Tidak lama setelah melintasi Sungai Nil menuju Provinsi Giza, tampak dari kejauhan bangunan raksasa berbentuk limas. Meski terhalang oleh flat atau apartemen, pucuknya yang lancip terlihat jelas. Semakin mendekat, semakin terlihat besar.

Bangunan itu adalah Piramida. Bangunan yang pernah masuk dalam tujuh keajaiban di dunia. Letaknya di Provinsi Giza, Mesir.

Cuacanya memang panas, ditambah angin yang bertiup tidak terlalu kencang membuat kita berpikir dua kali untuk turun kendaraan. Ditambah hamparan pasir yang luas sepanjang mata memandang.

Tapi, saat sudah memasuki pintu gerbang, tak ada pilihan selain turun, meski sekadar untuk berfoto. Lokasi yang menjadi jujukan dan favorit pengunjung adalah di titik bernama Panorama. Letaknya di dataran agak tinggi yang jika berdiri di sana bisa melihat, bahkan berfoto dalam satu frame tiga bangunan Piramida sekaligus.

Masing-masing Piramida memiliki nama dan sejarah panjang. Berdasarkan sejumlah literatur, Piramida dibangun sejak zaman peradaban Mesir kuno. Saat itu sekitar tahun 2600 sebelum masehi (SM), tepat saat Raja Firaun bernama Khufu yang memerintah.

Diyakini juga, Piramida adalah bangunan untuk menyimpan jenazah Raja Firaun Khufu. Itulah mengapa Piramida yang paling besar dinamai Piramida Khufu.

Sedangkan, dua bangunan piramida lainnya, yang bangunannya tidak lebih besar dari Khufu adalah Piramida Khafre dan Menkaure. Khafre adalah anak dari Khufu, lalu Menkaure adalah cucunya. Keduanya juga yang meneruskan pemerintahan pada zamannya.

Seorang pengunjung, Helmy M Noor, berfoto seolah memegang ujung Piramida di kawasan Panorama Piramida yang terletak di Provinsi Giza, Mesir. ANTARA/Fiqih Arfani


Dari spot Panorama, ketiganya tampak jelas berjajar. Pengunjung bisa bergaya apapun, seperti menunjuk atau seolah-seolah memegang ujung piramida, bahkan mengangkatnya.

Tidak jauh dari sana, juga terdapat patung berukuran besar yang menjadi sasaran foto pengunjung. Namanya Sphinx, merupakan salah satu mitologi Mesir yang bertubuh singa berkepala manusia.

Sementara itu, salah seorang pengunjung asal Indonesia, Helmy M Noor, mengaku sudah tiga kali berkunjung ke piramida, namun setiap ke sana ia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk sekadar action.

Iya hasilnya seperti kita memegang ujung Piramida dan mengangkatnya," ujar pria asal Surabaya tersebut.

Bagi yang mau berfoto dengan menaiki unta, juga bisa. Atau bahkan berkeliling melintasi padang pasir dengan naik di punggung sembari merasakan memegang punuk unta.

Untuk oleh-oleh, di sana juga ada pasar penjual suvenir. Tak ada bangunan toko-nya, tapi hanya dengan menggelar lapak di tanah, para pedagang memanggil-manggil pengunjung sembari menawarkan barang dagangannya.

"Tafadhol..tafadhol.. (silakan-silakan)," ucap sejumlah pedagang meminta pengunjung untuk mampir dan membeli dagangannya.

Berbagai suvenir “berbau” Piramida dan Sphinx menjadi sasaran favorit pengunjung. Harganya memang lebih mahal dibandingkan pasar oleh-oleh umum di Mesir, namun kesan membeli suvenir langsung di kawasan Piramida menjadi lebih berharga.

Di "pasar dadakan" tersebut, pengunjung bisa membeli menggunakan Pound Mesir, atau yang tak memiliki mata uang Mesir tersebut bisa menggunakan uang dalam pecahan dolar AS. 

"Saya beli gantungan kunci isi 12 biji (selusin) harganya 10 dolar AS. Tidak apa-apa, yang mahal adalah kesannya beli di kawasan Piramida langsung dan anggap saja membantu pedagang yang sudah rela berpanas-panasan sejak pagi,” kata Diky, salah seorang pengunjung asal Indonesia.

Seorang pengunjung saat membeli suvenir di sekitaran kawasan Panorama Piramida yang terletak di Provinsi Giza, Mesir. ANTARA/Fiqih Arfani

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : A Malik Ibrahim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022