Operasional Terminal Petikemas (TPK) Semarang, Jateng, yang berada di bawah naungan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 3 terhambat, akibat jebolnya tanggul PT Lamicitra Nusantara setelah banjir rob melanda kawasan pelabuhan setempat.
GM TPK Semarang, I Nyoman Sudhiarta, dalam siaran persnya, Rabu malam, mengatakan, dampak yang terjadi pada operasional TPK Semarang, yakni sedikitnya 4 kapal batal bersandar di terminal, dengan potensi kegiatan bongkar muat petikemas sebanyak 6.000 TEUs.
"TPK Semarang juga terpaksa melakukan buka tutup pintu terminal lantaran akses masuk terhalang oleh air laut," katanya.
Ia mengatakan, dengan jebolnya tanggul PT Lamicitra, air rob menjadi semakin tinggi dan berdampak pada aktivitas operasional pelabuhan.
"Jika tidak ada tanggul yang jebol, sistem pompa yang dimiliki pelabuhan sebenarnya mampu menangani hingga ketinggian pasang 130 cm," katanya.
Ia mengatakan, operasional bongkar muat hingga kini tetap berjalan, namun agak tersendat karena akses jalan tertutup oleh air.
"Konfirmasi penumpukan juga dilakukan manual, karena saat air naik sistem otomatis kami matikan, sebab panel listrik terendam air," tuturnya.
Nyoman menyebut, sejumlah fasilitas terminal yang mengalami kerusakan akibat terendam air meliputi truk trailer, sistem elektrifikasi pada peralatan, load cell jembatan timbang, jaringan kelistrikan dan jalan akses.
"Hingga saat ini kapal yang batal ke TPK Semarang adalah MV. Teluk Bintuni, MV. Hijau Samudra, MV. Meratus Medan 2 dan MV. Meratus Medan 3," katanya.
Banjir rob yang melanda sejak Senin (23/05) membuat operasional terminal petikemas sempat terhenti selama 21 jam. TPK Semarang kembali melakukan kegiatan bongkar muat peti kemas pada Selasa (24/05) pukul 11:00 WIB, dan dalam 3 hari banjir rob, TPK Semarang telah berhasil menyelesaikan kegiatan bongkar muat peti kemas untuk MV. Uni Premier, MV. SITC Shekou, MV. Intan Daya 8 dan MV. Pelican.
"Kami mohon maaf kepada para pengguna jasa atas keterlambatan pelayanan dan ketidaknyamanan yang terjadi," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
GM TPK Semarang, I Nyoman Sudhiarta, dalam siaran persnya, Rabu malam, mengatakan, dampak yang terjadi pada operasional TPK Semarang, yakni sedikitnya 4 kapal batal bersandar di terminal, dengan potensi kegiatan bongkar muat petikemas sebanyak 6.000 TEUs.
"TPK Semarang juga terpaksa melakukan buka tutup pintu terminal lantaran akses masuk terhalang oleh air laut," katanya.
Ia mengatakan, dengan jebolnya tanggul PT Lamicitra, air rob menjadi semakin tinggi dan berdampak pada aktivitas operasional pelabuhan.
"Jika tidak ada tanggul yang jebol, sistem pompa yang dimiliki pelabuhan sebenarnya mampu menangani hingga ketinggian pasang 130 cm," katanya.
Ia mengatakan, operasional bongkar muat hingga kini tetap berjalan, namun agak tersendat karena akses jalan tertutup oleh air.
"Konfirmasi penumpukan juga dilakukan manual, karena saat air naik sistem otomatis kami matikan, sebab panel listrik terendam air," tuturnya.
Nyoman menyebut, sejumlah fasilitas terminal yang mengalami kerusakan akibat terendam air meliputi truk trailer, sistem elektrifikasi pada peralatan, load cell jembatan timbang, jaringan kelistrikan dan jalan akses.
"Hingga saat ini kapal yang batal ke TPK Semarang adalah MV. Teluk Bintuni, MV. Hijau Samudra, MV. Meratus Medan 2 dan MV. Meratus Medan 3," katanya.
Banjir rob yang melanda sejak Senin (23/05) membuat operasional terminal petikemas sempat terhenti selama 21 jam. TPK Semarang kembali melakukan kegiatan bongkar muat peti kemas pada Selasa (24/05) pukul 11:00 WIB, dan dalam 3 hari banjir rob, TPK Semarang telah berhasil menyelesaikan kegiatan bongkar muat peti kemas untuk MV. Uni Premier, MV. SITC Shekou, MV. Intan Daya 8 dan MV. Pelican.
"Kami mohon maaf kepada para pengguna jasa atas keterlambatan pelayanan dan ketidaknyamanan yang terjadi," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022