persen dari biasanya. Namun, setelah wisata Gunung Bromo dibuka kembali pascaerupsi, jumlah pengunjung berangsur meningkat, dari 15 persen menjadi 50 persen. Bahkan kini kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo telah normal kembali. Meski, Digdioyo mengakui, akibat erupsi kini masih banyak infrastruktur pariwisatadi Gunung Bromo yang rusak belum diperbaiki, seperti jalan menuju Puncak Penanjakan yang putus belum juga diperbaiki. Padahal, lanjut Digdoyo, Puncak Penanjakan telah menjadin ikon Gunung Bromo. Ia menyebutkan, saat bersamaan pergelaran Jazz Gunung, kamar-kamar hotel di kawasn Gunung Bromo penuh. Sebanyak 230 kamar dari 12 hotel yang ada di kawasan Gunung Bromo sekitar 90 persen terisi. "Itu belum termasuk kamar-kamar 'home stay' yang jumlahnya jauh lebih banyak," papar Digdoyo. Selain mengalami peningkatan jumlah pengunjung, kata Digdoyo, lama tinggal wisatawan juga meningkat, dari rata-rata hanya sehari, meningkat menjadi rata-rata dua hari. Digdoyo mengatakan, dampak pergelaran Jazz Gunung sangat besar dalam meningkatkan jumlah pengunjung maupun sebagai sarana promosi wisata Gunung Bromo.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011