Pemerintah Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur mendorong penuntasan pengelolaan sampah di 19 pasar tradisional, menyusul sampah pasar menyumbang 8-10 persen atau sekitar 50-60 ton sampah per hari di tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
"Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo harus memecahkan persoalan tersebut. Targetnya sampah yang dihasilkan dari pasar-pasar yang dikirim ke TPA Jabon berkurang menjadi 15 ton per hari," ujar Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor di Sidoarjo Rabu.
"Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo harus memecahkan persoalan tersebut. Targetnya sampah yang dihasilkan dari pasar-pasar yang dikirim ke TPA Jabon berkurang menjadi 15 ton per hari," ujar Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor di Sidoarjo Rabu.
Ia minta ada UPT BLUD yang khusus menangani sampah TPA Jabon segera dibentuk sehingga persoalan sampah bisa lebih difokuskan.
Menurut dia, saat ini sampah yang dikirim ke TPA Jabon, mulai dari sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh kegiatan masyarakat serta sampah pasar per harinya mencapai 600 ton per hari.
"Sebagian diolah menjadi bahan bakar alternatif RDF Briket. Sampah yang diolah menjadi briket per harinya tidak lebih dari 10 ton," ujarnya.
Gus Muhdlor sapaan akrabnya mengingatkan, terbatasnya kemampuan mengolah sampah di TPA Jabon menjadi briket membutuhkan solusi cepat dan masa operasional pengolahan sampah metode sanitary landfill juga memiliki batas kemampuan.
Ia memperkirakan masa efektif operasional anitsary landfill hanya 5 sampai 7 tahun dengan biaya sangat besar.
Oleh sebab itu, Bupati Gus Muhdlor minta DLHK Sidoarjo gerak cepat membentuk prototipe pengelolaan sampah yang ideal di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) dan di Pasar.
Selanjutnya, direplikasikan ke semua TPST dan pasar se Sidoarjo.
Selanjutnya, direplikasikan ke semua TPST dan pasar se Sidoarjo.
Bupati ingin mewujudkan TPA dengan umur teknis yang sangat panjang dan bila perlu dilakukan inovasi untuk menambang TPA atau landfill mining.
"Umur teknis TPA sangat tergantung pada jumlah sampah yang ditampung. Bila melihat kondisi sekarang diperkirakan umur efektifnya 5-7 tahun saja. Kecuali volume sampah yang dikirim ke TPA Jabon berkurang signifikan," ujarnya.
Ia ingin penuntasan permasalahan sampah dilakukan mulai tingkat bawah dan akan terus mendorong berdirinya TPST di desa-desa.
Ia mengatakan, ada 19 pasar yang pengelolaan sampahnya mulai digarap yang akan dimulai di Pasar Taman sebagai percontohan penuntasan sampah bersama UNDP.
"Saya yakin ini menjadi momentum baru untuk mencetak satu formula yang nanti diintegrasikan ke pasar-pasar yang lain," ucapnya.
Gus Muhdlor mengatakan Kabupaten Sidoarjo adalah daerah komuter karena banyak pendatang yang tinggal di Sidoarjo namun kerja di kota lain.
Pertumbuhan penduduk seperti ini berbanding lurus dengan meningkatnya volume sampah. Oleh karenanya ia terus memikirkan cara-cara penanganan sampah yang efektif dan efisien.
"Satu persatu harus mulai dikikis, kalau habis sekarang tidak mungkin, tapi harus ada arah yang jelas, kalau tahun kemarin 50 an lebih TPST yang berdiri, sekarang sudah 150 lebih, secara konsisten minimal per tahun ada 50 TPST yang harus dibangun," ujarnya.
"Satu persatu harus mulai dikikis, kalau habis sekarang tidak mungkin, tapi harus ada arah yang jelas, kalau tahun kemarin 50 an lebih TPST yang berdiri, sekarang sudah 150 lebih, secara konsisten minimal per tahun ada 50 TPST yang harus dibangun," ujarnya.
Kepala DLHK Sidoarjo M. Bahrul Amig menyampaikan, saat ini pihaknya tengah menggarap pengelolaan sampah di Pasar Taman, Kecamatan Taman.
Ia menilai, pengelolaan di pasar tersebut dinilai paling baik namun masih membutuhkan pendampingan dari DLHK. Oleh sebab itu, mantan Kepala Dishub Sidoarjo itu tengah menyempurnakan mulai dari pemilahan hingga edukasi petugas.
"Yang akan kami jadikan percontohan pengelolaan Pasar Taman. Sekarang tengah kita siapkan untuk dijadikan role model di pasar lain. Yang kita intervensi mulai pendampingan sampai ke teknis pengelolaan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022