Lifter Eko Yuli Irawan mengaku belum mempertimbangkan opsi pensiun dari kariernya setelah ia menyumbangkan medali perak untuk kontingen Indonesia dari cabang angkat besi kelas 61 kg Olimpiade Tokyo 2020, Minggu.
Kendati mengakui usianya tidak lagi muda karena sudah menginjak 32 tahun, Eko Yuli bertekad untuk tetap mengerahkan segenap kemampuan agar bisa bersaing apabila punya kesempatan bertanding.
"Jika dilihat umur memang sulit, tetapi jika ada kesempatan, kenapa tidak? Tapi, yang paling penting itu sekarang adalah bagaimana menyiapkan lifter-lifter muda penerus saya. Itu yang menjadi tantangan," kata Eko usai laga, dalam siaran pers KOI.
Setelah menyabet medali perak di Tokyo, Eko Yuli Irawan mencatatkan sejarah sebagai lifter Indonesia pertama yang mempunyai empat medali Olimpiade.
Pria kelahiran Lampung itu sebelumnya meraih medali perunggu di kelas 56 kg (Beijing 2008) dan kelas 62 kg (London 2012), serta medali perak 62 kg di Rio de Janeiro 2016.
Eko mendapat medali perak setelah membukukan total angkatan 302 kg (snatch 137 kg dan clean and jerk 165 kg). Ia harus mengakui keunggulan lifter China Li Fabin yang merebut medali emas dengan total angkatan 313 kg (snatch 141 kg dan clean and jerk 172 kg).
Sementara itu, medali perunggu kelas 61 kg diraih lifter Kazakhstan Igor Son dengan total angkatan 294kg (snatch 131 kg dan clean and jerk 163 kg).
"Meski mendapat perak, Eko Yuli berhasil menjadi atlet yang mengukir sejarah. Ia satu-satunya atlet yang tampil empat kali di Olimpiade dan semuanya meraih medali," ujar Chef de Mission Olimpiade Tokyo yang juga Ketua Umum PB PABSI Rosan P. Roeslani.
"Tentu prestasi ini menjadi kebanggaan bagi kita semua, terutama saya sebagai CdM dan juga Ketua PB PABSI," ujarnya menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021