Harga emas stabil di dekat level tertinggi dua bulan di perdagangan Asia pada Kamis pagi, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi mencegah kenaikan lebih lanjut di tengah kehati-hatian yang berkembang sekitar perkembangan pertemuan Federal Reserve AS yang dijadwalkan minggu depan.
Emas di pasar spot diperdagangkan datar di 1.839,36 dolar AS per ounce pada pukul 00.31 GMT, stabil di dekat level tertinggi sejak 22 November. Sementara itu, emas berjangka AS turun tipis 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.840,60 dolar AS per ounce.
Emas mengalami sesi terbaiknya dalam tiga bulan pada Rabu (19/1) karena melemahnya dolar dan ketegangan geopolitik di sekitar Ukraina mengangkat daya tarik aset-aset safe-haven dan memicu reli logam mulia.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan diperdagangkan lebih tinggi pada Kamis, sedikit menekan emas.
Federal Reserve AS akan memperketat kebijakan moneter pada kecepatan yang jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebulan lalu untuk menjinakkan inflasi yang terus-menerus tinggi, sekarang dipandang oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters sebagai ancaman terbesar bagi ekonomi AS selama tahun mendatang.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS dijadwalkan bertemu pada 25-26 Januari.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, logam ini sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang meningkatkan peluang kerugian memegang emas tanpa bunga.
Sementara hasil perusahaan AS dan Eropa yang kuat tidak dapat menghentikan penurunan di Wall Street, karena kenaikan harga minyak mentah membuat kekhawatiran inflasi tetap bertahan.
Inflasi di Inggris naik lebih cepat dari yang diperkirakan ke level tertinggi dalam hampir 30 tahun pada Desember, mengintensifkan tekanan pada standar hidup dan memberikan tekanan pada bank sentral Inggris untuk menaikkan suku bunga lagi.
Logam mulia lainnya di pasar spot, perak melemah 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 24,09 dolar AS per ounce, platinum naik tipis 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.022,60 dolar AS per ounce dan paladium turun 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 1.992,71 dolar AS per ounce. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Emas di pasar spot diperdagangkan datar di 1.839,36 dolar AS per ounce pada pukul 00.31 GMT, stabil di dekat level tertinggi sejak 22 November. Sementara itu, emas berjangka AS turun tipis 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.840,60 dolar AS per ounce.
Emas mengalami sesi terbaiknya dalam tiga bulan pada Rabu (19/1) karena melemahnya dolar dan ketegangan geopolitik di sekitar Ukraina mengangkat daya tarik aset-aset safe-haven dan memicu reli logam mulia.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan diperdagangkan lebih tinggi pada Kamis, sedikit menekan emas.
Federal Reserve AS akan memperketat kebijakan moneter pada kecepatan yang jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebulan lalu untuk menjinakkan inflasi yang terus-menerus tinggi, sekarang dipandang oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters sebagai ancaman terbesar bagi ekonomi AS selama tahun mendatang.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS dijadwalkan bertemu pada 25-26 Januari.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, logam ini sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang meningkatkan peluang kerugian memegang emas tanpa bunga.
Sementara hasil perusahaan AS dan Eropa yang kuat tidak dapat menghentikan penurunan di Wall Street, karena kenaikan harga minyak mentah membuat kekhawatiran inflasi tetap bertahan.
Inflasi di Inggris naik lebih cepat dari yang diperkirakan ke level tertinggi dalam hampir 30 tahun pada Desember, mengintensifkan tekanan pada standar hidup dan memberikan tekanan pada bank sentral Inggris untuk menaikkan suku bunga lagi.
Logam mulia lainnya di pasar spot, perak melemah 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 24,09 dolar AS per ounce, platinum naik tipis 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.022,60 dolar AS per ounce dan paladium turun 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 1.992,71 dolar AS per ounce. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022