Penggagas Komunitas Banyumili R. Bagus Herwindro yang bergerak dalam bidang pemberdayaan diri mengemukakan bahwa banyaknya masalah yang dihadapi oleh seseorang bersumber pada keterserapan jiwa pada keadaan, baik diri maupun lingkungannya.

"Keterserapan jiwa pada keadaan itu yang membuat jiwa kita menjadi chaos," kata 
Bagus pada seminar bertema "Melampaui Keterserapan Ruang-Waktu" di Surabaya, Minggu, yang juga disiarkan via zoom.

Pengampu program Semedi (seni memberdaya diri) itu mengajak masyarakat untuk selalu berlatih menyadari keadaan diri per saat ini atau tidak terserap pada keadaan di ruang dan waktu.

"Kalau ibarat kita di air itu, ngintir ning ora kintir (mengikuti alur air, tapi tidak terhanyut)," katanya pada acara yang bersamaan dengan peluncuran buku berjudul "Nyemedi; Sebuah Catatan Lepas tentang #Jarenya sih #Jareku".

Salah cara untuk melatih diri selalu "sadar per saat ini" itu adalah dengan menyadari nafas setiap saat. Dengan demikian, maka jiwa akan selalu waspada dan tidak terseret pada pusaran persoalan yang bersumber dari emosi.

"Misalnya marah, segera sadari bahwa saya sedang marah. Biasanya, rasa marah itu akan hilang dengan sendirinya. Ini termasuk juga ketika kita menghadapi persoalan dalam keluarga dan masyarakat. Itu sumbernya karena kita terserap pada keadaan alias tidak awas terhadap diri," katanya.

Dengan selalu menyadari keadaan jiwa sehingga tidak terserap pada keadaan, katanya, maka bukan kita yang diwarnai oleh keadaan, melainkan keadaan yang akan kita warnai.

"Sesederhana itu saja mengelola hidup itu. Dengan demikian, kita akan merasakan bahwa masalah itu relatif dan nanti akan sirna," kata pria yang suka mengenakan blankon ini.

Selain pemaparan dari Bagus, kegiatan itu juga diisi dengan cerita pengalaman para kontributor dalam penulisan itu dalam melatih kesadaran agar tidak mudah terserap oleh keadaan.

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021