Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono meminta pemerintah kota setempat memperkuat Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo dengan melibatkan pengurus kampung dan warga sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
"Keterlibatan masyarakat adalah solusi tepat untuk melakukan tracing dan monitoring warga yang terpapar," kata Adi Sutarwijono di Surabaya, Minggu.
Menurut dia, pekan lalu, Komisi D Bidang Kesra dan Kesehatan DPRD Kota Surabaya telah menggelar rapat dengar pendapat secara virtual dengan mengundang Epidemilog Dr. dr. Windhu Purnomo, M.Si dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Adapun salah satu rekomendasi dari rapat tersebut adalah kebijakan untuk mengendalikan pendemi COVID-19 di Surabaya adalah memperbanyak 3T (testing, tracing, dan treatment), serta penegakan displin protokol kesehatan.
"Testing, tracing dan treatment untuk melokalisir warga yang terpapar COVID-19, dan tidak menulari yang lain. Terlebih yang tanpa gejala atau gejala ringan agar disiplin menjalani karantina sampai sembuh dan tidak keluar rumah," kata Adi mengutip pernyataan Windhu Purnomo.
Adi mengatakan cara efektif mencegah transmisi atau penularan virus adalah penegakan disiplin protokol kesehatan digencarkan, mulai dari memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.
"Bahkan, menghadapi varian baru Delta yang ganas, mudah menular dan menyebar. Bahkan sekarang sudah banyak yang memakai masker doubel," ujarnya.
Untuk tracing dan penegakan disiplin prokes, kata dia, DPRD mendorong Pemkot Surabaya untuk melibatkan masyarakat dan pengurus kampung. Menurutnya, Surabaya sudah punya "Kampung Wani" sebagai model dari kampung tangguh dengan melibatkan pengurus RT, RW, LPMK, tokoh dan warga masyarakat.
Sementara untuk testing, kata Adi, DPRD Kota Surabaya mengapreasi respons cepat Wali Kota Eri Cahyadi terhadap lamanya hasil tes usap PCR dari puskesmas-puskesmas dengan mengakomodasi tes cepat antigen sebagai petunjuk keadaan kesehatan seseorang.
"Hasil tes cepat antigen lebih cepat keluar. Kalau hasilnya positif, warga bisa mendapatkan obat-obatan dari puskesmas. Kemudian dilakukan monitoring dan pengawasan, serta bisa mendapatkan intervensi kebijakan dari Pemkot," katanya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya menyatakan Satgas Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo mendapatkan insentif berupa uang senilai Rp400 ribu atas kerja kerasnya dalam menangani kasus COVID-19 di masing-masing wilayah.
Eri berterima kasih kepada seluruh satgas atas semangat yang tumbuh dalam menghidupkan kembali Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo yang telah berjuang demi menjaga kesehatan dan keselamatan warga.
"Dalam memutus penyebaran wabah dunia ini, sangat diperlukan peran masyarakat khususnya tingkat RT/RW," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Keterlibatan masyarakat adalah solusi tepat untuk melakukan tracing dan monitoring warga yang terpapar," kata Adi Sutarwijono di Surabaya, Minggu.
Menurut dia, pekan lalu, Komisi D Bidang Kesra dan Kesehatan DPRD Kota Surabaya telah menggelar rapat dengar pendapat secara virtual dengan mengundang Epidemilog Dr. dr. Windhu Purnomo, M.Si dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Adapun salah satu rekomendasi dari rapat tersebut adalah kebijakan untuk mengendalikan pendemi COVID-19 di Surabaya adalah memperbanyak 3T (testing, tracing, dan treatment), serta penegakan displin protokol kesehatan.
"Testing, tracing dan treatment untuk melokalisir warga yang terpapar COVID-19, dan tidak menulari yang lain. Terlebih yang tanpa gejala atau gejala ringan agar disiplin menjalani karantina sampai sembuh dan tidak keluar rumah," kata Adi mengutip pernyataan Windhu Purnomo.
Adi mengatakan cara efektif mencegah transmisi atau penularan virus adalah penegakan disiplin protokol kesehatan digencarkan, mulai dari memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.
"Bahkan, menghadapi varian baru Delta yang ganas, mudah menular dan menyebar. Bahkan sekarang sudah banyak yang memakai masker doubel," ujarnya.
Untuk tracing dan penegakan disiplin prokes, kata dia, DPRD mendorong Pemkot Surabaya untuk melibatkan masyarakat dan pengurus kampung. Menurutnya, Surabaya sudah punya "Kampung Wani" sebagai model dari kampung tangguh dengan melibatkan pengurus RT, RW, LPMK, tokoh dan warga masyarakat.
Sementara untuk testing, kata Adi, DPRD Kota Surabaya mengapreasi respons cepat Wali Kota Eri Cahyadi terhadap lamanya hasil tes usap PCR dari puskesmas-puskesmas dengan mengakomodasi tes cepat antigen sebagai petunjuk keadaan kesehatan seseorang.
"Hasil tes cepat antigen lebih cepat keluar. Kalau hasilnya positif, warga bisa mendapatkan obat-obatan dari puskesmas. Kemudian dilakukan monitoring dan pengawasan, serta bisa mendapatkan intervensi kebijakan dari Pemkot," katanya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya menyatakan Satgas Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo mendapatkan insentif berupa uang senilai Rp400 ribu atas kerja kerasnya dalam menangani kasus COVID-19 di masing-masing wilayah.
Eri berterima kasih kepada seluruh satgas atas semangat yang tumbuh dalam menghidupkan kembali Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo yang telah berjuang demi menjaga kesehatan dan keselamatan warga.
"Dalam memutus penyebaran wabah dunia ini, sangat diperlukan peran masyarakat khususnya tingkat RT/RW," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021