THRE3 MAS KADA

“THRE3 MAS KADA” adalah istilah penyebutan dari tiga kepala  daerah yang masih muda-muda di wilayah Surabaya Raya, meliputi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali dan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani. 

Mereka berupaya bersinergi  membangun wilayah Surabaya Raya secara bersama. Istilah tersebut muncul dari diskusi bertajuk “Collabo Leaders,  THRE3 MAS KADA” yang digelar Radio Suara Surabaya (SS) dan disiarkan di semua kanal media sosial Suara Surabaya Media pada  Senin, 5 Maret 2021 pukul 13.15 WIB. 

Acara tersebut dihadiri Kota Surabaya Eri Cahyadi, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali dan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani. Mereka bertemu bertemu di ruang forum Suara Surabaya Media

Pencetus awal dari istilah THRE3 MAS KADA “ adalah Pimpred sekaligus Manager Produksi Suara Surabaya Media Eddy Prasetyo.  "Saya floorkan saja di SS. Prinsipnya, ini simbolika yang  SS deliver, terserah mau dipakai publik atau tidak. Intinya gak  keberatan, malah mesam-mesem saat lihat simbolika itu," kata  Eddy saat diwawancarai ANTARA, Minggu, 21 Maret 2021.

Eddy menjelaskan bahwa THRE3 adalah tiga,  merupakan simbul atau semiotika. E dan 3 adalah sudut yang saling bertemu. Makanya dalam istilah itu diberi huruf kapital untuk menunjukkan bahwa mereka adalah 3 orang besar dalam dalam abjad yang punya tiga sudut saling bertemu. Itu memakai font film Three Mustaketeers. Mitos three  musketeers di sejarah Eropa kan pertalian kolaborasi 3 bangsawan  untuk melawan kedholiman. Kolaborasi untuk kebaikan.

Menurut Edi, sebelum acara diskusi dimulai, diawali dengan komposisi all for love (Bryan Adams, Rod steward, Sting). Pengantar  menunjukkan kekuatan mereka bertiga demi cinta kepada konstituennya masing-masing.

Sedangkan istilah MAS KADA adalah mas karena mereka masih  muda-muda menjadi KADA atau kepala daerah. Spirit mas dalam  budaya Jawa itu bisa dikatakan egaliter. Tapi juga ada unsur saling  menghormatinya. Mas itu juga simbolik yakni muda yang energik.

Selain juga untuk menangkap segmen-segmen generasi 90-an  yang sekarang megang kendali dan pengambil keputusan, mereka punya pengalaman tentang Film Three Mustaketeers itu dan  mampu menangkap makna simbolnya. 

Selain istilah, dalam foto THRE3 MAS KADA, Eri Cahyadi berada  di tengah dan agak maju di antara Muhdlor dan Fandi karena  mereka sepakat Eri Cahyadi sebagai imamnya. Itu tersampaikan di  diskusi live (disiarkan langsung) Suara Surabaya.

Menurut Eddy, simbolika itu penting untuk mengikat dalam spirit yang sama. Tapi yang lebih penting, hasil kerja mereka  karena percuma runtang-runtung bertiga tapi tidak punya hasil kerja  untuk konstituen masing-masing. Kolaborasi ini hanya untuk supaya  mereka gerak dalam satu goal yang sama dan berkomunikasi.

Soal pentingnya kolaborasi,  ini berawal sekitar 15 persen dari 40 juta penduduk di Jatim ada di Kota  Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik. Kesatuan  daerah yang mulai akrab dikenal Surabaya Raya. Data yang ada  menunjukkan, perputaran ekonomi di tiga daerah ini menyumbang  40 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim. Industri yang ada di tiga daerah ini juga menjadi penentu pertumbuhan  ekonomi di Jatim yang selalu melebihi pertumbuhan ekonomi  nasional.

Surabaya sebagai pusat bisnis dan perdagangan mengandalkan  Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Sidoarjo dan  Gresik pada industri manufaktur. Masyarakat tiga daerah ini pun  saling terkoneksi. Mereka adalah masyarakat komuter. Tinggal di  salah satu daerah tapi bekerja di daerah lain, begitu pun sebaliknya.

Konektivitas ketiga daerah Surabaya Raya inilah yang akan  mendukung percepatan pembangunan ekonomi di wilayah  Gerbangkertosusila. Ketiganya jadi penggerak pembangunan  kawasan yang termaktub dalam Peraturan Presiden 80/2019 
tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Jatim.

Terdapat lima hal yang dibahas dan disepakati tiga kepala daerah di wilayah Surabaya Raya yakni  integrasi penanganan pandemi COVID-19, manajemen transportasi  terpadu, manajemen sungai terpadu, pengembangan manajemen  pengetahuan untuk meningkatkan kualitas inovasi antar-daerah,  dan infrastruktur jalan. 

Terkait penanganan pandemi, Wali Kota Eri mencontohkan berbagai  kebijakan tiga daerah ini harus sinergis dan saling support. Selain  aspek pencegahan, untuk tracing semestinnya bisa saling dukung  jika memang pasiennya punya mobilitas di antara daerah-daerah ini.

Sedangkan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan  keterpaduan program antardaerah sangat penting. Ia mencontohkan terkait manajemen transportasi terpadu, telah dibahas 
beberapa skema. Tentunya hal itu akan konsultasikan ke Pemprov  Jatim dan pemerintah pusat. Muhdlor menambahkan ketiga  daerah juga sepakat membangun sistem knowledge management atau manajemen pengetahuan yang memungkinkan adanya  replikasi inovasi antardaerah. Dengan manajemen pengetahuan,  ide dan gagasan inovatif antardaerah saling bisa diakses, sehingga  mendorong kolaborasi dalam melahirkan pelayanan terbaik untuk masyarakat.

Selain itu, ketiga daerah juga akan intens membahas program bersama yang bisa berdampak pada percepatan pemulihan  ekonomi rakyat di masing-masing daerah, misalnya dengan  membuat program bersama untuk UMKM, tenaga kerja, industri,  dan sebagainya.

Bupati Gresik terpilih Fandi Akhmad Yani juga mencontohkan  pentingnya integrasi program terkait manajemen penanganan  banjir. Misalnya, soal banjir Kali Lamong yang merupakan problem  klasik di kabupaten tersebut. Menurutnya, penanganan banjir Kali  Lamong harus terintegrasi secara kelembagaan, karena secara  kewilayahan, memang pengaturan sungai dan sistem pengendali  banjir Kali Lamong tersebar di Gresik, Mojokerto, dan Surabaya.

Selain itu, integrasi pembangunan infrastruktur jalan juga  mutlak dilakukan. Ia mencontohkan Pemkot Surabaya yang sedang  merapungkan Jalan Lingkar Luar Barat yang bakal terhubung  dengan tol Surabaya-Gresik dan Teluk Lamong, hingga ke kawasan  Menganti, Gresik. Demikian pula perlunya jalan baru Surabaya, Gresik, termasuk membikin jembatan yang membuka akses anyar  antardaerah tersebut. Jika nanti semuanya terpadu, poros Surabaya 
Raya bakal semakin tertata, modern, hijau, dan berkelanjutan 

Tidak hanya itu, THRE3 MAS KADA juga bersinergi membahas  investasi. Tiga kepala daerah itu bertemu dalam satu meja di  Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Jl. Wali Kota Mustajab, Surabaya,  Kamis, 18 Maret 2021.  Pertemuan ini juga dihadiri Bahlil Lahadalia  Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). 

Bahlil mengatakan, pertemuan ini dalam rangka singkronisasi  dan koordinasi untuk melakukan percepatan implementasi Undangundang Cipta Kerja dalam rangka kemudahan berusaha, sekaligus  menggali investasi apa yang akan dibawa ke Jawa Timur khususnya, 
Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo.

Menurut Bahlil, ternyata setelah berdiskusi, 40 persen lebih  Produk Domestik Bruto (PDB) Provinsi Jawa Timur ada di tiga wilayah  ini. Untuk itu, ia optimistis tiga daerah akan bersinergi dengan  pemenerintah pusat. Sebagai sahabat, mencoba mencari terobosan-terobasan baru dalam rangka meningkatkan investasi. Tujuannya  menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan ekonomi.

Selain itu, Bahlin mengatakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah  (UMKM) di Jawa Timur punya potensi yang sangat luar biasa. UMKM  adalah salah satu fondasi ekonomi nasional yang harus didorong  bersama-sama. Ia melihat komitmen tiga kepala daerah ini sangat 
luar biasa ke depan. Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten  Sidoarjo akan semakin berkembang.

Persahabatan tiga kepala daerah di Surabaya Raya berlanjut  dengan diadakannya pertandingan sepak bola di Stadion Gelora  Bung Tomo (GBT), Sabtu, 13 Maret 2021.  Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, selain uji coba lapangan  stadion GBT, tujuan pertandingan kemarin juga merekatkan  hubungan antara Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya.

Pertandingan persahabatan itu dihadiri Bupati Sidoarjo  bersama wakilnya Subandi serta Pengasuh Pondok Pesantren  (Ponpes) Bumi Shalawat Lebo Sidoarjo, K.H. Agoes Ali Masyhuri 
(Gus Ali). Bahkan beberapa pemain lawas Persebaya seperti Uston  Nawawi dan Bejo Sugiantoro juga hadir.

Hilangkan Ego Sektoral

Anggota Komisi A DPRD Surabaya Arif Fathoni mengaku  optimistis, upaya sinergitas yang dilakukan tiga Kepala Daerah itu dapat  menghilangkan ego sektoral yang selama ini terjadi. Arif melihat,  pertemuan antara Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya, Ahmad Muhdlor  Ali Bupati Sidoarjo, dan Fandi Akhmad Yani Bupati Gresik beberapa  waktu lalu dapat mewujudkan pembangunan di tiga daerah dan  terkoneksi dengan baik.

“Saya optimistis di tangan beliau-beliau ini segala hambatan  birokrasi, yang mungkin saja selama ini terjadi ego sektoral antar daerah, Insya Allah di bawah kepemimpinan beliau itu akan hilang. Saya mengenal Mas Muhdlor, Mas Yani dan Mas Eri ini komunikasinya humble,” katanya.

Arif menyebut ego sektoral di tiga daerah itu seperti  pembangunan di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik yang selama ini  kurang terkoneksi dengan baik. Padahal, ketiga daerah tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain. Banyak warga Sidoarjo  dan Gresik yang bekerja di Surabaya, dan begitu juga sebaliknya.

Ia berharap Surabaya Raya di bawah kepemimpinan tiga kepala  daerah ini, transportasi massal di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik  terjadi konektivitas. Arif mencontohkan soal polemik pengelolaan  Terminal Bungurasih di Sidoarjo atau dengan Gresik yang di  perbatasan-perbatasan itu nyaris tidak terkoneksi dengan baik.

Selain di bidang transportasi massal, Fathoni juga berharap Eri  Cahyadi, Gus Muhdlor dan Gus Yani dapat bersinergi juga dengan  Pemprov Jatim dalam rencana pembangunan baik RPJMN dan  RPJMD provinsi baru bersinergi dengan RPJMD di kabupaten/kota 
di Surabaya Raya. (*)
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021