Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bertekad memutus transmisi penularan untuk mencapai eliminasi penyakit tuberkolosis (TBC) di wilayah setempat pada Tahun 2030.
"Karena itu sangat penting keterlibatan multisektor untuk memutus transmisi penularan dan menuju ke arah tersebut," ujar dia, menanggapi peringatan Hari TBC se-Dunia di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Kamis.
Menurut Khofifah, pelibatan multisektor dalam penemuan dan pengobatan penderita TBC serta terapi pencegahan menjadi upaya prioritas untuk dilakukan.
Hal tersebut, kata gubernur, menemukan orang dengan TBC dan memastikan mereka diobati sampai sembuh membutuhkan pendekatan yang melampaui sektor kesehatan.
Keberhasilan eliminasi TBC ditentukan kontribusi dan kolaborasi lintas sektor, mulai organisasi profesi, tokoh masyarakat, fasilitas kesehatan, organisasi perangkat daerah, kementerian atau lembaga terkait, ormas, komunitas peduli TBC, kader kesehatan, akademisi perguruan tinggi, dan masyarakat umum.
Sementara itu, sesuai data dari Pemprov Jatim berdasar "Global TB Report WHO 2021" diungkapkan bahwa TBC masih menjadi masalah kesehatan dunia hingga sekarang.
Pada 2020, terdapat 9,9 juta jiwa penderita, serta 1,5 juta nyawa melayang akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan diobati tersebut.
Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 824 ribu jiwa jatuh sakit dan 93 ribu jiwa meninggal dunia akibat TBC pada 2020.
Di Jawa Timur, pada tahun 2021 tercatat ada 43.268 jiwa penderita TBC dan ini merupakan jumlah kasus TBC tertinggi ketiga secara nasional.
Kasus tertinggi pertama adalah Jawa Barat sebanyak 93.626 jiwa penderita, lalu kedua adalah Jawa Tengah sebanyak 44.203 jiwa penderita.
Angka tersebut masih 45,08 persen dari estimasi kasus yang harus ditemukan, atau sekitar 50 ribu-an penderita belum berhasil ditemukan dan diobati sehingga berpotensi menularkan ke orang di sekitarnya.
Karena itulah, lanjut Khofifah, Peringatan Hari TBC se-Dunia merupakan momen tepat untuk mendorong semua pihak terlibat aktif dalam pencegahan dan pengendalian TBC.
"Sesuai dengan tema tahun ini, Investasi untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa. Mari satukan tekad dan perkuat inovasi dalam rangka mencapai eliminasi TBC 2030," kata dia.
Selain itu, Pemprov Jatim melalui Dinas Kesehatan melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka eliminasi TBC, seperti sosialisasi pelaksanaan Peraturan Presiden tentang penanggulangan TBC, koordinasi pelibatan koalisi organisasi profesi (Kopi TBC) Jatim, serta pelibatan big chain hospital di Jatim dalam jejaring pelayanan TBC.
Tak itu saja, Dinkes Jatim juga menggelar talk show Deteksi dan Pencegahan TBC Sedini Mungkin, ekspansi pelayanan TBC resisten obat di RSUD Blambangan Banyuwangi, serta peningkatan kapasitas dokter praktik mandiri dan klinik dalam tata laksana TBC.
"Termasuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk penanggulangan TBC," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Karena itu sangat penting keterlibatan multisektor untuk memutus transmisi penularan dan menuju ke arah tersebut," ujar dia, menanggapi peringatan Hari TBC se-Dunia di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Kamis.
Menurut Khofifah, pelibatan multisektor dalam penemuan dan pengobatan penderita TBC serta terapi pencegahan menjadi upaya prioritas untuk dilakukan.
Hal tersebut, kata gubernur, menemukan orang dengan TBC dan memastikan mereka diobati sampai sembuh membutuhkan pendekatan yang melampaui sektor kesehatan.
Keberhasilan eliminasi TBC ditentukan kontribusi dan kolaborasi lintas sektor, mulai organisasi profesi, tokoh masyarakat, fasilitas kesehatan, organisasi perangkat daerah, kementerian atau lembaga terkait, ormas, komunitas peduli TBC, kader kesehatan, akademisi perguruan tinggi, dan masyarakat umum.
Sementara itu, sesuai data dari Pemprov Jatim berdasar "Global TB Report WHO 2021" diungkapkan bahwa TBC masih menjadi masalah kesehatan dunia hingga sekarang.
Pada 2020, terdapat 9,9 juta jiwa penderita, serta 1,5 juta nyawa melayang akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan diobati tersebut.
Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 824 ribu jiwa jatuh sakit dan 93 ribu jiwa meninggal dunia akibat TBC pada 2020.
Di Jawa Timur, pada tahun 2021 tercatat ada 43.268 jiwa penderita TBC dan ini merupakan jumlah kasus TBC tertinggi ketiga secara nasional.
Kasus tertinggi pertama adalah Jawa Barat sebanyak 93.626 jiwa penderita, lalu kedua adalah Jawa Tengah sebanyak 44.203 jiwa penderita.
Angka tersebut masih 45,08 persen dari estimasi kasus yang harus ditemukan, atau sekitar 50 ribu-an penderita belum berhasil ditemukan dan diobati sehingga berpotensi menularkan ke orang di sekitarnya.
Karena itulah, lanjut Khofifah, Peringatan Hari TBC se-Dunia merupakan momen tepat untuk mendorong semua pihak terlibat aktif dalam pencegahan dan pengendalian TBC.
"Sesuai dengan tema tahun ini, Investasi untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa. Mari satukan tekad dan perkuat inovasi dalam rangka mencapai eliminasi TBC 2030," kata dia.
Selain itu, Pemprov Jatim melalui Dinas Kesehatan melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka eliminasi TBC, seperti sosialisasi pelaksanaan Peraturan Presiden tentang penanggulangan TBC, koordinasi pelibatan koalisi organisasi profesi (Kopi TBC) Jatim, serta pelibatan big chain hospital di Jatim dalam jejaring pelayanan TBC.
Tak itu saja, Dinkes Jatim juga menggelar talk show Deteksi dan Pencegahan TBC Sedini Mungkin, ekspansi pelayanan TBC resisten obat di RSUD Blambangan Banyuwangi, serta peningkatan kapasitas dokter praktik mandiri dan klinik dalam tata laksana TBC.
"Termasuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk penanggulangan TBC," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022