Menteri BUMN Erick Thohir melaporkan pendapatan seluruh perusahaan BUMN pada tahun 2021 mencapai Rp2.292,5 triliun atau naik 18,8 persen dibandingkan tahun 2020.

"Revenue kita tahun buku 2021 meningkat 18,8 persen jadi Rp2.292,5 triliun. Angka ini sangat signifikan kalau kita bandingkan dengan APBN negara kita," kata Erick Thohir dalam konferensi pers Kinerja Konsolidasian BUMN Tahun 2021 yang digelar di kantor BUMN Jakarta, Rabu.

Erick Thohir mengatakan peningkatan tersebut berkat transformasi dan restrukturisasi yang telah dilakukan Kementerian BUMN terhadap seluruh BUMN yang ada di bawahnya sejak tahun 2020.

Erick Thohir menyebutkan margin EBITDA yang merupakan indikasi efisiensi operasional mengalami peningkatan menjadi 20,4 persen pada 2021. Hal ini disebabkan perbaikan efisiensi pada beban operasional tidak langsung.

Selain itu restrukturisasi utang dan penurunan tingkat bunga pinjaman pada 2021 mengakibatkan penurunan beban bunga konsolidasi dari semula Rp91,5 triliun pada 2020 menjadi Rp73,5 triliun pada 2021.

Pertumbuhan penjualan, perbaikan margin operasi, penurunan beban bunga akibat restrukturisasi dan penurunan kerugian kurs, pada akhirnya memberikan kontribusi positif yang mengakibatkan laba bersih tahun 2021 meningkat menjadi Rp124,7 triliun atau naik 838,2 persen dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp13,3 triliun.

Erick Thohir juga menambahkan salah satu efisiensi yang dilakukan dan memberikan dampak signifikan adalah pembentukan klaster BUMN. Per 31 Desember 2021, jumlah BUMN menurun dari sebelumnya 108 entitas menjadi 92 entitas sesuai tanggal konsolidasi laporan keuangan holding.

Dari jumlah ini, tujuh BUMN telah diproses untuk likuidasi, sedangkan sisanya diharapkan akan terkonsolidasi menjadi 43 entitas BUMN pada akhir 2022. “Proses klasterisasi dan perampingan ini memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja BUMN,” kata Menteri BUMN Erick Thohir. (*)

Pewarta: Aditya Ramadhan

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022