Kekalahan Arsenal dari Newcastle United adalah bencana dan para pemain The Gunners tidak pantas berada di lapangan, kata gelandang Granit Xhaka menyentil dirinya sendiri dan rekan-rekan satu timnya.
"Sulit mencari kata-kata yang tepat. Dari menit pertama hingga ke-90 kami tidak pantas berada di lapangan," kata pemain Swiss itu kepada Sky Sports seperti dikutip Reuters, Selasa WIB.
Dalam laga di St James' Park yang berkesudahan 2-0 untuk Newcastle itu, Arsenal tampil buruk. Xhaka dkk. masih berpeluang merebut tiket kualifikasi Liga Champions, tapi kini berselisih dua poin di bawah Tottenham Hotspur (68 poin) yang menempati posisi keempat.
Tuan rumah mendominasi pertandingan dan mencetak dua gol pada babak kedua, pertama melalui gol bunuh diri Ben White dan kemudian gol Bruno Guimaraes setelah pertahanan Arsenal ambrol.
Xhaka tidak menahan pandangannya terhadap kinerja tim yang membuat mereka kini mengharapkan keajaiban terjadi pada hari terakhir guna menghindari mereka gagal enam musim berturut-turut dalam kompetisi elit Eropa.
“Saya tak bisa menjelaskan kepada Anda apa alasannya. Kami tak melakukan apa yang menjadi rencana main kami, tak mendengarkan pelatih. Apa yang terjadi sungguh bencana. Anda tidak pantas bermain dalam Liga Champions atau bahkan Liga Europa. Sungguh berat untuk diterima saat ini."
"Saya tidak tahu mengapa kami tidak melakukan apa yang diminta pelatih kepada kami."
Pemain berusia 29 tahun yang mengalami masa sulit di Arsenal setelah dicopot dari posisi kapten pada 2019 itu membantah bahwa kurangnya pengalaman dalam skuad Mikel Arteta adalah masalah mereka.
"Jika orang tidak siap menjalani laga ini, tinggal saja di rumah. Bukan soal usia Anda. Jika Anda gugup, diam di bangku cadangan atau tinggal di rumah. Anda membutuhkan orang-orang yang memiliki nyali untuk datang ke sini guna bermain. Bagi kami ini salah satu pertandingan terpenting. Kami merasa sangat mengecewakan orang-orang yang sudah datang ke sini," kata dia.
"Maaf kepada mereka (penggemar), saya tidak punya kata lain. Ruang ganti sangat sunyi. Rencana permainan sungguh berbeda dengan apa yang kami lakukan selama 90 menit."
"Kami menunggu selama enam tahun (untuk bermain dalam Liga Champions). Kami sudah mengendalikan segalanya."
Tim asuhan Arteta menjamu Everton yang tengah berjuang menghindari degradasi, dalam pertandingan terakhirnya musim ini Minggu pekan ini.
Satu-satunya cara realistis Arsenal saat ini adalah merebut tempat terakhir Liga Champions dari seteru sekota, namun itu hanya jika Spurs kalah dari juru kunci Norwich City yng sudah terdegradasi pada Minggu, sebaliknya tim Arteta mengalahkan Everton. Skenario ini mutlak bagi Arsenal karena Tottenham memiliki selisih gol yang jauh lebih besar.
"Newcastle 100 kali lebih baik dari kami... Pada setiap bagian Anda harus mendapatkan hak bermain dan kami tidak melakukannya," kata Arteta kepada BBC.
“Kami harus menundukkan kepala dan mengaku performa kami tidak mendekati standar yang dibutuhkan untuk Liga Champions. Mulai besok kami akan bersiap menghadapi Everton. Secara matematis masih memungkinkan," pungkas Arteta. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Sulit mencari kata-kata yang tepat. Dari menit pertama hingga ke-90 kami tidak pantas berada di lapangan," kata pemain Swiss itu kepada Sky Sports seperti dikutip Reuters, Selasa WIB.
Dalam laga di St James' Park yang berkesudahan 2-0 untuk Newcastle itu, Arsenal tampil buruk. Xhaka dkk. masih berpeluang merebut tiket kualifikasi Liga Champions, tapi kini berselisih dua poin di bawah Tottenham Hotspur (68 poin) yang menempati posisi keempat.
Tuan rumah mendominasi pertandingan dan mencetak dua gol pada babak kedua, pertama melalui gol bunuh diri Ben White dan kemudian gol Bruno Guimaraes setelah pertahanan Arsenal ambrol.
Xhaka tidak menahan pandangannya terhadap kinerja tim yang membuat mereka kini mengharapkan keajaiban terjadi pada hari terakhir guna menghindari mereka gagal enam musim berturut-turut dalam kompetisi elit Eropa.
“Saya tak bisa menjelaskan kepada Anda apa alasannya. Kami tak melakukan apa yang menjadi rencana main kami, tak mendengarkan pelatih. Apa yang terjadi sungguh bencana. Anda tidak pantas bermain dalam Liga Champions atau bahkan Liga Europa. Sungguh berat untuk diterima saat ini."
"Saya tidak tahu mengapa kami tidak melakukan apa yang diminta pelatih kepada kami."
Pemain berusia 29 tahun yang mengalami masa sulit di Arsenal setelah dicopot dari posisi kapten pada 2019 itu membantah bahwa kurangnya pengalaman dalam skuad Mikel Arteta adalah masalah mereka.
"Jika orang tidak siap menjalani laga ini, tinggal saja di rumah. Bukan soal usia Anda. Jika Anda gugup, diam di bangku cadangan atau tinggal di rumah. Anda membutuhkan orang-orang yang memiliki nyali untuk datang ke sini guna bermain. Bagi kami ini salah satu pertandingan terpenting. Kami merasa sangat mengecewakan orang-orang yang sudah datang ke sini," kata dia.
"Maaf kepada mereka (penggemar), saya tidak punya kata lain. Ruang ganti sangat sunyi. Rencana permainan sungguh berbeda dengan apa yang kami lakukan selama 90 menit."
"Kami menunggu selama enam tahun (untuk bermain dalam Liga Champions). Kami sudah mengendalikan segalanya."
Tim asuhan Arteta menjamu Everton yang tengah berjuang menghindari degradasi, dalam pertandingan terakhirnya musim ini Minggu pekan ini.
Satu-satunya cara realistis Arsenal saat ini adalah merebut tempat terakhir Liga Champions dari seteru sekota, namun itu hanya jika Spurs kalah dari juru kunci Norwich City yng sudah terdegradasi pada Minggu, sebaliknya tim Arteta mengalahkan Everton. Skenario ini mutlak bagi Arsenal karena Tottenham memiliki selisih gol yang jauh lebih besar.
"Newcastle 100 kali lebih baik dari kami... Pada setiap bagian Anda harus mendapatkan hak bermain dan kami tidak melakukannya," kata Arteta kepada BBC.
“Kami harus menundukkan kepala dan mengaku performa kami tidak mendekati standar yang dibutuhkan untuk Liga Champions. Mulai besok kami akan bersiap menghadapi Everton. Secara matematis masih memungkinkan," pungkas Arteta. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022