Holili Addrae Sae yang menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai tukang becak selangkah lagi mewujudkan cita-cita naik haji.
Lelaki berusia 60 tahun, warga Jalan Permata, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan/Kabupaten Sampang, Jawa Timur, itu mestinya berangkat haji bersama istrinya.
"Istri saya meninggal dunia karena sakit pada tahun 2019, selang beberapa bulan sebelum dihubungi bahwa kami berangkat tahun 2020," katanya di Asrama Haji Surabaya, Kamis.
Keberangkatannya ke Tanah Suci sempat tertunda akibat pandemi virus corona (COVID-19).
Hari ini Holili masuk Asrama Haji Surabaya. Dia tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) 20 Embarkasi Surabaya, yang menurut jadwal berangkat ke Tanah Suci, Jumat pagi, 17 Juni.
Holili mengenang perjuangan menyisihkan sedikit demi sedikit penghasilan dari hasil mengayuh becak tak lepas dari campur tangan almarhumah istrinya yang dinilai pandai mengelola keuangan.
Dia mengungkapkan penghasilannya sebagai tukang becak tidak menentu, berkisar antara Rp30 - 50 ribu per hari.
Sesekali Holili menambah penghasilan dengan bekerja sebagai kuli bagi nelayan di sekitar tempat tinggalnya saat bulan-bulan tertentu yang disebut sebagai musim ikan.
"Istri saya begitu telaten menyisihkan sedikit demi sedikit uang sisa dari kebutuhan hidup sehari-hari," ujarnya.
Seringkali uang tabungannya yang tidak seberapa diinvestasikan dengan membeli emas, meski hanya berukuran beberapa gram saja.
Tahun 2011, istrinya dapat arisan dengan jumlah uang yang terbilang lumayan. Seketika itu sejumlah emas yang selama ini dikumpulkan, beserta barang-barang berharga lainnya dijual, demi mendaftar haji untuk dua orang, yaitu Holili dan istri.
Namun, takdir berkehendak lain. Sang istri menghadap Allah sebelum cita-cita menyempurnakan rukun Islam kelima tercapai. Kedua anak kandungnya juga menyatakan tidak bersedia berangkat ke Tanah Suci menggantikan posisi almarhumah.
Bahkan, Holili hampir gagal berangkat ke Tanah Suci karena tidak memiliki uang untuk mendaftar ke Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) sesaat setelah dikonfirmasi masuk dalam daftar rombongan haji Indonesia pada tahun 2020 lalu.
Nyatanya Allah sungguh Maha Pemurah karena salah satu KBIH di Sampang tiba-tiba tergerak hatinya dengan mempersilakan Holili bergabung tanpa dipungut biaya sepeser pun.
Holili menjalani dengan mengayuh becaknya, sebagai satu-satunya kendaraan yang dimiliki, setiap kali mengikuti pelatihan, manasik haji, serta mengurus persiapan lainnya.
"Niat saya tetap berangkat haji bersama almarhumah Istri. Uang tabungannya masih ada. Hari ini saya bawa ke Tanah Suci untuk membayar orang di sana demi mewakilkan haji badal almarhumah," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Lelaki berusia 60 tahun, warga Jalan Permata, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan/Kabupaten Sampang, Jawa Timur, itu mestinya berangkat haji bersama istrinya.
"Istri saya meninggal dunia karena sakit pada tahun 2019, selang beberapa bulan sebelum dihubungi bahwa kami berangkat tahun 2020," katanya di Asrama Haji Surabaya, Kamis.
Keberangkatannya ke Tanah Suci sempat tertunda akibat pandemi virus corona (COVID-19).
Hari ini Holili masuk Asrama Haji Surabaya. Dia tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) 20 Embarkasi Surabaya, yang menurut jadwal berangkat ke Tanah Suci, Jumat pagi, 17 Juni.
Holili mengenang perjuangan menyisihkan sedikit demi sedikit penghasilan dari hasil mengayuh becak tak lepas dari campur tangan almarhumah istrinya yang dinilai pandai mengelola keuangan.
Dia mengungkapkan penghasilannya sebagai tukang becak tidak menentu, berkisar antara Rp30 - 50 ribu per hari.
Sesekali Holili menambah penghasilan dengan bekerja sebagai kuli bagi nelayan di sekitar tempat tinggalnya saat bulan-bulan tertentu yang disebut sebagai musim ikan.
"Istri saya begitu telaten menyisihkan sedikit demi sedikit uang sisa dari kebutuhan hidup sehari-hari," ujarnya.
Seringkali uang tabungannya yang tidak seberapa diinvestasikan dengan membeli emas, meski hanya berukuran beberapa gram saja.
Tahun 2011, istrinya dapat arisan dengan jumlah uang yang terbilang lumayan. Seketika itu sejumlah emas yang selama ini dikumpulkan, beserta barang-barang berharga lainnya dijual, demi mendaftar haji untuk dua orang, yaitu Holili dan istri.
Namun, takdir berkehendak lain. Sang istri menghadap Allah sebelum cita-cita menyempurnakan rukun Islam kelima tercapai. Kedua anak kandungnya juga menyatakan tidak bersedia berangkat ke Tanah Suci menggantikan posisi almarhumah.
Bahkan, Holili hampir gagal berangkat ke Tanah Suci karena tidak memiliki uang untuk mendaftar ke Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) sesaat setelah dikonfirmasi masuk dalam daftar rombongan haji Indonesia pada tahun 2020 lalu.
Nyatanya Allah sungguh Maha Pemurah karena salah satu KBIH di Sampang tiba-tiba tergerak hatinya dengan mempersilakan Holili bergabung tanpa dipungut biaya sepeser pun.
Holili menjalani dengan mengayuh becaknya, sebagai satu-satunya kendaraan yang dimiliki, setiap kali mengikuti pelatihan, manasik haji, serta mengurus persiapan lainnya.
"Niat saya tetap berangkat haji bersama almarhumah Istri. Uang tabungannya masih ada. Hari ini saya bawa ke Tanah Suci untuk membayar orang di sana demi mewakilkan haji badal almarhumah," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022