Petenis Muhammad Rifqi Fitriadi mengungkapkan perjuangannya meraih emas tunggal putra Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang salah satunya adalah menjaga makanan termasuk mengurangi konsumsi gula dan tepung.
"Dua tahun itu mulai dari makanan, saya mulai kurangi tepung, gula-gula yang kurang baik bagi atlet. Memasuki satu tahun tepung bisa dihitung beberapa kali saja, gula enggak pernah sama sekali," kata Rifqi kepada ANTARA di Sian Soor Tennis Center, halaman kantor Wali Kota Jayapura, Kamis.
Arena tenis menjadi saksi bisu tangis petenis wakil Jawa Timur itu selepas memastikan diri membawa pulang emas usai mengalahkan wakil Papua Barat Muhammad Althaf Daifullah.
Selain makanan, Rifqi mengungkapkan latihan intensif juga menjadi kuncinya meraih emas PON Papua sehingga pengorbanannya terbayarkan.
"Latihannya yang lain sudah pulang saya latihan, yang lain libur saya latihan, jadi rasanya lega banget," kata petenis berusia 22 tahun itu.
Dalam laga final tersebut Rifqi menang 6-3, 4-6, 7-5. Menariknya, pada set ketiga, angka Rifqi tertinggal jauh 3-5. Namun, dia bangkit mengejar ketertinggalan untuk kemudian menyamakan kedudukan sampai akhirnya menang.
"Saya langsung kepikiran latihan, kepikiran orang tua, at least saya kalah pun saya harus bisa, ke mana bola saya kejar pokoknya," kata Rifqi.
Sejak set pertama mulai, Rifqi mengaku bermain cukup baik. Sementara, Althaf belum menemukan performanya. Pada set kedua, Rifqi mengakui dia bermain "hoping to win" yang dia sadari betul adalah sebuah kesalahan.
"Terlalu banyak defense sedangkan Althaf di set kedua mulai agresif sehingga dia bisa ambil di set kedua," ujar Rifqi.
"Di set ketiga mau adu mental adu pukulan adu segala macam tapi rejeki masih berpihak kepada saya."
Ini adalah emas pertama Rifqi dari tunggal putra tenis PON. Sebelumnya dia bermain dalam nomor ganda putra dan ganda campuran pada PON Bandung 2016. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Dua tahun itu mulai dari makanan, saya mulai kurangi tepung, gula-gula yang kurang baik bagi atlet. Memasuki satu tahun tepung bisa dihitung beberapa kali saja, gula enggak pernah sama sekali," kata Rifqi kepada ANTARA di Sian Soor Tennis Center, halaman kantor Wali Kota Jayapura, Kamis.
Arena tenis menjadi saksi bisu tangis petenis wakil Jawa Timur itu selepas memastikan diri membawa pulang emas usai mengalahkan wakil Papua Barat Muhammad Althaf Daifullah.
Selain makanan, Rifqi mengungkapkan latihan intensif juga menjadi kuncinya meraih emas PON Papua sehingga pengorbanannya terbayarkan.
"Latihannya yang lain sudah pulang saya latihan, yang lain libur saya latihan, jadi rasanya lega banget," kata petenis berusia 22 tahun itu.
Dalam laga final tersebut Rifqi menang 6-3, 4-6, 7-5. Menariknya, pada set ketiga, angka Rifqi tertinggal jauh 3-5. Namun, dia bangkit mengejar ketertinggalan untuk kemudian menyamakan kedudukan sampai akhirnya menang.
"Saya langsung kepikiran latihan, kepikiran orang tua, at least saya kalah pun saya harus bisa, ke mana bola saya kejar pokoknya," kata Rifqi.
Sejak set pertama mulai, Rifqi mengaku bermain cukup baik. Sementara, Althaf belum menemukan performanya. Pada set kedua, Rifqi mengakui dia bermain "hoping to win" yang dia sadari betul adalah sebuah kesalahan.
"Terlalu banyak defense sedangkan Althaf di set kedua mulai agresif sehingga dia bisa ambil di set kedua," ujar Rifqi.
"Di set ketiga mau adu mental adu pukulan adu segala macam tapi rejeki masih berpihak kepada saya."
Ini adalah emas pertama Rifqi dari tunggal putra tenis PON. Sebelumnya dia bermain dalam nomor ganda putra dan ganda campuran pada PON Bandung 2016. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021