Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar meminta warga Suku Tengger di Ranupani, Lumajang, Jawa Timur, terus menjaga adat istiadat sekaligus tetap inovatif.
Gus Halim, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar, saat berbincang dengan tokoh adat dan warga Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Lumajang, Sabtu, mengatakan Suku Tengger memiliki adat-istiadat luhur untuk menghormati alam dan sesama meskipun dari latar belakang berbeda-beda.
"Saya berharap betul adat istiadat yang luar biasa ini tetap dijaga hingga anak cucu kita nanti," kata Gus Halim dikutip dari siaran pers.
Dikatakannya, mempertahankan tradisi lama yang masih bagus dan terus melakukan inovasi untuk mencari terobosan yang lebih bagus adalah prinsip yang harus dipegang sebagai metode membangun yang benar.
Gus Halim mengatakan Desa Ranupani memiliki potensi luar biasa dari sisi kultural maupun potensi alam. Desa yang terletak di ketinggian 2.100 Mdpl ini memiliki pesona alam luar biasa di mana ada tiga danau indah dengan pemandangan luar biasa berlatar Gunung Semeru.
Secara kultural masyarakat Desa Ranupani berakar pada budaya Majapahit, bahkan warga Ranupani dikenal sebagai Tiyang Gajah Mada yang bermakna masyarakat Mahapatih Gajah Mada.
"Kombinasi kekayaan kultur dan alam ini bisa menjadi modal luar biasa bagi Desa Ranupani untuk terus berkembang di masa depan," katanya.
Menurut dia, perkembangan Ranupani begitu terasa dalam beberapa tahun terakhir. Berawal dari sebuah dusun yang kemudian berdiri menjadi desa, kini Ranupani berkembang menjadi desa wisata sekaligus penghasil komoditas pertanian yang melimpah.
Posisi Ranupani yang menjadi desa terakhir sebelum puncak Semeru sangat strategis untuk menerima dan menyediakan keperluan para pendaki.
"Tentu ini menjadi potensi yang harus terus dimanfaatkan, belum lagi di sini ada ada spot-spot alam yang bisa menjadi destinasi wisata yang menarik," katanya.
Ketua DPRD Jawa Timur 2014-2019 ini meminta masyarakat adat Desa Ranupani untuk terus melakukan inovasi dan adaptif terhadap berbagai tren yang saat ini berkembang. Hal ini sesuai dengan tujuan SDGs Desa ke-18 bahwa pembangunan desa harus bercirikan desa dinamis desa adaptif.
Menurut Gus Halim, potensi Desa Ranupani yang begitu luar biasa akan sia-sia jika warganya tidak inovatif untuk memanfaatkannya.
"Saya melihat saat ini ada sepeda gunung, ada alat pendakian, tenda, gamelan, rumah adat, tolong dijaga betul supaya bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin," katanya.
Gus Halim mengingatkan agar pembangunan Desa Ranupani mengedepankan budaya gotong royong dan tidak boleh mengedepankan ego pribadi atau kelompok. Desa Ranupani harus dibangun bersama-sama oleh sesama warga maupun bersama pemerintah.
"Mencintai Ranupani tanpa harus memiliki. Kita mencintai desa-desa di Indonesia, tapi kita memberikan ruang yang cukup untuk berkembang sesuai dengan kearifan lokal," ujarnya.
Pembangunan desa, kata Gus Halim, harus dilaksanakan tanpa keluar dari akar budayanya. Contohnya adalah dengan dilaksanakannya upacara adat yang disertai dengan pengambilan video.
"Selain itu juga penguasaan bahasa asing sehingga dapat berkomunikasi dengan wisatawan internasional yang berkunjung," katanya.
Ketua Adat Suku Tengger Bambang Sutejo mengungkapkan Ranupani dihuni oleh warga dengan latar keyakinan berbeda-beda. Meskipun demikian masyarakatnya sangat kental dengan ada Suku Tengger.
"Di sini masyarakat Suku Tengger agamanya macam-macam, ada Islam, Hindu, Kristen. Namun, masyarakatnya rukun damai karena semua untuk kebersamaan, hasil bumi untuk kita semua," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Gus Halim, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar, saat berbincang dengan tokoh adat dan warga Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Lumajang, Sabtu, mengatakan Suku Tengger memiliki adat-istiadat luhur untuk menghormati alam dan sesama meskipun dari latar belakang berbeda-beda.
"Saya berharap betul adat istiadat yang luar biasa ini tetap dijaga hingga anak cucu kita nanti," kata Gus Halim dikutip dari siaran pers.
Dikatakannya, mempertahankan tradisi lama yang masih bagus dan terus melakukan inovasi untuk mencari terobosan yang lebih bagus adalah prinsip yang harus dipegang sebagai metode membangun yang benar.
Gus Halim mengatakan Desa Ranupani memiliki potensi luar biasa dari sisi kultural maupun potensi alam. Desa yang terletak di ketinggian 2.100 Mdpl ini memiliki pesona alam luar biasa di mana ada tiga danau indah dengan pemandangan luar biasa berlatar Gunung Semeru.
Secara kultural masyarakat Desa Ranupani berakar pada budaya Majapahit, bahkan warga Ranupani dikenal sebagai Tiyang Gajah Mada yang bermakna masyarakat Mahapatih Gajah Mada.
"Kombinasi kekayaan kultur dan alam ini bisa menjadi modal luar biasa bagi Desa Ranupani untuk terus berkembang di masa depan," katanya.
Menurut dia, perkembangan Ranupani begitu terasa dalam beberapa tahun terakhir. Berawal dari sebuah dusun yang kemudian berdiri menjadi desa, kini Ranupani berkembang menjadi desa wisata sekaligus penghasil komoditas pertanian yang melimpah.
Posisi Ranupani yang menjadi desa terakhir sebelum puncak Semeru sangat strategis untuk menerima dan menyediakan keperluan para pendaki.
"Tentu ini menjadi potensi yang harus terus dimanfaatkan, belum lagi di sini ada ada spot-spot alam yang bisa menjadi destinasi wisata yang menarik," katanya.
Ketua DPRD Jawa Timur 2014-2019 ini meminta masyarakat adat Desa Ranupani untuk terus melakukan inovasi dan adaptif terhadap berbagai tren yang saat ini berkembang. Hal ini sesuai dengan tujuan SDGs Desa ke-18 bahwa pembangunan desa harus bercirikan desa dinamis desa adaptif.
Menurut Gus Halim, potensi Desa Ranupani yang begitu luar biasa akan sia-sia jika warganya tidak inovatif untuk memanfaatkannya.
"Saya melihat saat ini ada sepeda gunung, ada alat pendakian, tenda, gamelan, rumah adat, tolong dijaga betul supaya bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin," katanya.
Gus Halim mengingatkan agar pembangunan Desa Ranupani mengedepankan budaya gotong royong dan tidak boleh mengedepankan ego pribadi atau kelompok. Desa Ranupani harus dibangun bersama-sama oleh sesama warga maupun bersama pemerintah.
"Mencintai Ranupani tanpa harus memiliki. Kita mencintai desa-desa di Indonesia, tapi kita memberikan ruang yang cukup untuk berkembang sesuai dengan kearifan lokal," ujarnya.
Pembangunan desa, kata Gus Halim, harus dilaksanakan tanpa keluar dari akar budayanya. Contohnya adalah dengan dilaksanakannya upacara adat yang disertai dengan pengambilan video.
"Selain itu juga penguasaan bahasa asing sehingga dapat berkomunikasi dengan wisatawan internasional yang berkunjung," katanya.
Ketua Adat Suku Tengger Bambang Sutejo mengungkapkan Ranupani dihuni oleh warga dengan latar keyakinan berbeda-beda. Meskipun demikian masyarakatnya sangat kental dengan ada Suku Tengger.
"Di sini masyarakat Suku Tengger agamanya macam-macam, ada Islam, Hindu, Kristen. Namun, masyarakatnya rukun damai karena semua untuk kebersamaan, hasil bumi untuk kita semua," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021