Kontingen Jawa Timur menjadi juara umum cabang olahraga gulat PON XX Papua dengan memboyong tujuh medali emas selama satu pekan pertandingan di GOR Futsal Dispora, Merauke.
Pegulat Lulut Gilang mempersembahkan medali emas ketujuh bagi Jatim setelah menjuarai nomor Greco-Roman kelas 87 kilogram pada pertandingan hari terakhir, Kamis.
Bertemu wakil tuan rumah Sumurung Siregar di babak final, Lulut Gilang mengantongi keunggulan 4-3 di babak kedua. Ia berupaya menahan serangan pegulat Papua yang ingin mengambil poin di detik-detik terakhir.
Namun, sang pegulat Jatim dapat bertahan dan menyelesaikan laga final dengan keunggulan satu poin guna mengamankan medali emas untuk Jatim.
Baca juga: PON Papua: Lulut Gilang tambah satu emas gulat bagi Jatim
Pelatih gulat Jatim Fatur Rachman mengatakan bahwa anak asuhnya sebenarnya memiliki peluang meraih dua medali emas pada hari terakhir pertandingan setelah memenuhi target enam medali emas.
Akan tetapi, Agus Fajar yang menjadi tumpuan di Greco-Roman kelas 97 kilogram harus mengakui ketangguhan pegulat Kalimantan Timur Ashar Ramadhani yang membutuhkan waktu hanya 22 detik untuk menutup laga final.
Ashar melakukan bantingan keras dan gulungan yang berbuah sembilan angka untuk kemenangan mutlak atas lawannya dari Jatim.
"Untuk PON kali ini kami melebihi target emas," kata Fatur ditemui di Merauke.
"Kami meloloskan dua pegulat ke final, tapi kalau dilihat kualitas pemain tadi agak jauh, tambah satu (emas) hari ini sudah cukup bagus.
"Kalau kami lihat hasil yang diperoleh hari ini sepertinya sudah sesuai dengan hasil latihan kami."
Baca juga: PON Papua - Pasukan gulat Jatim terbantu "pembakar semangat"
Enam medali emas sebelumnya bagi Jatim dipersembahkan Shintia Eka Arfenda (gaya bebas 50 kg putri), Candra Marimar (gaya bebas 53 kg putri), Varadisa Septi (gaya bebas 76 kg putri), Rachmat Hadi Wijaya (gaya bebas 74 kg), Hasan Sidik (gaya greco-roman kelas 60 kg), dan Dimas Septo Anugraha (gaya bebas 125 kg).
Dengan torehan tujuh medali emas, tujuh perak dan dua perunggu, tim gulat Jatim sekaligus meraih capaian terbaik mereka di pesta olahraga nasional empat tahunan.
Fatur mengatakan salah satu faktor keberhasilan tim gulat Jatim di PON Papua ini adalah kedisiplinan anak-anak asuhannya.
"Disiplin latihan. Anak-anak enggak pernah telat. Telat satu menit itu enggak boleh," kata Fatur.
Baca juga: PON Papua: Jatim masih unggul perolehan emas gulat
Tim gulat Jatim berangkat ke Merauke, Papua, dengan bekal status juara umum pra-PON dan membawa kekuatan 17 atlet, paling banyak di antara kontingen lainnya.
"Kekompakan itu juga penting. Kami jaga terus," imbuh Fatur
Tim gulat Kalimantan Timur menempati peringkat kedua dengan koleksi empat emas, dua perak dan enam perunggu.
Sedangkan Jawa Barat sebagai juara umum gulat PON 2016 berada di urutan ketiga dengan meraih dua emas, dua perak dan dua perunggu.
Adapun pegulat Kalimantan Selatan sukses membawa pulang dua medali emas, sedangkan Papua, Banten dan DKI Jakarta masing-masing berbagi satu medali emas.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Pegulat Lulut Gilang mempersembahkan medali emas ketujuh bagi Jatim setelah menjuarai nomor Greco-Roman kelas 87 kilogram pada pertandingan hari terakhir, Kamis.
Bertemu wakil tuan rumah Sumurung Siregar di babak final, Lulut Gilang mengantongi keunggulan 4-3 di babak kedua. Ia berupaya menahan serangan pegulat Papua yang ingin mengambil poin di detik-detik terakhir.
Namun, sang pegulat Jatim dapat bertahan dan menyelesaikan laga final dengan keunggulan satu poin guna mengamankan medali emas untuk Jatim.
Baca juga: PON Papua: Lulut Gilang tambah satu emas gulat bagi Jatim
Pelatih gulat Jatim Fatur Rachman mengatakan bahwa anak asuhnya sebenarnya memiliki peluang meraih dua medali emas pada hari terakhir pertandingan setelah memenuhi target enam medali emas.
Akan tetapi, Agus Fajar yang menjadi tumpuan di Greco-Roman kelas 97 kilogram harus mengakui ketangguhan pegulat Kalimantan Timur Ashar Ramadhani yang membutuhkan waktu hanya 22 detik untuk menutup laga final.
Ashar melakukan bantingan keras dan gulungan yang berbuah sembilan angka untuk kemenangan mutlak atas lawannya dari Jatim.
"Untuk PON kali ini kami melebihi target emas," kata Fatur ditemui di Merauke.
"Kami meloloskan dua pegulat ke final, tapi kalau dilihat kualitas pemain tadi agak jauh, tambah satu (emas) hari ini sudah cukup bagus.
"Kalau kami lihat hasil yang diperoleh hari ini sepertinya sudah sesuai dengan hasil latihan kami."
Baca juga: PON Papua - Pasukan gulat Jatim terbantu "pembakar semangat"
Enam medali emas sebelumnya bagi Jatim dipersembahkan Shintia Eka Arfenda (gaya bebas 50 kg putri), Candra Marimar (gaya bebas 53 kg putri), Varadisa Septi (gaya bebas 76 kg putri), Rachmat Hadi Wijaya (gaya bebas 74 kg), Hasan Sidik (gaya greco-roman kelas 60 kg), dan Dimas Septo Anugraha (gaya bebas 125 kg).
Dengan torehan tujuh medali emas, tujuh perak dan dua perunggu, tim gulat Jatim sekaligus meraih capaian terbaik mereka di pesta olahraga nasional empat tahunan.
Fatur mengatakan salah satu faktor keberhasilan tim gulat Jatim di PON Papua ini adalah kedisiplinan anak-anak asuhannya.
"Disiplin latihan. Anak-anak enggak pernah telat. Telat satu menit itu enggak boleh," kata Fatur.
Baca juga: PON Papua: Jatim masih unggul perolehan emas gulat
Tim gulat Jatim berangkat ke Merauke, Papua, dengan bekal status juara umum pra-PON dan membawa kekuatan 17 atlet, paling banyak di antara kontingen lainnya.
"Kekompakan itu juga penting. Kami jaga terus," imbuh Fatur
Tim gulat Kalimantan Timur menempati peringkat kedua dengan koleksi empat emas, dua perak dan enam perunggu.
Sedangkan Jawa Barat sebagai juara umum gulat PON 2016 berada di urutan ketiga dengan meraih dua emas, dua perak dan dua perunggu.
Adapun pegulat Kalimantan Selatan sukses membawa pulang dua medali emas, sedangkan Papua, Banten dan DKI Jakarta masing-masing berbagi satu medali emas.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021