Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menilai wilayah itu masih kekurangan alat deteksi dini (EWS) bencana tanah longsor yang rawan terjadi saat musim hujan.

Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Magetan Suparman di Magetan, Rabu mengatakan ada puluhan desa di tujuh kecamatan yang tergolong rawan terjadi bencana tanah longsor, namun hingga kini Magetan baru memiliki enam alat EWS khusus longsor.

"Jumlah tersebut masih sangat kurang, apalagi desa yang rawan longsor ada puluhan," ujarnya.

Alat EWS tanah bergerak tersebut di antaranya dipasang di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, kemudian di Desa Dadi, Ngancar, dan Sarangan di Kecamatan Plaosan.

Sementara untuk tujuh kecamatan yang tergolong rawan longsor, meliputi Plaosan, Parang, Poncol, Sidorejo, Panekan, Ngariboyo dan Magetan Kota.

"Jika dilihat dari historinya, longsor, baik dalam skala kecil maupun sedang, pernah terjadi di puluhan desa yang ada di ketujuh kecamatan tersebut. Sebagian besar wilayah yang tergolong rawan berada di barat Magetan," katanya.

Sesuai data BPBD Magetan, sepanjang Tahun 2021 sudah 51 kali terjadi bencana tanah longsor di wilayah setempat hingga akhir November.

Dari puluhan kali bencana longsor tersebut, kata Suparman, paling banyak terjadi di Kecamatan Poncol yang mencapai 25 kali kejadian. Hal itu karena semua desa di Kecamatan Poncol masuk kategori rawan longsor.

Ia menambahkan, selain enam EWS, juga ada satu EWS pendeteksi banjir. Suparman memastikan seluruh alat deteksi dini itu berfungsi dengan baik karena secara berkala dilakukan pengecekan. Jika ada yang rusak, sebisa mungkin langsung diperbaiki.

BPBD juga membentuk desa tanggap bencana (destana) untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga di desa-desa yang rawan bencana.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021