Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, terus memasifkan vaksinasi tahap dua dalam penanganan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sapi di daerah itu.
Banyuwangi menerima 15.800 dosis vaksin dari Pemprov Jatim, sebanyak 5.800 dosis digunakan untuk pelaksanaan revaksinasi. Selebihnya digunakan untuk perluasan cakupan vaksinasi. Saat ini, lebih dari 3.000 sapi telah mendapatkan vaksinasi tahap dua.
"Terima kasih kepada pemerintah dan pemprov yang terus mendukung daerah untuk percepatan penanganan kasus PMK. Kami ucapkan terima kasih juga pada para petugas kesehatan hewan, para relawan, Babinsa, Bhabinkamtibmas yang bekerja keras menangani kasus PMK ini agar bisa segera tertangani," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Selasa.
Sebelumnya, vaksinasi tahap satu telah dilakukan pada 5.773 ternak dari total target sasaran sebanyak 5.800 ternak. Jumlah tersebut menyesuaikan dengan jatah vaksin yang diterima pemkab pada tahap satu.
Setelah interval empat minggu, pemkab kini memasifkan vaksinasi tahap dua kepada 5.800 dosis sesuai target sasaran awal. Vaksinasi dilaksanakan pada 25 kecamatan sejak 29 Juli hingga dua minggu ke depan. Kegiatan ini melibatkan petugas veteriner hingga aparatur desa, Babinsa dan Bhabinkamtibmas.
"Sejak kasus PMK ada di Banyuwangi kami terus melakukan upaya dalam penanganan. Surveilans terus dilakukan dan penanganan terhadap sapi sakit kita lakukan secara intensif. Selain pemberian vaksinasi kami juga berikan vitamin pada hewan ternak. Karantina juga kami lakukan sebagai upaya antisipasi penularan PMK," paparnya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi drh. Nanang Sugiharto menjelaskan pemkab menerima 15.800 dosis, dan jumlah itu sebanyak 5.800 dosis untuk vaksinasi tahap dua, sisanya yang 10.000 dosis untuk perluasan vaksinasi.
"Sasarannya, semua ternak yang belum pernah mendapatkan vaksin PMK. Utamanya sapi dan kerbau. Baru berikutnya kambing, domba, dan babi," ujar Nanang.
Nanang mengaku semua ternak yang divaksin telah didata berdasarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) nama pemilik ternak.
"Para pemilik ternak juga harus memiliki aplikasi ISIKNAS (Informasi Sistem Kesehatan Hewan Nasional) pada smartphone pemilik ternak yang fungsinya seperti aplikasi Peduli Lindungi," kata Nanang.
Khusus pelaksanaan vaksinasi tahap dua, Nanang menargetkan bisa menjangkau 100 ternak per hari di setiap kecamatan. Dosis vaksinasi tahap dua terbanyak diberikan untuk Kecamatan Wongsorejo dan Kalipuro dengan total vaksin yang disiapkan mencapai 1.200 dosis.
"Selain merupakan sentra ternak, dua kecamatan ini merupakan daerah perbatasan arus lalu lintas ternak sehingga pengamanannya harus diperkuat," katanya.
Kejadian kasus PMK di Banyuwangi per 1 Agustus 2022 tercatat sebanyak 2.500 kasus. Dari jumlah tersebut, 46,12 persen dinyatakan sembuh, dan 52,32 persen dalam proses penyembuhan.
"Dari 2.500 kasus tersebut, ada 15 ekor yang mati, tidak sampai 1 persen dari kasus. Artinya, meski tingkat kesembuhan tinggi, namun kematian tergolong sangat rendah. Khusus hewan yang masih sakit, terus kita lakukan perawatan agar segera sembuh," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Banyuwangi menerima 15.800 dosis vaksin dari Pemprov Jatim, sebanyak 5.800 dosis digunakan untuk pelaksanaan revaksinasi. Selebihnya digunakan untuk perluasan cakupan vaksinasi. Saat ini, lebih dari 3.000 sapi telah mendapatkan vaksinasi tahap dua.
"Terima kasih kepada pemerintah dan pemprov yang terus mendukung daerah untuk percepatan penanganan kasus PMK. Kami ucapkan terima kasih juga pada para petugas kesehatan hewan, para relawan, Babinsa, Bhabinkamtibmas yang bekerja keras menangani kasus PMK ini agar bisa segera tertangani," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Selasa.
Sebelumnya, vaksinasi tahap satu telah dilakukan pada 5.773 ternak dari total target sasaran sebanyak 5.800 ternak. Jumlah tersebut menyesuaikan dengan jatah vaksin yang diterima pemkab pada tahap satu.
Setelah interval empat minggu, pemkab kini memasifkan vaksinasi tahap dua kepada 5.800 dosis sesuai target sasaran awal. Vaksinasi dilaksanakan pada 25 kecamatan sejak 29 Juli hingga dua minggu ke depan. Kegiatan ini melibatkan petugas veteriner hingga aparatur desa, Babinsa dan Bhabinkamtibmas.
"Sejak kasus PMK ada di Banyuwangi kami terus melakukan upaya dalam penanganan. Surveilans terus dilakukan dan penanganan terhadap sapi sakit kita lakukan secara intensif. Selain pemberian vaksinasi kami juga berikan vitamin pada hewan ternak. Karantina juga kami lakukan sebagai upaya antisipasi penularan PMK," paparnya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi drh. Nanang Sugiharto menjelaskan pemkab menerima 15.800 dosis, dan jumlah itu sebanyak 5.800 dosis untuk vaksinasi tahap dua, sisanya yang 10.000 dosis untuk perluasan vaksinasi.
"Sasarannya, semua ternak yang belum pernah mendapatkan vaksin PMK. Utamanya sapi dan kerbau. Baru berikutnya kambing, domba, dan babi," ujar Nanang.
Nanang mengaku semua ternak yang divaksin telah didata berdasarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) nama pemilik ternak.
"Para pemilik ternak juga harus memiliki aplikasi ISIKNAS (Informasi Sistem Kesehatan Hewan Nasional) pada smartphone pemilik ternak yang fungsinya seperti aplikasi Peduli Lindungi," kata Nanang.
Khusus pelaksanaan vaksinasi tahap dua, Nanang menargetkan bisa menjangkau 100 ternak per hari di setiap kecamatan. Dosis vaksinasi tahap dua terbanyak diberikan untuk Kecamatan Wongsorejo dan Kalipuro dengan total vaksin yang disiapkan mencapai 1.200 dosis.
"Selain merupakan sentra ternak, dua kecamatan ini merupakan daerah perbatasan arus lalu lintas ternak sehingga pengamanannya harus diperkuat," katanya.
Kejadian kasus PMK di Banyuwangi per 1 Agustus 2022 tercatat sebanyak 2.500 kasus. Dari jumlah tersebut, 46,12 persen dinyatakan sembuh, dan 52,32 persen dalam proses penyembuhan.
"Dari 2.500 kasus tersebut, ada 15 ekor yang mati, tidak sampai 1 persen dari kasus. Artinya, meski tingkat kesembuhan tinggi, namun kematian tergolong sangat rendah. Khusus hewan yang masih sakit, terus kita lakukan perawatan agar segera sembuh," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022