Dokter spesialis anak dari RSPI Sulianti Saroso Ernie Setyawati mengatakan gagal ginjal akut misterius pada anak terjadi tanpa ada riwayat penyakit penyerta atau komorbid, sehingga belum diketahui penyebabnya.
"Jadi, sebelumnya anaknya sehat, tidak ada gangguan apa-apa, begitu dia kena gangguan ginjal ini berlangsungnya progresif, sangat cepat. Jadi, tidak ada penyakit berat yang mendahului," kata Ernie dalam acara bincang-bincang kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
"Dipastikan juga anak-anak ini tidak ada gangguan fungsi ginjal, tiba-tiba. Jadi, penyebabnya memang belum bisa dipastikan," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa prevalensi paling tinggi dari penyakit gagal ginjal akut misterius adalah anak laki-laki berusia di bawah enam tahun.
Baca juga: IDAI Jatim: Belasan balita di Surabaya dan Malang meninggal akibat gagal ginjal misterius
Meski gagal ginjal akut misterius pada anak masih dalam penyelidikan lebih lanjut, kata Ernie, orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan dengan lebih memperhatikan kondisi anak.
Anak dengan gangguan ginjal, kata dia, umumnya mengalami gejala infeksi, seperti infeksi saluran pernapasan atas yang ditandai demam, batuk, pilek, sesak napas. Kemudian, infeksi saluran pencernaan seperti diare.
Lebih lanjut, dia mengatakan anak dengan gangguan ginjal mengalami penurunan produksi urine. Hal ini menyebabkan frekuensi buang air kecil ikut menurun, bahkan pada beberapa kasus anak tidak buang air kecil sama sekali.
"Kalau misalnya dia belum buang air kecil di siang hari selama enam sampai delapan jam, kita harus waspada. Jadi, kalau anak mengalami gejala-gejala yang disebutkan tadi, kemudian dia infeksi saluran pernapasan atau gangguan pencernaan, demam, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter," ujarnya.
Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa per 18 Oktober 2022 tercatat 206 kasus gagal ginjal akut progresif atipikal atau gagal ginjal akut misterius yang dilaporkan, 99 diantaranya meninggal dunia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Jadi, sebelumnya anaknya sehat, tidak ada gangguan apa-apa, begitu dia kena gangguan ginjal ini berlangsungnya progresif, sangat cepat. Jadi, tidak ada penyakit berat yang mendahului," kata Ernie dalam acara bincang-bincang kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
"Dipastikan juga anak-anak ini tidak ada gangguan fungsi ginjal, tiba-tiba. Jadi, penyebabnya memang belum bisa dipastikan," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa prevalensi paling tinggi dari penyakit gagal ginjal akut misterius adalah anak laki-laki berusia di bawah enam tahun.
Baca juga: IDAI Jatim: Belasan balita di Surabaya dan Malang meninggal akibat gagal ginjal misterius
Meski gagal ginjal akut misterius pada anak masih dalam penyelidikan lebih lanjut, kata Ernie, orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan dengan lebih memperhatikan kondisi anak.
Anak dengan gangguan ginjal, kata dia, umumnya mengalami gejala infeksi, seperti infeksi saluran pernapasan atas yang ditandai demam, batuk, pilek, sesak napas. Kemudian, infeksi saluran pencernaan seperti diare.
Lebih lanjut, dia mengatakan anak dengan gangguan ginjal mengalami penurunan produksi urine. Hal ini menyebabkan frekuensi buang air kecil ikut menurun, bahkan pada beberapa kasus anak tidak buang air kecil sama sekali.
"Kalau misalnya dia belum buang air kecil di siang hari selama enam sampai delapan jam, kita harus waspada. Jadi, kalau anak mengalami gejala-gejala yang disebutkan tadi, kemudian dia infeksi saluran pernapasan atau gangguan pencernaan, demam, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter," ujarnya.
Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa per 18 Oktober 2022 tercatat 206 kasus gagal ginjal akut progresif atipikal atau gagal ginjal akut misterius yang dilaporkan, 99 diantaranya meninggal dunia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022