Kepercayaan dan keyakinan bahwa provinsi Papua bisa menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) terbukti dengan resmi mulainya event tersebut pada Sabtu malam 2 September 2021.
Sebanyak lebih dari tujuh ribu atlet dari 34 provinsi di Indonesia bertanding di berbagai cabang olahraga yang berlangsung di empat klaster yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mimika.
Acara pembukaan di Stadion Lukas Enembe di Kabupaten Jayapura yang semarak, meski dengan kehadiran penonton yang dibatasi karena pandemi, juga menyiratkan suatu semangat untuk menyukseskan PON ke-20 di provinsi paling timur Indonesia ini.
“Pekan olahraga ini menggambarkan kemajuan Papua, menunjukkan kesiapan infrastruktur di tanah Papua, dan kesiapan masyarakat Papua dalam menyelenggarakan acara besar untuk berprestasi di kancah nasional dan internasional,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka PON XX Papua, Sabtu.
Dengan suksesnya acara pembukaan, serta terselenggaranya kegiatan-kegiatan sebelumnya tanpa gangguan yang berarti, dapat dibilang PON XX di Papua telah mencatat separuh sukses.
Selebihnya tentunya diharapkan sukses dapat diraih selama pelaksanaan PON yang akan berlangsung dua pekan hingga ditutup pada 15 Oktober mendatang.
Papua terpilih sebagai tuan rumah PON ke-20/2020 pada Rapat Anggota Tahunan KONI tahun 2014, yang selanjutnya resmi ditetapkan melalui SK Menpora RI nomor 0110 tahun 2014.
Ketika itu dalam pemungutan suara Papua mengalahkan enam kandidat lainnya, termasuk Aceh dan Bali yang semula cukup difavoritkan.
Tidak diragukan
Tidak ada keraguan untuk menetapkan Papua sebagai tuan rumah, yang ada adalah rasa optimis, karena sudah ada tekad dari masyarakat olahraga di Tanah Air termasuk di kalangan masyarakat Papua sendiri bahwa sejumlah kendala bisa diatasi.
Menpora saat itu, Roy Suryo juga menyatakan keyakinannya bahwa Papua layak jadi penyelenggara. Papua meskipun sebagai provinsi yang lokasinya paling jauh dari Ibukota, tapi bukan lagi wilayah terisolir, apalagi transportasi ke sana sudah semakin banyak.
Konektivitas jaringan telekomunikasi di Papua pun terus diperkuat sehingga tidak tertinggal dari daerah lainnya.
Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak tantangan hal yang harus diatasi untuk menyelenggarakan PON di Papua.
Bukan hanya letaknya yang di ujung paling timur Indonesia, sehingga berimbas pada besarnya biaya transportasi dan logistik, banyak yang harus dibuat atau dibenahi terkait prasarana olahraga di Papua.
Papua juga jarang menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga tingkat nasional karena pertimbangan prasarana dan masalah transportasi.
Untuk memenuhi standar penyelenggaraan PON berarti harus ada anggaran yang besar untuk membangun atau merevitalisasi arena, prasarana pendukung, serta membebaskan lahan yang diperlukan.
Sejak bendera PON diserahkan dari Jawa Barat ke Papua dalam acara penutupan PON ke-19 di Bandung 2016, kegiatan infrastruktur pun terus gencar dilakukan di Papua
Pembangunan infrastruktur dan prasarana untuk kepentingan PON XX di Papua tentunya mencapai triliunan rupiah. termasuk untuk membebaskan tanah milik rakyat yang menjadi arena pertandingan.
Untuk biaya pembangunan venue saja, Pemerintah Propinsi Papua melalui APBD telah menghabiskan dana lebih dari Rp3,8 trilium.
Untuk keperluan lainnya yang menyangkut penyelenggaraan PON juga ada dukungan dana dari pemerintah pusat melalui APBN dan pihak swasta selaku sponsor.
Tantangan terkait dana PON memang sempat terjadi. Bahkan, wali kota Jayapura dan bupati Mimika sempat mengancam tidak akan mengizinkan penyelenggaraan PON di wilyahnya karena belum ada kejelasan anggaran.
Namun, masalah-masalah tersebut akhirnya dapat diselesaikan dan kini empat klaster PON di Papua termasuk kota Jayapura dan Kabupaten Timika siap untuk menjadi arena pertandingan PON.
Bukan hanya soal infrastruktur yang menjadi tantangan, PON Papua juga menjadi PON pertama yang harus menyesuaikan diri dengan situasi pandemi.
Pandemi telah mengakibatkan PON XX di Papua yang seharusnya berlangsung pada 2020 harus digeser hingga Oktober 2021, itu pun dalam kondisi pandemi COVID-19 di Tanah Air belum sepenuhnya terkendali.
Sejumlah penyesuaian peraturan diterapkan mulai dari kewajiban tes PCR bagi para atlet, pembatasan atau larangan kehadiran penonton ke stadion, pengaturan transportasi, pembatasan pergerakan para atlet, pemberlakuan syarat vaksinasi, kewajiban masker dan cuci tangan serta aturan lainnya untuk mencegah penularan COVID-19.
Kerja keras panitia dalam upaya penerapan protokol kesehatan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya penularan virus COVID-19.
Animo masyarakat yang sangat tinggi untuk menyaksikan pertandingan PON menjadi tantangan sendiri yang harus diatasi panitia.
Misalnya saat pertandingan futsal di Timika, saat tim tuan rumah Papua menghadapi Jawa Timur, pembatasan kapasitas stadion dan pemeriksaan bagi penonton yang masuk justru menimbulkan kerumunan di luar stadion.
Antisipasi keamanan
Hal lainnya yang menjadi tantangan adalah antisipasi gangguan keamanan mengingat di Papua masih ada gerakan separatis kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Apalagi baru-baru ini terjadi insiden berdarah di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang yang mengakibatkan jatuhnya korban di kalangan sipil dan anggota TNI/Polri.
Namun Kapolda Papua Irjen POl Mathius D. Fakhiri telah mengatakan bahwa PON XX akan berjalan aman dan lancar, termasuk pada acara pembukaan yang dihadiri Presdien Joko Widodo di Stadion Lukas Enembe.
"Tentunya kami yang mendapat amanat dari negara dan PB PON untuk pengamanan berusaha semaksimal mungkin," kata Mathius.
Ia juga menyatakan bahwa personal Polri bersama anggata TNI siap untuk mengantisipasi dan mengamankan pelaksanaan PON dari kemungkinan gangguan keamanan.
Pengerahan pasukan keamanan ke venue-venue PON mungkin menjadi salah satu upaya untuk keamanan pesta olahraga ini, namun yang lebih penting lagi adalah peran serta masyarakat agar event ini berjalan sukses dan memberi dampak yang positif bagi masyarakat Papua dan Indonesia secara keseluruhan.
PON Papua memang beda, karena digelar di tengah situasi yang membutuhkan kerja lebih keras. Namun dengan kerja sama semua pihak maka "Torang Bisa" menyukseskan event empat tahunan ini.
Seperti yang dikatakan Gubernur Papua Lukas Enembe yang juga ketua panitia PON XX, meskipun akan banyak kekurangan dalam penyelenggaraannya, ia menjanjikan bahwa nantinya akan banyak senyum dan tawa dibanding tangis dan kecewa selama event ini berlangsung.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Sebanyak lebih dari tujuh ribu atlet dari 34 provinsi di Indonesia bertanding di berbagai cabang olahraga yang berlangsung di empat klaster yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mimika.
Acara pembukaan di Stadion Lukas Enembe di Kabupaten Jayapura yang semarak, meski dengan kehadiran penonton yang dibatasi karena pandemi, juga menyiratkan suatu semangat untuk menyukseskan PON ke-20 di provinsi paling timur Indonesia ini.
“Pekan olahraga ini menggambarkan kemajuan Papua, menunjukkan kesiapan infrastruktur di tanah Papua, dan kesiapan masyarakat Papua dalam menyelenggarakan acara besar untuk berprestasi di kancah nasional dan internasional,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka PON XX Papua, Sabtu.
Dengan suksesnya acara pembukaan, serta terselenggaranya kegiatan-kegiatan sebelumnya tanpa gangguan yang berarti, dapat dibilang PON XX di Papua telah mencatat separuh sukses.
Selebihnya tentunya diharapkan sukses dapat diraih selama pelaksanaan PON yang akan berlangsung dua pekan hingga ditutup pada 15 Oktober mendatang.
Papua terpilih sebagai tuan rumah PON ke-20/2020 pada Rapat Anggota Tahunan KONI tahun 2014, yang selanjutnya resmi ditetapkan melalui SK Menpora RI nomor 0110 tahun 2014.
Ketika itu dalam pemungutan suara Papua mengalahkan enam kandidat lainnya, termasuk Aceh dan Bali yang semula cukup difavoritkan.
Tidak diragukan
Tidak ada keraguan untuk menetapkan Papua sebagai tuan rumah, yang ada adalah rasa optimis, karena sudah ada tekad dari masyarakat olahraga di Tanah Air termasuk di kalangan masyarakat Papua sendiri bahwa sejumlah kendala bisa diatasi.
Menpora saat itu, Roy Suryo juga menyatakan keyakinannya bahwa Papua layak jadi penyelenggara. Papua meskipun sebagai provinsi yang lokasinya paling jauh dari Ibukota, tapi bukan lagi wilayah terisolir, apalagi transportasi ke sana sudah semakin banyak.
Konektivitas jaringan telekomunikasi di Papua pun terus diperkuat sehingga tidak tertinggal dari daerah lainnya.
Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak tantangan hal yang harus diatasi untuk menyelenggarakan PON di Papua.
Bukan hanya letaknya yang di ujung paling timur Indonesia, sehingga berimbas pada besarnya biaya transportasi dan logistik, banyak yang harus dibuat atau dibenahi terkait prasarana olahraga di Papua.
Papua juga jarang menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga tingkat nasional karena pertimbangan prasarana dan masalah transportasi.
Untuk memenuhi standar penyelenggaraan PON berarti harus ada anggaran yang besar untuk membangun atau merevitalisasi arena, prasarana pendukung, serta membebaskan lahan yang diperlukan.
Sejak bendera PON diserahkan dari Jawa Barat ke Papua dalam acara penutupan PON ke-19 di Bandung 2016, kegiatan infrastruktur pun terus gencar dilakukan di Papua
Pembangunan infrastruktur dan prasarana untuk kepentingan PON XX di Papua tentunya mencapai triliunan rupiah. termasuk untuk membebaskan tanah milik rakyat yang menjadi arena pertandingan.
Untuk biaya pembangunan venue saja, Pemerintah Propinsi Papua melalui APBD telah menghabiskan dana lebih dari Rp3,8 trilium.
Untuk keperluan lainnya yang menyangkut penyelenggaraan PON juga ada dukungan dana dari pemerintah pusat melalui APBN dan pihak swasta selaku sponsor.
Tantangan terkait dana PON memang sempat terjadi. Bahkan, wali kota Jayapura dan bupati Mimika sempat mengancam tidak akan mengizinkan penyelenggaraan PON di wilyahnya karena belum ada kejelasan anggaran.
Namun, masalah-masalah tersebut akhirnya dapat diselesaikan dan kini empat klaster PON di Papua termasuk kota Jayapura dan Kabupaten Timika siap untuk menjadi arena pertandingan PON.
Bukan hanya soal infrastruktur yang menjadi tantangan, PON Papua juga menjadi PON pertama yang harus menyesuaikan diri dengan situasi pandemi.
Pandemi telah mengakibatkan PON XX di Papua yang seharusnya berlangsung pada 2020 harus digeser hingga Oktober 2021, itu pun dalam kondisi pandemi COVID-19 di Tanah Air belum sepenuhnya terkendali.
Sejumlah penyesuaian peraturan diterapkan mulai dari kewajiban tes PCR bagi para atlet, pembatasan atau larangan kehadiran penonton ke stadion, pengaturan transportasi, pembatasan pergerakan para atlet, pemberlakuan syarat vaksinasi, kewajiban masker dan cuci tangan serta aturan lainnya untuk mencegah penularan COVID-19.
Kerja keras panitia dalam upaya penerapan protokol kesehatan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya penularan virus COVID-19.
Animo masyarakat yang sangat tinggi untuk menyaksikan pertandingan PON menjadi tantangan sendiri yang harus diatasi panitia.
Misalnya saat pertandingan futsal di Timika, saat tim tuan rumah Papua menghadapi Jawa Timur, pembatasan kapasitas stadion dan pemeriksaan bagi penonton yang masuk justru menimbulkan kerumunan di luar stadion.
Antisipasi keamanan
Hal lainnya yang menjadi tantangan adalah antisipasi gangguan keamanan mengingat di Papua masih ada gerakan separatis kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Apalagi baru-baru ini terjadi insiden berdarah di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang yang mengakibatkan jatuhnya korban di kalangan sipil dan anggota TNI/Polri.
Namun Kapolda Papua Irjen POl Mathius D. Fakhiri telah mengatakan bahwa PON XX akan berjalan aman dan lancar, termasuk pada acara pembukaan yang dihadiri Presdien Joko Widodo di Stadion Lukas Enembe.
"Tentunya kami yang mendapat amanat dari negara dan PB PON untuk pengamanan berusaha semaksimal mungkin," kata Mathius.
Ia juga menyatakan bahwa personal Polri bersama anggata TNI siap untuk mengantisipasi dan mengamankan pelaksanaan PON dari kemungkinan gangguan keamanan.
Pengerahan pasukan keamanan ke venue-venue PON mungkin menjadi salah satu upaya untuk keamanan pesta olahraga ini, namun yang lebih penting lagi adalah peran serta masyarakat agar event ini berjalan sukses dan memberi dampak yang positif bagi masyarakat Papua dan Indonesia secara keseluruhan.
PON Papua memang beda, karena digelar di tengah situasi yang membutuhkan kerja lebih keras. Namun dengan kerja sama semua pihak maka "Torang Bisa" menyukseskan event empat tahunan ini.
Seperti yang dikatakan Gubernur Papua Lukas Enembe yang juga ketua panitia PON XX, meskipun akan banyak kekurangan dalam penyelenggaraannya, ia menjanjikan bahwa nantinya akan banyak senyum dan tawa dibanding tangis dan kecewa selama event ini berlangsung.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021