Pemerintah Kota Surabaya bersama Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menggelar sosialisasi deteksi dini pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak di Gedung Nasional Indonesia, Kota Surabaya, Selasa.

"Kami berikan triknya, supaya ibu bisa mendeteksi sejak dini apakah anak didiknya di lingkungan tersebut menjadi korban atau pelaku kekerasan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya Antiek Sugiharti.

Menurut dia, kegiatan sosialisasi deteksi dini pencegahan dan penanganan kekerasan pada anak di masa pandemi COVID-19 dengan target Bunda PAUD yang berada di 154 kelurahan di Kota Surabaya.
 
Anitek menyampaikan, bahwa kegiatan ini adalah kegiatan dari dana alokasi khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia, dari Kegiatan Kekerasan Perempuan dan Anak, Khususnya Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.
 
Selain itu, Antiek juga memaparkan bahwa, di masa pandemi angka kekerasan pada anak meningkat dan angka permintaan atau rekomendasi pernikahan dini juga ikut meningkat 
 
"Kami berharap Bunda PAUD sebagai pembimbing dan pendamping perjalanan anak-anak di usia dini, sehingga kalau sudah mendapatkan bekal atau pengetahuan anak-anak ini dengan cara yang tepat dan benar, Insya Allah anak-anak ini akan menjadi lebih baik," katanya.
 
Bunda PAUD Kota Surabaya Rini Indriyani mengatakan, bahwa Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang sangat luar biasa kepada anak-anak. Sebab, anak-anak disibukkan dengan pembelajaran secara daring yang membuat mereka semakin leluasa memanfaatkan gadget.
 
"Sekarang ini pada masa pandemi cukup berpengaruh terutama pada anak-anak. Bagaimana kebiasaan memakai gadget dan tidak jauh dari media sosial (medsos) sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Salah satu pengaruh negatifnya adalah dari medsos, memicu munculnya pembullyan, karena kekerasan pada anak tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental," ujar istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini.
 
Rini menjelaskan, bahwa kekerasan mental yang terjadi, biasanya dilakukan tanpa disadari oleh anak-anak. Alhasil anak-anak tersebut mulai terbiasa melakukan hal itu secara berulang-ulang.
 
"Tanpa disadari oleh anak-anak tersebut bisa membuat anak-anak melakukan pembullyan di media sosial. Parahnya pembullyan yang mungkin mereka tidak tahu, lalu ikut-ikutan sehingga menjadi kebanggan, nah itu yang perlu kita antisipasi dan kita deteksi," katanya.
 
Menurut dia, para Bunda PAUD harus mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan kepedulian dan empatinya untuk memberikan pendampingan dan pengetahuan kepada anak-anak sejak usia dini.
 
"Karena itu kekerasan dini pada anak itu harus kita hentikan dan harus kita antisipasi. Saya rasa disinilah tugas kita sebagai Bunda PAUD bisa memberikan pendampingan dan pengetahuan. Kemudian bagaimana kita harus bisa menyampaikan hal itu kepada anak-anak dengan cara komunikasi yang mudah dipahami," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021