Ratusan anak PAUD, TK, SD hingga SMP mengikuti khitanan massal yang digelar serentak pada lima wilayah di Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu.
"Pelaksanaan khitan massal tidak hanya dilakukan sebagai syariat agama Islam, melainkan bermanfaat dalam sisi medis untuk menjaga kesehatan," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat meninjau khitanan massal di SDN Dr. Soetomo V Surabaya.
Total ada 201 peserta mengikuti khitanan massal yang digelar Pemkot Surabaya tersebut. Pelaksanaan tersebut digelar di SMP Negeri 9, SMP Negeri 22, SMP Negeri 26, SMP Negeri 11, dan SDN Dr. Soetomo V Kota Surabaya.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Bakti Sosial dalam rangka HUT ke-77 Republik Indonesia (RI) dan Bulan Muharram 1444 Hijriah.
Wali Kota Eri memberikan pesan-pesan penting bagi anak-anak yang mengikuti khitanan massal. Usai menyapa peserta khitan, Eri bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya Rini Indriyani menyerahkan perlengkapan busana khitan secara simbolik kepada perwakilan peserta di SDN Dr. Soetomo V Surabaya.
Eri menjelaskan, pelaksanaan khitan massal tidak hanya dilakukan sebagai syariat agama Islam, melainkan bermanfaat dalam sisi medis untuk menjaga kesehatan. Sehingga, kegiatan ini juga diikuti oleh para siswa beragama non muslim di Kota Surabaya.
"Terima kasih karena khitanan massal ini dibantu oleh Baznas Surabaya dan komite sekolah. Inilah budaya Arek Suroboyo, yakni toleransi, saling tolong-menolong, dan gotong-royong. Maka sudah tidak melihat Muslim dan non-Muslim," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, kegiatan khitan massal digelar di lima wilayah, dengan diikuti oleh 201 siswa, mulai tingkat PUD hingga SMP Negeri/Swasta.
"Dalam kegiatan ini juga diikuti anak berusia 4 tahun dan 7 siswa non-Muslim. Tujuan kami untuk memberikan edukasi agar menciptakan rasa saling bertoleransi, serta untuk menjaga kesehatan tubuh," kata Yusuf.
Melalui kegiatan ini, Yusuf berharap, anak-anak akan mulai belajar berinteraksi, mandiri, dan saling menciptakan rasa gotong-royong terhadap sesama. "Khitan ini tidak mudah, karena harus memperhatikan mental dan kesiapan anak. Maka semangat dari orang tua, teman, dan lingkungan sekitar sangat diperlukan," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Pelaksanaan khitan massal tidak hanya dilakukan sebagai syariat agama Islam, melainkan bermanfaat dalam sisi medis untuk menjaga kesehatan," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat meninjau khitanan massal di SDN Dr. Soetomo V Surabaya.
Total ada 201 peserta mengikuti khitanan massal yang digelar Pemkot Surabaya tersebut. Pelaksanaan tersebut digelar di SMP Negeri 9, SMP Negeri 22, SMP Negeri 26, SMP Negeri 11, dan SDN Dr. Soetomo V Kota Surabaya.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Bakti Sosial dalam rangka HUT ke-77 Republik Indonesia (RI) dan Bulan Muharram 1444 Hijriah.
Wali Kota Eri memberikan pesan-pesan penting bagi anak-anak yang mengikuti khitanan massal. Usai menyapa peserta khitan, Eri bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya Rini Indriyani menyerahkan perlengkapan busana khitan secara simbolik kepada perwakilan peserta di SDN Dr. Soetomo V Surabaya.
Eri menjelaskan, pelaksanaan khitan massal tidak hanya dilakukan sebagai syariat agama Islam, melainkan bermanfaat dalam sisi medis untuk menjaga kesehatan. Sehingga, kegiatan ini juga diikuti oleh para siswa beragama non muslim di Kota Surabaya.
"Terima kasih karena khitanan massal ini dibantu oleh Baznas Surabaya dan komite sekolah. Inilah budaya Arek Suroboyo, yakni toleransi, saling tolong-menolong, dan gotong-royong. Maka sudah tidak melihat Muslim dan non-Muslim," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, kegiatan khitan massal digelar di lima wilayah, dengan diikuti oleh 201 siswa, mulai tingkat PUD hingga SMP Negeri/Swasta.
"Dalam kegiatan ini juga diikuti anak berusia 4 tahun dan 7 siswa non-Muslim. Tujuan kami untuk memberikan edukasi agar menciptakan rasa saling bertoleransi, serta untuk menjaga kesehatan tubuh," kata Yusuf.
Melalui kegiatan ini, Yusuf berharap, anak-anak akan mulai belajar berinteraksi, mandiri, dan saling menciptakan rasa gotong-royong terhadap sesama. "Khitan ini tidak mudah, karena harus memperhatikan mental dan kesiapan anak. Maka semangat dari orang tua, teman, dan lingkungan sekitar sangat diperlukan," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022