Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya Dr. Suko Widodo menyatakan bahwa dakwah digital itu bukan sekadar digitalisasi, tapi ada digitalisasi dan juga ada dakwah, sehingga perlu ada dewan kurasi (kurator) yang memahami metode dakwah.

Suko saat menjadi pembicara webinar "Tips Dakwah Digital Berbasis Masjid" yang diadakan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) secara virtual di Surabaya, Sabtu mengatakan adanya dewan kurasi agar dakwah digital memiliki nilai-nilai sosial dan mampu mengemas dengan konten yang tidak menimbulkan masalah atau kontroversial.

"Saya melihat dewan kurasi atau kurator itu penting agar nilai-nilai sosial juga menjadi rujukan, karena dakwah itu juga perlu mengetahui apa yang akan disampaikan, bukan sekadar menyampaikan semua yang kita tahu, sebab masyarakat juga tidak perlu semuanya," katanya.

Dalam webinar yang ditindaklanjuti dengan pelatihan teknis dan magang untuk pengurus masjid yang menjadi peserta itu dibuka oleh Ketua DMI Jatim yang juga Ketua Baznas Jatim drs HM Roziqi MM dan dihadiri Ketua BPP Masjid Al Akbar Dr. HM Sudjak MAg serta Sekretaris MAS H.M. Helmy M. Noor.

Suko Widodo menjelaskan bahwa komunikasi yang baik itu bukan hanya produk dari komunikasi, namun The Power of Community juga menyebutkan pentingnya relasi antara komunikator-komunikan.

"Komunikasi itu bukan hanya produk berupa informasi, tapi apa yang disampaikan komunikator (pembicara) itu bisa diterima oleh komunikan (audiens/pendengar). Karena itulah dakwah digital itu tidak hanya digitalisasi, tapi juga perlu dewan kurasi agar informasi diterima secara benar sesuai kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Terkait peran masjid, Suko mengatakan masjid merupakan pusat peradaban, karena itu dakwah digital yang dikembangkan berbasis masjid juga tidak meninggalkan interaksi.

"Bagaimanapun, dakwah digital itu merupakan kemajuan, tapi saya kira interaksi itu tetap penting, seperti di Universitas Al Azhar yang tetap memiliki tradisi interaksi. Kalau digital itu bersifat perjumpaan, tapi interaksi itu bersifat pertemuan. Interaksi itulah relasi komunikator-komunikan. Dakwah digital itu agar viral (meracik/bermanfaat) saja, bukan justru virologi (meracuni/maksiat)," ucapnya.

Pernyataan Suko Widodo itu dibenarkan Sekretaris MAS H.M. Helmy M. Noor. "Dakwah digital itu memang tidak harus meninggalkan dakwah yang bersifat lokal, tapi dakwah yang bersifat lokal itu dikelola dengan baik untuk dimasukkan ke dunia digital menjadi dakwah yang bersifat global dengan audiens lebih banyak. Jadi, dakwah yang lokal itu tetap ada, tapi dakwah juga dibawa ke masyarakat global," katanya.

Namun, Helmy yang juga Ketua Presidium AYSI (Asosiasi YouTuber Santri Indonesia) itu juga sepakat bahwa Dewan Kurasi atau kurator itu juga perlu.

"Artinya, dakwah digital itu tidak hanya teknis secara digital, tapi perlu pengurus masjid yang memilah konten untuk dibawa ke dunia global. Intinya, dakwah yang bersifat global itu harus ringkas dan materinya juga bukan bersifat kontroversial, sehingga Islam benar-benar menarik," katanya.

Helmy yang juga alumni IPNU Jatim itu menyatakan media digital atau media sosial itu memang mengandung dua pilihan yakni menyatukan (informasi yang benar) atau menceraikan (hoaks/bohong).

"Era digital itu tidak bisa ditolak, tapi kita harus menampilkan ajaran agama secara benar dan bermanfaat. Hingga tahun 2020, Kemenag mencatat ada 598.291 masjid di Indonesia, tapi kami hanya menemukan 534 masjid yang memiliki Channel YouTube, karena itu kami menggagas webinar ini," tuturnya.

Sementara itu, Ketua DMI Jatim yang juga Ketua Baznas Jatim Drs. H.M. Roziqi M.M., saat membuka webinar mengatakan di Jatim tercatat 43 ribu dari 598.291 masjid yang ada di Indonesia.

"Selain fungsi ibadah, masjid juga memiliki fungsi dakwah. Dakwah sekarang bukan hanya bil lisan atau pengajian, tapi juga dakwah bil hal, seperti pendidikan, pemberdayaan ekonomi, kesehatan, dan teknologi/digital," katanya.

Hal itu juga dibenarkan Ketua BPP Masjid Al Akbar Dr. H.M. Sudjak MAg. Menurutnya, pengajian di masa lalu memang harus datang berbondong-bondong, tapi sekarang bisa dilakukan secara digital sambil santai di rumah.

"Dakwah sekarang harus 5-M yakni mudah (tanpa ke lokasi), murah (tanpa biaya), meriah (dijangkau jutaan orang), manfaat (berguna), dan mengena (tepat sasaran)," katanya.(*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021