Apa jadinya bila Sadako, sosok legenda urban mengerikan yang sudah hilang selama lebih dari 20 tahun kembali meneror Jepang akibat beredarnya sebuah kaset video di pasar gelap?

Sosok hantu Jepang Sadako tentu sudah tidak asing bagi para generasi milenial. Tokoh yang keluar dari sumur dan menghantui banyak orang ini, pertama kali dikenalkan melalui film "Ringu" (1998) yang diadaptasi dari novel karya Koji Suzuki (1991), kemudian menyebar luar secara global dengan nama "Ring".

Kini, Sadako kembali menyebarkan teror lewat "Sadako DX". Meski tidak ada memiliki kaitan dengan film aslinya, namun kehadiran hantu legendaris ini bisa menjadi benang merahnya.

Cerita bermula dengan pemberitaan kematian massal yang melanda Jepang lantaran sebuah video terkutuk. Disebutkan bahwa dalam 24 jam orang yang menyaksikan video tersebut akan meninggal.
 

Film "Sadako DX" (ANTARA/Ho/Encore Films)


Kejadian misterius ini menarik perhatian mahasiswi pascasarjana dengan IQ 200 bernama Ayaka Ichijo (Fuka Koshiba).

Namun Ayaka yakin ada penjelasan ilmiah mengenai kejadian ini, bahkan dia percaya kematian orang-orang hanyalah sensasi belaka.

Baca juga: Film horor "Menjelang Maghrib" masuk kompetisi Molins di Barcelona
 

Dia tak percaya bahwa video tersebut merupakan kutukan dari hantu Sadako Yamamura. Ayaka kemudian berusaha memecahkan misteri tersebut dari sisi sains.

Akan tetapi, adiknya Futaba Ichijo (Yuki Yagi) penasaran dengan isi video yang dianggap mematikan itu. Dia juga ikut menonton dengan alasan hanya untuk bersenang-senang, namun Futaba akhirnya juga ikut terkena kutukan.

Apa yang diyakini oleh Ayaka akhirnya hilang, sebab sang adik mengaku diteror oleh hantu. Ayaka kemudian berusaha mencari cara untuk menghentikan kutukan tersebut dalam 24 jam.

Dalam pencarian "penawar" Sadako, Ayaka bertemu dengan Oji Maeda (Kazuma Kawamura), pria yang kehilangan kekasihnya setelah menonton video terkutuk. Banyak hal yang dihadapi oleh Ayaka, Futaba dan Oji untuk menghentikan Sadoko, bahkan mereka berisiko mengalami kejadian yang sama dengan orang-orang yang telah meninggal lebih dulu.

Horor komedi

Selama ini Sadako selalu dianggap sebagai sosok yang menyeramkan. Pada film aslinya, mungkin banyak penonton yang menutup mata sepanjang film karena sangat menakutkan.

Berbeda dengan "Sadako DX", walau sosok hantu perempuan ini tetap keluar dari sumur, namun tidak terlalu seram.

Film arahan Hisashi Kimura ini lebih banyak menonjolkan perjalanan mencari solusi untuk menghapus kutukan. Ayako menggabungkan logika sains dengan mitos-mitos seputar masa lalu Sadako.

Selain itu, banyak dialog dan adegan-adegan yang lebih cocok disebut sebagai film komedi. Terlebih pada karakter Oji Maeda yang bersikap seperti seorang Don Juan dengan gombalan-gombalannya.

Hantu-hantu yang ditampilkan pun terkesan hanya tempelan atau pelengkap semata. Nilai lebihnya, film ini cocok bagi penonton yang takut menyaksikan genre horor.

Sadako di sini juga tidak digambarkan sebagai hantu yang sangat menyeramkan, namun masih bisa dikompromikan tingkat kengeriannya.

Tidak dijelaskan secara utuh juga apa yang menyembangkan dia kembali meneror warga Jepang.

Mengikuti perkembangan jaman

Era Sadako memang telah berubah, Hisashi Kimura pun sengaja mengubah konsep filmnya menjadi lebih kekinian agar lebih terhubung dengan penonton masa kini.

Hisashi Kimura memanfaatkan kebiasaan orang-orang yang mudah terpengaruh oleh sesuatu yang viral. Video terkutuk itu pun dengan mudah disebarkan melalui sosial media.

Video kutukan yang awalnya bekerja dalam durasi tujuh hari, namun menjadi lebih cepat dalam penyebaran virus Sadako-nya yang hanya butuh waktu 24 jam.

Semua itu terjadi lantaran banyak orang yang menyebarkan melalui internet. Menyaksikan video itupun seperti menjadi sebuah tantangan yang perlu untuk dicoba dan diviralkan.

Secara keseluruhan "Sadako DX" bukanlah sebuah film horor murni tapi masih jauh jika disebut sebagai parodi. Namun cukup menarik untuk melihat penggambaran hantu Jepang dari sisi lain.

"Sadako DX" sudah dapat disaksikan di bioskop Indonesia mulai 25 November 2022.(*)

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022