Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengukuhkan tiga guru besar atau profesor dari tiga bidang ilmu, yaitu dari Departemen Teknik Fisika, Departemen Teknik Kelautan, dan Departemen Teknik Infrastruktur Sipil di kampus setempat, Rabu. 

Ketiga guru besar itu adalah Prof. Dr. Ir. Ali Musyafa’ M.Sc. (Departemen Teknik Fisika), Prof. Drs. Mahmud Mustain, M.Sc., Ph.D.(Departemen Teknik Kelautan), dan Prof. Dr. Ir. Kuntjoro, M.T. (Departemen Teknik Infrastruktur Sipil). Dengan demikian, hingga kini ITS secara keseluruhan memiliki 145 orang guru besar.

"Selamat kepada tiga profesor ITS yang baru saja dikukuhkan. Mari kita terus berkontribusi kepada bangsa untuk memajukan kemanusiaan," kata Rektor ITS Prof. Mochamad Ashari. 

Pada kesempatan sama, Ketua Dewan Profesor ITS Prof. Imam Robandi turut mengucapkan selamat kepada guru besar yang baru saja dikukuhkan.

"Semoga ke depannya akan lahir profesor-profesor baru di ITS yang mampu membawa perubahan bagi bangsa ini," kata profesor yang juga seorang dalang ini. 

Dalam orasinya, Prof. Dr. Ir. Ali Musyafa’ M.Sc., membawakan topik penelitian bertajuk "Instrumentasi sebagai Pemandu Jaminan Mutu, Pengendalian Risiko, dan Lapis Perlindungan Keselamatan Proses Industri". 

"Saat ini ilmu instrumentasi hampir dipelajari di seluruh disiplin ilmu terutama pada ilmu keteknikan," kata Dosen Departemen Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem (FTIRS) ini. 

Ia menjelaskan bahwa hasil studi tersebut bertujuan mendapat gambaran berbagai risiko yang mungkin terjadi mulai tahap desain, proses pengadaan, konstruksi dan pascakonstruksi, yang mencakup tinjauan aspek teknoekonomis, lingkungan perairan, serta lingkungan sosial masyarakat. 

"Kajian risiko penting dilibatkan mulai dari proses sederhana hingga yang bersifat kompleks," ujar dosen kelahiran Jombang, 1 September 1960 ini.

Selanjutnya, Prof. Drs. Mahmud Mustain, M.Sc., Ph.D., membawakan orasi ilmiahnya yang bertopik "Perubahan Garis Pantai Pascasemburan Lumpur Panas Porong-Sidoarjo". 

Dalam orasinya, guru besar ITS ke-144 ini mengatakan bawa semburan lumpur yang telah berlangsung lebih dari 15 tahun ini sudah tidak ada upaya yang dapat menghentikannya. 

"Upaya beralih pada pengaturan terhadap limpahan lumpur," ujarnya.

Lebih dalam, Mahmud Mustain menjelaskan bahwa penelitian yang telah berlangsung selama tiga tahun ini memberikan solusi komprehensif terhadap fenomena semburan lumpur panas Sidoarjo dalam hal kerusakan lingkungan fisik.

Solusi ini berupa konsep manajemen pengelolaan wilayah pantai serta konsep rehabilitasi wilayah pantai akibat kerusakan lingkungan fisik. 

"Upaya ini untuk menentukan formula baru yang lebih sesuai dalam menentukan model perubahan garis pantai lokal," tutur lelaki kelahiran Lamongan, 5 Agustus 1961 ini.

Orasi ilmiah terakhir dibawakan oleh Prof. Dr. Ir. Kuntjoro, M.T., dengan topik "Peran Sungai sebagai Infrastruktur Penyelaras Alam". Guru besar ITS ke-145 ini menyampaikan bahwa semakin majunya peradaban manusia seharusnya banjir dan kekeringan bisa diantisipasi dengan baik. 

"Memerankan sungai sebagai infrastruktur penyelaras dengan baik dapat menekan dampak negatif yang mungkin ditimbulkan," ungkap dosen Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ini.

Kuntjoro melanjutkan bahwa diperlukan adanya perlakuan khusus untuk kompensasi pergerakan alur sungai. 

Hasil studi ini dapat menentukan posisi letak bangunan yang sesuai agar tidak menimbulkan kerusakan sungai dengan mengetahui pergerakan alur sungai dalam teori KUN-QArSHOV. 

"Kesalahan pembangunan harus dibayar mahal untuk kompensasi kerusakan alam sekitarnya dan pengamanan atas bangunan itu sendiri," ucap dosen kelahiran Tulungagung, 29 Juni 1958 ini.(*) 

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021