Tempat isolasi mandiri tingkat kelurahan bagi warga terpapar COVID-19 di Kota Surabaya, Jawa Timur, sebagai upaya mencegah adanya klaster keluarga, saat ini mulai disiapkan.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Surabaya, Kamis, mengatakan, pihaknya telah meminta semua lurah menyiapkan tempat untuk isolasi khusus bagi warganya yang terpapar COVID-19 di setiap kelurahan.

"Ruang isolasi ini dapat memanfaatkan tempat-tempat strategis seperti lapangan atau gedung-gedung pertemuan yang nantinya disesuaikan dengan kebutuhan," katanya.
 
Eri mengatakan, pendirian tempat isolasi di setiap kelurahan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya klaster keluarga. Sehingga, lanjut dia, apabila dalam keluarga itu ada satu orang yang positif, maka kemudian dapat ditarik agar melakukan isolasi ke tempat yang telah disediakan.
 
Ia menilai, ketika satu orang positif melakukan isolasi mandiri di rumah, hal ini tentu akan menyulitkan Puskesmas melakukan pengawasan. Terlebih, jika kondisi rumahnya tidak layak, kemungkinan besar malah justru dapat menimbulkan penularan dalam keluarga tersebut.
 
"Kalau (isolasi) di rumah-rumah sendiri itu susah dipantau, sehingga yang muncul itu sekarang klaster keluarga. Satu (orang) reaktif atau positif, setelah itu tidak mau ditarik isolasi mandiri, yang lainnya tertular anak istrinya," katanya.
 
Menurut dia, terkadang dari pihak keluarga sendiri juga ada yang tidak mau diarahkan agar isolasi di tempat khusus yang disediakan. Makanya, Wali Kota Eri berharap keada pengurus RT/RW dapat membantu dalam melakukan pendekatan atau memberikan pemahaman kepada masing-masing warganya. 

"Kami berharap RT/RW juga bisa melakukan pendekatan,"  ujarnya.
 
Bagi Eri, pendekatan ini penting dilakukan agar warga yang melakukan isolasi itu murni dari keinginannya sendiri dan tidak karena paksaan. Sebab, bagaimanapun juga kondisi psikis warga yang melakukan isolasi mandiri ini pasti akan berpengaruh.
 
"Sehingga kami harus menyampaikan dulu ke keluarganya menjelaskan. Kalau dipaksa pun malah tidak waras-waras (sembuh-sembuh), karena psikis ini pengaruhnya besar," ujarnya.
 
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini juga menjelaskan, bahwa pihaknya juga terus memasifkan tracing atau penelusuran kepada kontak erat. Bagi dia, salah satu upaya untuk memutus mata rantai pandemi COVID-19 adalah dengan memperbanyak tracing.
 
"Kalau kita tracingnya sedikit kan tidak kelihatan naiknya. Makanya kita habis-habisan untuk tracing, salah satu penularan ini kan diputus mata rantainya dari tracing tadi," ujarnya.
 
Selain upaya tersebut, Wali Kota Eri juga berharap, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang dimulai tanggal 12 - 20 Juli 2021 ini dapat semakin menurunkan kasus COVID-19 di Surabaya. 

Ia juga mengaku terus berupaya mengejar herd immunity atau kekebalan komunal warga Surabaya dapat mencapai 70 persen. "Harapan kami sampai tanggal 20 Juli 2021, COVID-19 di Surabaya bisa melandai," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021