Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus melakukan kajian untuk pengendalian inflasi dengan menggelar high level meeting bersama dengan jajaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jember.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menekankan untuk terus bersinergi dalam mengendalikan inflasi daerah, karena untuk mengendalikan inflasi tidak bisa hanya dilakukan satu dua pihak saja.

"Tapi hal ini harus bersinergi ke semua pihak. Tidak hanya antar-dinas, tapi juga antar-lembaga vertikal hingga antar-daerah," kata Bupati Ipuk saat memimpin pertemuan Kantor Perwakilan BI Jember dan TPID Banyuwangi, Kamis.

Menurut dia, sinergi ini menjadi ruh utama dalam empat skenario yang disiapkan oleh TPID Banyuwangi. Mulai dari pelaksanaan pasar murah hingga kerja sama antar-daerah (KAD).

"Komoditas yang berlebih di daerah kita, bisa lempar ke daerah lain. Begitu pula sebaliknya, komoditas yang kurang kita pasok dari daerah lain dengan menggelar pasar murah," ujar Ipuk.

Selain itu, lanjut dia, dua skenario bertajuk Quick Win dalam menangani inflasi adalah dengan penguatan sektor produksi.

"Seperti sektor pertanian dan perikanan harus terus digenjot. Jika ikan laut menjadi bagian inflasi, maka perikanan darat harus terus digenjot," ucapnya.

Lebih spesifik pada sektor pertanian, Bupati Ipuk menyiapkan skenario digital farming. Komoditas pertanian yang selalu andil dalam inflasi perlu dilakukan peningkatan pengelolaan. Salah satunya adalah inovasi digital farming.

"Inovasi ini untuk membantu petani dalam mengelola pertanian dengan pendekatan teknologi. Seperti halnya memeriksa kondisi tanah, hama sampai penanganan-nya. Ini untuk meminimalisir gagal panen," katanya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banyuwangi, Tri Erwandi mengatakan di Banyuwangi sendiri mengalami inflasi pada angka 0,68 persen per Juli. Meningkat dari dua bulan sebelumnya 0,49 dan 0,61 persen.

"Untuk inflasi bulan kemarin di antaranya disumbang oleh biaya sekolah SMP dan SMA yang memang masuk awal tahun ajaran baru," katanya.

Kondisi inflasi tersebut, katanya, dinilai cukup bergejolak dibandingkan dengan dua tahun terakhir.

"Pada saat COVID-19 kemarin, masyarakat menahan diri untuk mengurangi konsumsi, sehingga kondisi inflasi cukup stabil. Tetapi, saat ini inflasi cukup bergejolak karena memang tingkat konsumsi meningkat," ujarnya.

Sementara Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember Yukon Aprinaldo mengapresiasi pengendalian inflasi di Banyuwangi. Menurutnya, inflasi di Banyuwangi sangat terkendali. Bahkan, pertumbuhan ekonominya terhitung paling baik di wilayah Sekarkijang (Eks Karesidenan Besuki dan Lumajang).

"Pertumbuhan ekonomi Year on Year Banyuwangi sangat baik. Dari minus 3 pada 2020, meningkat menjadi 4,08 persen pada 2021. Kalau dilihat tren-nya, sangat berkemungkinan pertumbuhan ekonomi bisa meningkat lebih dari empat persen," ujar Aldo.

Data perbankan, menurut ia, juga menunjukkan angka yang positif, mulai dari angka dana pihak ketiga (DPK) dan aset hingga angka kredit. Pada 2022 ini, dari bulan ke bulan terus menunjukkan pertumbuhan.

"Artinya, perputaran uang di Banyuwangi sangat aman," ujarnya.

Sebelum melakukan high level meeting tersebut, Bupati Ipuk bersama Kepala BI Jember meninjau pelaksanaan pasar murah di Pasar Jajag. Selain itu, juga mengunjungi para petani cabe yang sedang panen di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022