Sejumlah warga Desa Sidorejo yang berlokasi di sekitar Pabrik Gula Modjopanggung, Tulungagung, mengeluhkan banjir yang tercampur cemaran limbah yang diduga berasal dari pabrik pengolah tebu menjadi produk gula rafinasi tersebut.
Menurut penuturan Siti Heni Setyowati (28), salah satu warga Desa Sidorejo Kecamatan Kauman, Rabu, genangan air banjir yang merendam pemukiman mereka berwarna hitam dan mengeluarkan bau busuk menyengat.
"Air banjir juga tercampur minyak diduga oli yang berasal dari buangan (limbah) pabrik," kata Heni.
Kondisi itu bahkan sudah berlangsung hampir enam hari ini. Genangan air yang sudah tercampur limbah menutup akses jalan-jalan perkampungan, bahkan sebagian masuk rumah warga hingga ketinggian hampir satu meter.
Sempat surut saat cuaca cerah, genangan air kembali meningkat setiap kali turun hujan. Apalagi saat intensitas curah hujan tinggi dalam durasi lama.
"Malam ini genangan kembali naik dan masuk rumah-rumah warga. Banjirnya (air) warna hitam pekat dan sangat bau," keluh Subroto, warga Sidorejo lainnya.
Mayoritas warga Sidorejo mengaku tersiksa, karena mereka tak leluasa dengan banjir limbah yang dialami. Selain bau menyengat, air banjir yang tercemar limbah menyebabkan kulit kaki dan badan yang terkena menjadi gatal-gatal.
Menurut kesaksian Subroto, warga Sidorejo lain, limbah pabrik dialirkan melalui Kali Song dan bermuara di Kali Ngrowo.
Namun karena Kali Song banjir, aliran air berbalik. “Pintu masuk ke Kali Song ditutup karena kalau tidak air Kali Song malah masuk kampung,” ujar Subroto.
Akibatnya, limbah yang seharusnya mengarah ke sungai masalah menuju ke pemukiman.
Warga pun meminta ada penanganan genangan limbah pabrik gula milik pemerintah tersebut. Sebab dikhawatirkan akan memberi dampak buruk dalam waktu jangka panjang.
Dikonfirmasi, Humas PG Modjopanggung Tulungagung, Azis Rahman BS mengakui telah terjadi luapan limbah yang kemudian tercampur dengan banjir.
Menurutnya limbah yang menggenangi pemukiman tidak berbahaya, sebab sumbernya dari air bekas pendingin ketel.
"Sebenarnya bukan limbah berbahaya dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), tetapi itu air pendingin. Makanya suhunya hangat," terang Azis.
Azis berkelit kejadian ini disebabkan oleh alam. Menurutnya PG Modjopanggung mempunyai saluran pembuangan limbah bernama Sungai Giling yang mengalir ke Kali Song dan Kali Ngrowo.
Namun akibat cuaca buruk akhir-akhir ini, debut Kali Song meningkat, sehingga pembuangan pabrik tidak bisa masuk ke Kali Song.
Debut air yang tinggi justru mendorong pembuangan PG. Modjopanggung ke hulu dan menggenangi pemukiman.
"Itulah kenapa banjir itu selalu datang saat sore. Karena bersamaan dengan naiknya debit Kali Song," sambung Azis.
Terkait adanya oli pada air yang menggenangi pemukiman, Aziz berdalih air tak hanya berasal dari pabrik, namun juga dari Kali Song.
"Kami juga tidak tahu sumbernya, karena air dari mana-mana masuk ke sana. Kalau tanaman mati mungkin karena memang airnya hangat," tegas Azis.
Untuk mengatasi limbah ini, pihaknya tengah melakukan penyisiran saluran pembuangan. Sebab kemungkinan ada penyebab lain yang menghambat saluran pembuangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Menurut penuturan Siti Heni Setyowati (28), salah satu warga Desa Sidorejo Kecamatan Kauman, Rabu, genangan air banjir yang merendam pemukiman mereka berwarna hitam dan mengeluarkan bau busuk menyengat.
"Air banjir juga tercampur minyak diduga oli yang berasal dari buangan (limbah) pabrik," kata Heni.
Kondisi itu bahkan sudah berlangsung hampir enam hari ini. Genangan air yang sudah tercampur limbah menutup akses jalan-jalan perkampungan, bahkan sebagian masuk rumah warga hingga ketinggian hampir satu meter.
Sempat surut saat cuaca cerah, genangan air kembali meningkat setiap kali turun hujan. Apalagi saat intensitas curah hujan tinggi dalam durasi lama.
"Malam ini genangan kembali naik dan masuk rumah-rumah warga. Banjirnya (air) warna hitam pekat dan sangat bau," keluh Subroto, warga Sidorejo lainnya.
Mayoritas warga Sidorejo mengaku tersiksa, karena mereka tak leluasa dengan banjir limbah yang dialami. Selain bau menyengat, air banjir yang tercemar limbah menyebabkan kulit kaki dan badan yang terkena menjadi gatal-gatal.
Menurut kesaksian Subroto, warga Sidorejo lain, limbah pabrik dialirkan melalui Kali Song dan bermuara di Kali Ngrowo.
Namun karena Kali Song banjir, aliran air berbalik. “Pintu masuk ke Kali Song ditutup karena kalau tidak air Kali Song malah masuk kampung,” ujar Subroto.
Akibatnya, limbah yang seharusnya mengarah ke sungai masalah menuju ke pemukiman.
Warga pun meminta ada penanganan genangan limbah pabrik gula milik pemerintah tersebut. Sebab dikhawatirkan akan memberi dampak buruk dalam waktu jangka panjang.
Dikonfirmasi, Humas PG Modjopanggung Tulungagung, Azis Rahman BS mengakui telah terjadi luapan limbah yang kemudian tercampur dengan banjir.
Menurutnya limbah yang menggenangi pemukiman tidak berbahaya, sebab sumbernya dari air bekas pendingin ketel.
"Sebenarnya bukan limbah berbahaya dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), tetapi itu air pendingin. Makanya suhunya hangat," terang Azis.
Azis berkelit kejadian ini disebabkan oleh alam. Menurutnya PG Modjopanggung mempunyai saluran pembuangan limbah bernama Sungai Giling yang mengalir ke Kali Song dan Kali Ngrowo.
Namun akibat cuaca buruk akhir-akhir ini, debut Kali Song meningkat, sehingga pembuangan pabrik tidak bisa masuk ke Kali Song.
Debut air yang tinggi justru mendorong pembuangan PG. Modjopanggung ke hulu dan menggenangi pemukiman.
"Itulah kenapa banjir itu selalu datang saat sore. Karena bersamaan dengan naiknya debit Kali Song," sambung Azis.
Terkait adanya oli pada air yang menggenangi pemukiman, Aziz berdalih air tak hanya berasal dari pabrik, namun juga dari Kali Song.
"Kami juga tidak tahu sumbernya, karena air dari mana-mana masuk ke sana. Kalau tanaman mati mungkin karena memang airnya hangat," tegas Azis.
Untuk mengatasi limbah ini, pihaknya tengah melakukan penyisiran saluran pembuangan. Sebab kemungkinan ada penyebab lain yang menghambat saluran pembuangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022