Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr Andrea Kartika Suryadharma memaparkan bahwa virus Sars Cov2 dapat merusak dan mempengaruhi fungsi jantung melalui beberapa mekanisme.
"Salah satunya adalah melalui 'receptor ACE-2' yang terdapat pada berbagai macam organ, salah satunya jantung. 'Receptor ACE-2' inilah yang akan 'memediasi' virus sehingga dapat memasuki sel," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Sabtu.
Pada edukasi bincang yang digelar Rumah Sakit Jantung Diagram Siloam Hospitals tersebut, ia juga menjelaskan bahwa Virus Corona mampu merusak sel jantung secara langsung dan juga dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) lebih lanjut terutama saat terjadi respon imun berlebih atau yang sering disebut dengan badai sitokin.
Sehingga, kata dia, mengakibatkan kerusakan pada sel-sel pembuluh darah (disfungsi endotel), berpotensi mengganggu stabilitas plak aterosklerotik, dan juga mencetuskan kondisi hiperkoagulabilitas pada darah.
"Gangguan ini sangat mungkin muncul dengan berbagai macam 'manifestasi' berbeda, namun tidak semua penyintas COVID-19 yang akan mengalami. Berdasarkan data studi kasus ada, tidak ada pola khusus yang dapat memprediksi komplikasi gangguan jantung pada penyintas," ucapnya.
Dokter yang keseharian-nya berpraktik tetap di RS di bilangan Cinere, Depok tersebut mengatakan COVID-19 terbukti dapat menimbulkan gangguan organ jantung dan pembuluh darah serta organ lainnya.
Bahkan, lanjut dia, tidak hanya pada penderita bergejala berat, namun juga pada penyintas dengan gejala ringan yang ternyata dapat menimbulkan komplikasi pada organ jantung dan pembuluh darah.
Ia menyarankan, sebagai bentuk kewaspadaan diri melalui protokol kesehatan secara berkelanjutan maka menjadi penting bagi para penyintas segera konsultasikan ke dokter apabila mengalami gejala-gejala.
"Seperti rasa tidak nyaman di dada yang sangat mungkin menjalar ke lengan, punggung, terutama jika disertai dengan sesak nafas, merasa mudah lelah, detak jantung yang tidak teratur bahkan keringat dingin," tuturnya.
"Termasuk menjaga pola hidup sehat dan memperbaiki faktor risiko yang ada," tambah dr Andrea. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Salah satunya adalah melalui 'receptor ACE-2' yang terdapat pada berbagai macam organ, salah satunya jantung. 'Receptor ACE-2' inilah yang akan 'memediasi' virus sehingga dapat memasuki sel," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Sabtu.
Pada edukasi bincang yang digelar Rumah Sakit Jantung Diagram Siloam Hospitals tersebut, ia juga menjelaskan bahwa Virus Corona mampu merusak sel jantung secara langsung dan juga dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) lebih lanjut terutama saat terjadi respon imun berlebih atau yang sering disebut dengan badai sitokin.
Sehingga, kata dia, mengakibatkan kerusakan pada sel-sel pembuluh darah (disfungsi endotel), berpotensi mengganggu stabilitas plak aterosklerotik, dan juga mencetuskan kondisi hiperkoagulabilitas pada darah.
"Gangguan ini sangat mungkin muncul dengan berbagai macam 'manifestasi' berbeda, namun tidak semua penyintas COVID-19 yang akan mengalami. Berdasarkan data studi kasus ada, tidak ada pola khusus yang dapat memprediksi komplikasi gangguan jantung pada penyintas," ucapnya.
Dokter yang keseharian-nya berpraktik tetap di RS di bilangan Cinere, Depok tersebut mengatakan COVID-19 terbukti dapat menimbulkan gangguan organ jantung dan pembuluh darah serta organ lainnya.
Bahkan, lanjut dia, tidak hanya pada penderita bergejala berat, namun juga pada penyintas dengan gejala ringan yang ternyata dapat menimbulkan komplikasi pada organ jantung dan pembuluh darah.
Ia menyarankan, sebagai bentuk kewaspadaan diri melalui protokol kesehatan secara berkelanjutan maka menjadi penting bagi para penyintas segera konsultasikan ke dokter apabila mengalami gejala-gejala.
"Seperti rasa tidak nyaman di dada yang sangat mungkin menjalar ke lengan, punggung, terutama jika disertai dengan sesak nafas, merasa mudah lelah, detak jantung yang tidak teratur bahkan keringat dingin," tuturnya.
"Termasuk menjaga pola hidup sehat dan memperbaiki faktor risiko yang ada," tambah dr Andrea. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022