Perpustakaan Universitas Kristen Petra Surabaya merangkai pohon Natal dari bahan dasar perkakas bambu untuk menghangatkan semangat Hari Raya Natal 2021 di tengah suasana COVID-19.
"Pohon Natal ini dirancang berbahan 544 perkakas dapur dari bambu yang biasa dipakai masyarakat Jawa. Pohon ini dibuat agar mengingatkan manusia untuk tetap kuat meski masih pandemi COVID-19 dan banyak bencana lainnya," kata Kepala Perpustakaan UK Petra Dian Wulandari di Surabaya, Senin.
Menurut Dian, Bambu ini memiliki akar yang sangat kuat tetapi hidupnya berkelompok dan berdampingan dengan yang lainnya.
"Hal ini semakin memperkuat dari hempasan angina dan badai. Hendaknya kita belajar dari bambu ini dengan memiliki pondasi hidup yang kuat yaitu Firman Tuhan. Sehingga ketika menghadapi badai kehidupan, kita tidak akan mudah putus asa," ungkap Dian.
Pohon bertinggi 7 meter dan terdiri dari 188 kalo, 115 tempeh, 70 tedok, 75 irek dan 60 pincuk merupakan buatan dosen Luar Biasa prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra yaitu Trimatra Bagus dan tim.
"Mengapa dari bambu? Meskipun tergolong rumput, akan tetapi bambu mempunyai akar yang panjang serta kuat. Tak hanya itu bambu ini merupakan tanaman yang sangat berguna. Tidak peduli apapun latar belakang kita, kita berharga di hadapan Tuhan, dan Tuhan ingin kita menjadi berkat bagi sekitar kita," kata Dian.
Pada peluncuran pohon Natal berbahan perkakas bambu itu ditampilkan pula tarian Bedoyo Wulandaru yang dibawakan oleh mahasiswa UK Petra.
Tarian asal tanah Blambangan, Banyuwangi ini biasanya digunakan oleh masyarakat untuk menyambut tamu agung yang datang dan dianggap sebagai penerang dan suatu keberuntungan.
"Tarian ini merupakan tarian kebahagiaan, yang menggambarkan Natal adalah sebuah berita sukacita sebab kedatangan Sang Mesias, Yesus Kristus yang membawa berita keselamatan bagi umat manusia," kata Dian. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Pohon Natal ini dirancang berbahan 544 perkakas dapur dari bambu yang biasa dipakai masyarakat Jawa. Pohon ini dibuat agar mengingatkan manusia untuk tetap kuat meski masih pandemi COVID-19 dan banyak bencana lainnya," kata Kepala Perpustakaan UK Petra Dian Wulandari di Surabaya, Senin.
Menurut Dian, Bambu ini memiliki akar yang sangat kuat tetapi hidupnya berkelompok dan berdampingan dengan yang lainnya.
"Hal ini semakin memperkuat dari hempasan angina dan badai. Hendaknya kita belajar dari bambu ini dengan memiliki pondasi hidup yang kuat yaitu Firman Tuhan. Sehingga ketika menghadapi badai kehidupan, kita tidak akan mudah putus asa," ungkap Dian.
Pohon bertinggi 7 meter dan terdiri dari 188 kalo, 115 tempeh, 70 tedok, 75 irek dan 60 pincuk merupakan buatan dosen Luar Biasa prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra yaitu Trimatra Bagus dan tim.
"Mengapa dari bambu? Meskipun tergolong rumput, akan tetapi bambu mempunyai akar yang panjang serta kuat. Tak hanya itu bambu ini merupakan tanaman yang sangat berguna. Tidak peduli apapun latar belakang kita, kita berharga di hadapan Tuhan, dan Tuhan ingin kita menjadi berkat bagi sekitar kita," kata Dian.
Pada peluncuran pohon Natal berbahan perkakas bambu itu ditampilkan pula tarian Bedoyo Wulandaru yang dibawakan oleh mahasiswa UK Petra.
Tarian asal tanah Blambangan, Banyuwangi ini biasanya digunakan oleh masyarakat untuk menyambut tamu agung yang datang dan dianggap sebagai penerang dan suatu keberuntungan.
"Tarian ini merupakan tarian kebahagiaan, yang menggambarkan Natal adalah sebuah berita sukacita sebab kedatangan Sang Mesias, Yesus Kristus yang membawa berita keselamatan bagi umat manusia," kata Dian. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021