Sochi, Rusia (ANTARA/AFP) =- Rusia dan NATO, Senin gagal mempersempit perbedaan mereka menyangkut operasi udara Barat di Libya, sementara pesawat tempur aliansi itu meningkatkan pemboman mereka terhadap sasaran rezim Tripoli. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh NATO menginterpretasikan satu resolusi PBB sesuai dengan keinginannya, setelah berunding dengan Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu Anders Fogh Rasmussen yang menunjukkan perbedaan bukannya menjamin tercapainya penyelesaian bagi setiap keputusan yang telah disepakati. Pertemuan NATO-Rusia yang diselenggarakan di kota Sochi di Laut Hitam Rusia dihadiri pada menit terakhir oleh Preaiden Afrika Selatan Jacob Zuma,setelah KTT Uni Afrika yang baru saja selesai dalam usaha memperkuat rencana perdamaian regional untuk mengakhiri konflik Libya itu. "Sejauh ini, tidak ada pengertian bersama tentang bagaimana resolusi itu dilaksanakan," kata Lavrov, mengacu pada resolusi Dewan Keamanan PBB yang membuka jalan bagi serangan udara itu. "Kami ingin resolusi ini dilaksanakan secara benar tanpa memperluas interpretasi." Rusia abstain dalam penmungutan suara resolusi di Dewan Keamanan tetapi sejak itu mengecam atas waktu dan peningkatan serangan terhadap sasaran-sasaran pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi. Pekan lalu Rusia marah sekali atas pengiriman langsung senjata oleh Prancis ke pemberontak untuk memerangai pasukan Gaddafi. Tetapi Rasmussen membela bahwa pengiriman senjata itu menurutnya sesuai dengan resolusi itu. "Pengiriman senjata itu dilakukan sebagai bagian dari perlindungan warga sipil dan meningkatkan kemampuan untuk melindungi diri mereka sendiri terhadap serangan-serangan," katanya kepada wartawan. Para pejabat Libya, Senin mengatakan mereka memergoki dua kapal di barat Tripoli membongkar senjata-senjata yang dikirim dari Qatar untuk pemberontak. Wakil Menteri Luar Negeri Khaled Kasim mengemukakan kepada wartawan bahwa setelah pengiriman senjata-senjata itu rezim Gaddafi "menyaksikan satu pengiriman senjata baru melalui laut," dan memperingatkan bahwa senjata- senjata itu "akan jatuh ke tangan Al Qaida." Ia juga mengatakan kontak-kontak antara Tripoli dan pangkalan pemberontak di Benghazi terus berlangsung melalui beberapa kota di Eropa untuk mengusahakan sata rekonsiliasi dan menghindari pertumpahan darah. "Pemimpin Libya itu mendorong dialog dan mengawasinya ," kata Kasim. Rusia mendukung Uni Afrika memainkan satu peran penting dalam perundingan untuk menghentikan konflik itu , dan Zuma yang mengeritik keras serangan-serangan NATO, mengemukakan kepada sejawatnya dari Rusia Dmitry Medvedev bahwa ia mengharapkan aliansi itu dapat menghargai lebih baik kekhawatiran Uni Afrika itu. Satu dari unsur-unsur baru dalam peta jalan yang disepapakti Uni Afrika, Jumat termasuk ketentuan-ketentuan baru bagi pasukan perdamaian multinasional yang dipimpin PBB. Tetapi pemberontak sejauh ini menolak ketentuan-ketentuan penyelesaian yang diusulkan Uni Afrika itu dan Rusia juga gagal meyakinkan Gaddafi untuk mundur. "Gaddafi sama sekali tidak mungkin untuk tetap berada di Libya lagi," kata ketua Dewan Transisi Nasional Mustafa Mohammed Abdel Jalil. "Tidak ada ketentuan yang dihapus bagi Gaddafi-- ia harus mundur dari kekuasaan dan menghadapi pengadilan," kata Jalil dalam satu pernyataan. Mantan gubernur Rusia dan ketua Federasi Catur Dunia (FIDE) sekarang Kirsan Ilyumzhinov mengemukakan kepada kantor berita Interfax dari Tripoli bahwa ia baru saja bertemu dengan putra tertua pemimpin Libya itu Mohammad dan kembali mengemukakan Gaddafi tidak akan mundur. Data NATO Senin menunjukkan bahwa pesawat-pesawatnya meningkatkan pemboman-pemboman mereka. Pesawat-pesawat melancarkan 71 serangan dalam 24 jam, hampir dua kali lipat dalam setiap hari hari pada minggu-minggu belakangan ini , menyerang sasaran-sasaran di bagia timur di Brega dan sekitar Tripoli pada Ahad tengah malam. Tujuh belas serangan menghantam kendaraan-kendaraa lapis baja, fasilitas militer dan sebuah tank di Brega, 240km dari ibu kota pemberontak di Benghazi.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011