Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengapresiasi rekomendasi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya untuk penanggulangan COVID-19 yang tertuang dalam Gerakan Aksi Bersama Serentak Tanggulangi COVID-19 (GEBRAK COVID-19) melalui Zoom, Jumat.

"Para guru besar dan dokter di FK Unair maupun Rumah Sakit Pendidikan RSUD dr. Soetomo dan RS Unair kami harapkan juga dapat memberi masukan pada pemerintah tentang terapi terbaik bagi COVID-19," kata Menkes.

Menurut Menkes, pengalaman menangani kasus COVID-19 dalam jumlah besar pasti akan menghasilkan temuan yang bermanfaat untuk terapi penderita.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang turut hadir mengatakan rekomendasi guru besar FK Unair dalam  GEBRAK COVID-19 ini seperti suntikan energi bagi provinsi Jawa Timur.

"Terima kasih kepada Fakultas Kedokteran Unair, RSUD dr. Soetomo dan RS UNAIR yang selama ini telah banyak mendukung upaya pemerintah Jawa Timur untuk penanggulangan COVID 19," ungkap Khofifah.

Rekomendasi disusun oleh 56 orang guru besar baik yang masih aktif maupun yang sudah purna tugas. Hasil rapat pleno kemudian dirumuskan oleh tim perumus. Antara lain , Prof Dr.dr. Budi Santoso,Sp.OG (K), Prof Dr. dr.Hendy Hendarto, SP.og (K), Prof DR.dr.David Sontani Perdanakusuma, Sp.BP-RE(K), Prof  dr. Djoko Santoso,Ph.D., Sp.PD.K-GH.FINASIM, Prof Dr. dr. Cita Rosita Sigit Prakoeeswa, Sp.KK(K) FINSDV.

Kemudian dua direktur rumah sakit pendidikan di Surabaya, Prof. Dr. Nasronudin,Sp.PD.,KPTI-FINASIM selaku Dirut Rs Universitas Airlangga dan Dr.dr.Joni Wahyuadi Sp.BS(K) selaku Direktur Utama RSUD DR. Soetomo Surabaya.

Dekan FK Unair Prof Dr. dr. Budi Santoso,Sp.OG menuturkan, rekomendasi ini lahir dari kekhawatiran guru besar FK UNAIR mengenai situasi pandemi saat ini yang semakin mengkhawatirkan baik di tingkat masyarakat hingga fasilitas pelayanan kesehatan.

"Angka pasien positif terus naik tapi fasilitas terbatas. Untuk bisa mendapatkan perawatan saja, harus antre karena hampir semua rumah sakit penuh. Kondisi ini memicu tingginya angka kematian karena paparan COVID-19," ujarnya.

Selain itu, angka kematian tenaga kesehatan di Jawa Timur yang menempati posisi tertinggi di Indonesia juga mendorong para guru besar untuk menggebrak situasi pandemi ini.

Adapun rekomendasi ini bersifat komprehensif serta diharapkan berupa gerakan bersama dan serentak. Bukan hanya untuk pemerintah dan RS,  tapi juga diperuntukkan untuk kalangan umum dalam artinya masyarakat.

Perhatian penting juga ditekankan kepada stakeholder selaku pengatur kebijakan, rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan serta universitas sebagai ranah yang diatur oleh pemerintah.

Prof Dr. dr.Hendy Hendarto, SpOG (K) menuturkan poin penting penanganan di hulu. Penguatan pendampingan isolasi mandiri oleh tenaga kesehatan dengan mengoptimalkan teknologi telemedicine sesuai panduan Satgas Covid-19. Termasuk melengkapi oximeter sesuai kebutuhan, dengan melibatkan peran Perguruan Tinggi dan bersinergi serta berkoordinasi dengan institusi terkait.

Kelompok rentan di masyarakat juga perlu perhatian khusus, yaitu usia lanjut, ibu hamil, bayi, anak dan orang dengan komorbid, serta kehati-hatian pada klaster

Untuk rumah sakit Prof. Hendy menyoroti adanya jarak yang  harus ditekan. Upaya menekan angka positif pasien disertai penambahan fasilitas kesehatan yang ada.

Selanjutnya kepada perguruan tinggi dan fakultas kedokteran, agar memaksimalkan tenaganya baik dokter umum, dokter internship, dokter lulus UKMPPD dan para tenaga medis untuk menjadi relawan COVID-19.

Tentang percepatan testing, guru besar FK Unair juga merekomendasikan agar setiap daerah memiliki alat tes usap PCR sehingga proses testing bisa terselenggara dengan massif dan cepat. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021