Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Wilayah Kerja Jawa Timur, Senin melakukan tindakan nekropsi (bedah otopsi hewan) pada bangkai paus kepala melon (Peponocephala electra) yang mati terdampar di pesisir Pantai Sidem, Tulungagung.

Proses nekropsi ini melibatkan tim laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga yang sengaja diundang oleh BPSPL guna mengetahui kondisi kesehatan mamalia laut yang dikenal sebagai paus pembunuh kerdil atau lumba-lumba elektra ini.

"Nekropsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam tubuh hewan ini (saat masih hidup) ada gangguan atau tidak, ada parasit atau tidak," kata Analis Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Wilayah Kerja Jawa Timur Suwardi.

Melalui nekropsi pula, pihaknya ingin mengetahui penyebab pasti kematian lumba-lumba yang diperkirakan berusia dua tahun tersebut.

Untuk mendapat informasi itulah, beberapa sampel organ lumba-lumba diambil untuk selanjutnya akan diperiksa di laboratorium FKH Unair.

Hasil pemeriksaan jaringan dan sampel dari paus itu diperkirakan diketahui dua pekan ke depan.
Tim laborat FKH Unair melakukan nekropsi (bedah otopsi pada hewan) tubuh bangkai Paus Kepala Melon yang telah mati akibat terdampar di Pantai Sidem, Tulungagung, Senin (5/9/2021) (HO)

Lumba-lumba elektra atau paus kepala melon merupakan jenis mamalia laut yang banyak ditemukan di selatan Laut Jepang.

Jelajah paus pembunuh kecil atau lumba-lumba elektra ini tergolong jauh. Ilmuwan mengidentifiksi satwa dilindungi ini memailiki jalur lintas di Samudera Hindia.

Beberapa paus yang menjadikan Laut Selatan Jawa sebagai jalur migrasinya adalah paus biru, hiu paus, paus kepala melon dan beberapa jenis lumba-lumba.

Kasus-kasus terdamparnya mamalia paus ataupun lumba-lumba di pesisir Pantai Selatan Jawa biasanya disebabkan naluri berburu ikan kecil yang banyak ditemukan di kawasan perairan dangkal yang dekat dengan pantai.

Selain itu, faktor cuaca ikut memengaruhi. "Bisa juga karena lapar, karena disorientasi, parasit penyakit, terjaring nelayan, gangguan seismik survei bawah laut, kami belum bisa memastikan,” terang Suwardi.

Untuk kasus paus kepala melon atau lumba-lumba elektra yang terdampar di Pantai Sidem Tulungaung, pihaknya memperkirakan mereka menepi karena cuaca buruk dan kelelahan, sehingga tidak bisa balik ke perairan dalam. (*)
 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021