Head of National Media Corporate Affairs and Communications APP Sinar Mas Emmy Kuswandari mendapatkan penghargaan pada kompetisi Insan PR INDONESIA 2022 kategori perusahaan swasta, sub-kategori manager public relations dalam rangkaian acara Jambore PR INDONESIA yang diselenggarakan di Empire Grand Ballroom Surabaya, Kamis.
"Penghargaan ini pertama kali saya dapat, saya tidak pernah mengikuti kompetisi-kompetisi seperti ini, seringnya sharing-sharing dengan para praktisi PR," katanya.
Menurut dia, selama 16 tahun berkecimpung di dunia public relations, pada saat pandemi COVID-19 dirinya merasakan revolusi yang luar biasa dengan dipaksa untuk mempelajari teknologi baru.
"Saya yakin tidak hanya saya, para praktisi PR belajar bagaimana tetap terkoneksi walaupun tidak berjumpa secara fisik tetapi human touch harus tetap ada," ucapnya.
Public relation, kata Emmy, yang paling cepat melakukan pergeseran dari tradisional ke digital.
"PR tidak bisa lagi menjalankan cara-cara tradisional tetapi juga harus melek digital dan menjadi digital PR itu sudah wajib, karena kita berkejaran dengan teknologi," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, ajang ini merupakan momen untuk belajar dan berkenalan dengan praktisi-praktisi PR lainnya.
"Sebagai peserta, saya pun belajar dari partisipan yang lain. Dan malam penghargaan ini menjadi ajang untuk memperluas jejaring," katanya.
Sementara itu, dalam sambutannya, founder dan CEO PR INDONESIA Asmono Wikan menilai saat ini praktisi PR sudah mampu mengartikulasikan posisi mereka dalam berbagai program komunikasi di korporasi, institusi atau lembaga masing-masing.
Menurut dia, saat ini PR tidak bisa dianggap remeh dan jadi pemadam kebakaran untuk perusahaan saja, tetapi harus diberikan ruang untuk berkembang.
"PR merupakan pahlawan-pahlawan dalam dunia komunikasi. Kadang, komunikasi menjadi lebih penting dari kebijakan itu sendiri. Mari menjadikan komunikator-komunikator di organisasi kita masing-masing sebagai pahlawan. Karena merekalah organisasi masih kokoh berdiri," kata pria lulusan Undip Semarang yang saat ini juga menjabat sebagai Anggota Dewan Pers periode 2022 - 2025.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Penghargaan ini pertama kali saya dapat, saya tidak pernah mengikuti kompetisi-kompetisi seperti ini, seringnya sharing-sharing dengan para praktisi PR," katanya.
Menurut dia, selama 16 tahun berkecimpung di dunia public relations, pada saat pandemi COVID-19 dirinya merasakan revolusi yang luar biasa dengan dipaksa untuk mempelajari teknologi baru.
"Saya yakin tidak hanya saya, para praktisi PR belajar bagaimana tetap terkoneksi walaupun tidak berjumpa secara fisik tetapi human touch harus tetap ada," ucapnya.
Public relation, kata Emmy, yang paling cepat melakukan pergeseran dari tradisional ke digital.
"PR tidak bisa lagi menjalankan cara-cara tradisional tetapi juga harus melek digital dan menjadi digital PR itu sudah wajib, karena kita berkejaran dengan teknologi," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, ajang ini merupakan momen untuk belajar dan berkenalan dengan praktisi-praktisi PR lainnya.
"Sebagai peserta, saya pun belajar dari partisipan yang lain. Dan malam penghargaan ini menjadi ajang untuk memperluas jejaring," katanya.
Sementara itu, dalam sambutannya, founder dan CEO PR INDONESIA Asmono Wikan menilai saat ini praktisi PR sudah mampu mengartikulasikan posisi mereka dalam berbagai program komunikasi di korporasi, institusi atau lembaga masing-masing.
Menurut dia, saat ini PR tidak bisa dianggap remeh dan jadi pemadam kebakaran untuk perusahaan saja, tetapi harus diberikan ruang untuk berkembang.
"PR merupakan pahlawan-pahlawan dalam dunia komunikasi. Kadang, komunikasi menjadi lebih penting dari kebijakan itu sendiri. Mari menjadikan komunikator-komunikator di organisasi kita masing-masing sebagai pahlawan. Karena merekalah organisasi masih kokoh berdiri," kata pria lulusan Undip Semarang yang saat ini juga menjabat sebagai Anggota Dewan Pers periode 2022 - 2025.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022