Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meminta pelayanan kesehatan di semua fasilitas kesehatan di Kota Pahlawan, Jawa Timur, berubah total, setelah menemukan pelayanan kesehatan tidak maksimal di RSUD Dr. Soewandhie.

"Kalau kurang tenaga ya nambah, supaya bisa lebih cepat. Insya Allah kalau ini bisa dilakukan akan lebih cepat pelayanan pengambilan obatnya," kata Eri Cahyadi atau yang biasa disapa Cak Eri dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Rabu.

Usai menemukan antrean panjang di RSUD Soewandhie saat inspeksi beberapa hari lalu, Cak Eri langsung mengumpulkan jajarannya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan di ruang sidang Wali Kota Surabaya, Balai Kota Surabaya, Selasa (29/11).

Cak Eri meminta pelayanan kesehatan yang tidak maksimal harus diubah total menjadi lebih baik demi melayani warga Kota Surabaya.

Cak Eri juga meminta seluruh jajarannya, terutama PJ Sekretaris Daerah Kota Surabaya Erna Purnawati, Asisten 3 Administrasi Umum Febria Rachmanita, Dinas Kesehatan Surabaya, Direktur RSUD Dr. Soewandhie, dan Direktur Bhakti Dharma Husada (BDH) untuk membuat hitung-hitungan tentang pelayanan kesehatan di Surabaya.

Hitung-hitungan itu, di antaranya adalah dokter yang bertugas di masing-masing poli di rumah sakit dan Puskesmas harus berdasarkan pasien yang diperiksa di hari-hari sebelumnya.

"Jadi, dokter di poli itu tidak boleh kurang dari yang sudah direncanakan, sampai poli itu berakhir dan pasien sudah habis. Dokter di IGD hitungannya juga sama, harus sesuai dengan kunjungan pasien. Jumlah dokter di IGD harus sesuai dengan jumlah yang sudah direncanakan, dan dokter itu harus berada di ruangan selama jam pelayanan," kata Cak Eri.

Wali Kota Eri juga meminta berkas rekam medis harus sudah ada di meja setiap poli sebelum poli tersebut buka pelayanan. Sebab, kalau pasien yang daftar melalui daring, pasien itu sudah bisa diketahui sebelumnya, sehingga ada waktu untuk disiapkan sebelumnya.

"Saya tidak mau tahu, pokoknya rekam medis itu harus sudah ada di meja poli sebelum poli itu buka," ujar dia.

Selain itu, lanjut dia, tempat pengambilan obat di rumah sakit harus dibuat beberapa tempat pelayanan sesuai jumlah poli, tentu dengan mempertimbangkan jumlah pasien masing-masing poli.

Dia juga meminta masing-masing ruang tunggu dalam ruangan harus ada AC-nya, bahkan dia tidak mau kalau hanya dipasang kipas angin.


"Sedangkan ruang tunggu pasien yang belum waktunya tapi datang terlebih dahulu, harus diberikan kipas angin agar pasien tersebut lebih nyaman," kata Cak Eri.

Cak Eri juga meminta di apotek tempat pelayanan obat harus lebih cepat. Bahkan, dia menetapkan untuk di Puskesmas, pengambilan obat racikan maksimal 15 menit dan obat jadi bukan racikan maksimal 7 menit. Sedangkan di rumah sakit, obat racikan maksimal 30 menit dan obat jadi bukan racikan maksimal 15 menit.

"Kalau kurang tenaga ya nambah, supaya bisa lebih cepat. Insya Allah kalau ini bisa dilakukan akan lebih cepat pelayanan pengambilan obatnya," ujar dia.

Cak Eri meminta semua kebijakan yang telah disampaikan itu sudah harus disusun secepat mungkin. Sebab, dia meminta Kamis pekan ini manajemen RSUD Dr. Soewandhie dan RSUD BDH serta seluruh Kepala Puskesmas untuk memaparkan hitung-hitungan itu.

"Kemudian maksimal Senin depan, semua kebijakan itu sudah harus berjalan semuanya," kata dia.(*)

Baca juga: Eri Cahyadi "dead line" tiga hari tidak ada antrean di RSUD Soewandhie

Baca juga: Perdana, lomba "pushbike" piala wali kota digelar di Mojokerto
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : A Malik Ibrahim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022