Dokter spesialis bedah plastik yang juga sekaligus Ketua Yayasan Dewi Kasih dr Ulfa Elfiah, Sp.BP-RE(K) menyebut setiap hari ada 540 anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing dan atau celah langit-langit di dunia.
"Sebuah kondisi yang apabila tidak ditangani dapat membawa dampak berkepanjangan bagi fisik maupun psikologi anak," kata Ulfa yang juga menjabat Kepala Unej Medical Center dalam siaran persnya yang diterima di Surabaya, Rabu.
Bahkan, di Kabupaten Jember, kata dia, rasio angka pasien bibir sumbing mencapai 1:1.000 pada tahun 2019. Angka ini mencerminkan perlunya perhatian khusus dan serius agar tercipta kemudahan akses untuk mendapatkan penanganan bibir sumbing secara komprehensif, baik dari sebelum, saat, hingga sesudah operasi.
"Masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Timur hendaknya kini makin aware untuk berperan aktif menyediakan operasi dan perawatan gratis, sehingga akses pun menjadi lebih luas dan terbuka,” jelas Ulfa.
Ulfa mengapresiasi Badan Amal Internasional, Smile Train Indonesia yang bermitra dengan Yayasan Dewi Kasih dan didukung Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Jember (Unej) memberikan penanganan komprehensif untuk pasien bibir sumbing. Mulai dari operasi hingga terapi wicara dan bantuan psikologis, bagi anak-anak dan keluarga pasien bibir sumbing dan atau celah langit-langit di Jatim.
Program Director Smile Train Indonesia Ruth Monalisa mengatakan kemampuan untuk tersenyum merupakan nikmat yang luar biasa.
"Anak-anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing pun berhak untuk mendapatkan senyum mereka," kata Ruth.
Bibir sumbing atau celah langit-langit mulut bukanlah aib, melainkan kondisi fisik yang sangat bisa diperbaiki.
Dirinya di Smile Train bertekad untuk terus membantu menciptakan senyum-senyum berharga dari anak-anak di Indonesia, juga melalui para ahli dari Indonesia.
"Kami bermitra dengan dokter ahli bedah serta tenaga medis lokal melalui berbagai pelatihan, untuk memberikan perawatan sumbing, termasuk di Jatim, agar dapat lebih luas menjangkau anak-anak yang belum mendapatkan akses atau informasi perawatan sumbing sumbing gratis,” beber Ruth.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan menyeluruh, mulai dari perbaikan gizi sebelum operasi, operasi perbaikan, observasi pasca-operasi, serta tindakan lanjutan seperti terapi wicara dan bimbingan psikologis, untuk memastikan bahwa tumbuh kembang sang anak akan berjalan optimal.
"Smile Train Indonesia bersama para mitranya bertujuan untuk memfasilitasi setiap anak yang hidup dalam kesenjangan, agar dapat menjalani hidup secara sehat dan produktif," katanya.
Ia mencatat di Jatim, Smile Train Indonesia telah memberikan lebih dari 15.200 operasi bibir sumbing dan celah langit-langit sejak tahun 2002, bekerja sama dengan 15 mitra rumah sakit Smile Train Indonesia yang berada di wilayah Surabaya, Sidoarjo, Malang, Kediri, Jember, dan Madura.
Meski demikian, kata Ruth, Smile Train Indonesia akan terus berkomitmen membantu perawatan sumbing secara komprehensif, di antaranya yang telah berjalan adalah terapi wicara, orthodonsi, termasuk pelayanan pemberian nutrisi bagi pasien.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Sebuah kondisi yang apabila tidak ditangani dapat membawa dampak berkepanjangan bagi fisik maupun psikologi anak," kata Ulfa yang juga menjabat Kepala Unej Medical Center dalam siaran persnya yang diterima di Surabaya, Rabu.
Bahkan, di Kabupaten Jember, kata dia, rasio angka pasien bibir sumbing mencapai 1:1.000 pada tahun 2019. Angka ini mencerminkan perlunya perhatian khusus dan serius agar tercipta kemudahan akses untuk mendapatkan penanganan bibir sumbing secara komprehensif, baik dari sebelum, saat, hingga sesudah operasi.
"Masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Timur hendaknya kini makin aware untuk berperan aktif menyediakan operasi dan perawatan gratis, sehingga akses pun menjadi lebih luas dan terbuka,” jelas Ulfa.
Ulfa mengapresiasi Badan Amal Internasional, Smile Train Indonesia yang bermitra dengan Yayasan Dewi Kasih dan didukung Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Jember (Unej) memberikan penanganan komprehensif untuk pasien bibir sumbing. Mulai dari operasi hingga terapi wicara dan bantuan psikologis, bagi anak-anak dan keluarga pasien bibir sumbing dan atau celah langit-langit di Jatim.
Program Director Smile Train Indonesia Ruth Monalisa mengatakan kemampuan untuk tersenyum merupakan nikmat yang luar biasa.
"Anak-anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing pun berhak untuk mendapatkan senyum mereka," kata Ruth.
Bibir sumbing atau celah langit-langit mulut bukanlah aib, melainkan kondisi fisik yang sangat bisa diperbaiki.
Dirinya di Smile Train bertekad untuk terus membantu menciptakan senyum-senyum berharga dari anak-anak di Indonesia, juga melalui para ahli dari Indonesia.
"Kami bermitra dengan dokter ahli bedah serta tenaga medis lokal melalui berbagai pelatihan, untuk memberikan perawatan sumbing, termasuk di Jatim, agar dapat lebih luas menjangkau anak-anak yang belum mendapatkan akses atau informasi perawatan sumbing sumbing gratis,” beber Ruth.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan menyeluruh, mulai dari perbaikan gizi sebelum operasi, operasi perbaikan, observasi pasca-operasi, serta tindakan lanjutan seperti terapi wicara dan bimbingan psikologis, untuk memastikan bahwa tumbuh kembang sang anak akan berjalan optimal.
"Smile Train Indonesia bersama para mitranya bertujuan untuk memfasilitasi setiap anak yang hidup dalam kesenjangan, agar dapat menjalani hidup secara sehat dan produktif," katanya.
Ia mencatat di Jatim, Smile Train Indonesia telah memberikan lebih dari 15.200 operasi bibir sumbing dan celah langit-langit sejak tahun 2002, bekerja sama dengan 15 mitra rumah sakit Smile Train Indonesia yang berada di wilayah Surabaya, Sidoarjo, Malang, Kediri, Jember, dan Madura.
Meski demikian, kata Ruth, Smile Train Indonesia akan terus berkomitmen membantu perawatan sumbing secara komprehensif, di antaranya yang telah berjalan adalah terapi wicara, orthodonsi, termasuk pelayanan pemberian nutrisi bagi pasien.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021