Harga emas berjangka pada perdagangan Selasa (Rabu pagi, WIB) mengalami penurunan, dipicu kenaikan nilai tukar dolar AS terhadap mata utang utama setelah perhatian investor beralih ke rencana pertemuan Bank Sentral AS pekan depan yang memberikan sinyal bahwa akan ada kebijakan kenaikan suku bunga.
Harga emas di pasar spot untuk pengiriman Februari tercatat turun 4,1 dolar AS, atau 0,23 persen, menjadi 1.812,4 dolar AS per ounce.
"Jika Fed menaikkan suku bunga pekan depan, harga emas bisa mengalami aksi jual di bawah 1.800 dolar AS per ounce. Ini akan menjadi level terendah, sementara sentimen pasar akan memburuk jika kenaikan suku bunga dilakukan sebelum Maret, kata Bob Haberkorn. ahli strategi pasar senior di RJO Futures, seperti dikutip Reuters.
Ia pun memperkirakan, setelah kenaikan suku bunga pertama direalisasikan maka harga emas akan berada di kisaran 1.780-1.830 dolar AS per ounce.
Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang meningkatkan biaya peluang mengkoleksi emas batangan yang tidak menghasilkan.
"Kami berada di jalur untuk hasil yang lebih tinggi sepanjang tahun yang akan membatasi kenaikan emas, tetapi kisah inflasi membuat emas terus berlanjut di sini," kata Haberkorn.
Perhatian investor global tetap tertuju pada pertemuan Fed 25-26 Januari setelah pejabat mengisyaratkan mereka akan mulai menaikkan suku bunga pada bulan Maret untuk mengendalikan inflasi.
"Emas dalam periode berombak, tetapi prospek jangka menengah masih tetap bullish jika harga dapat melayang di sekitar level 1800 dolar AS per ounce. Emas akan tetap menjadi instrumen lindung nilai inflasi untuk sebagian besar pasar Amerika Latin dan negara berkembang," kata Ed Moya, analis senior di broker OANDA.
Sementara harga perak di pasar spot tercatat 1,8 persen pada 23,42 dolar AS per ounce, platinum naik 1 persen menjadi 981,50 dolar AS per ounce dan paladium naik 1,5% persen menjadi 1,903,17 dolar AS per ounce. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022