Sebanyak 1.753 pegawai atau aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Jatim, menjadi orang tua asuh bagi 2.416 anak dari kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

"Alhamdulillah sampai hari ini, sudah ada sebanyak 1.753 pegawai atau ASN yang menjadi donatur. Mereka akan menanggung 2.416 anak asuh dari kalangan anak-anak MBR. Jumlah ini akan terus bertambah seiring berjalannya waktu," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Surabaya, Senin.

Wali Kota Eri mengaku pihaknya tidak ingin ada anak di Kota Surabaya yang putus sekolah meski di tengah pandemi COVID-19 yang mempengaruhi perekonomian warga. 

Makanya, ia pun mengimbau kepada seluruh pegawai atau ASN di lingkungan Pemkot Surabaya untuk berpartisipasi dalam program beasiswa pendidikan tersebut, yaitu dengan menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang berasal dari keluarga MBR.
 
Menurut dia, para donatur atau pegawai Pemkot Surabaya itu akan menyisihkan penghasilannya Rp125 ribu setiap bulannya, dan akan berlaku sampai 3 tahun atau sampai anak itu lulus sekolah. 

"Ini zakat penghasilan. Bisa dibayangkan kalau ini disatukan untuk membantu anak asuh ini, pasti mereka akan sangat terbantu di tengah pandemi ini," katanya.
 
Melalui program ini, Eri mengaku ingin menumbuhkan rasa gotong-royong dan terus memupuk rasa cinta kasih kepada sesama. Makanya, program ini diawali dari lingkungan ASN di Pemkot Surabaya, termasuk Wali Kota Eri. 

"Gotong-royong dan cinta kasih inilah yang akan menjadi awal kebangkitan sebuah kota dan negara," ujarnya.
 
Bagi Eri, jika sudah punya rasa gotong-royong dan cinta kasih yang tinggi, maka dia yakin berbagai masalah di Kota Surabaya akan bisa diatasi. "Insya Allah bisa menyelesaikan berbagai masalah di Surabaya. Ini yang kita lakukan hari ini," ujarnya.
 
Selain itu, Wali Kota Eri menjelaskan bahwa program anak asuh ini sebenarnya sudah ada sebelumnya dan sudah menggandeng beberapa perusahaan yang memberikan CSR-nya. Bagi dia, dalam membangun sebuah kota, harus melibatkan semua stakeholder, ia sadar pemerintah tidak bisa berjalan sendirian.
 
"Alhamdulillah ketika semua stakeholder itu menjadi satu bagian, kami sampaikan semua permasalahan Kota Surabaya bisa diatasi, karena semuanya sudah hadir untuk membantu Surabaya. Itulah yang selalu saya katakan bahwa kehadiran semua stakeholder ini adalah keberhasilan sebuah kota," katanya.
 
Ia juga menyadari bahwa keberhasilan seorang pemimpin itu adalah ketika pemimpin itu mampu membentuk sebuah sistem dan berhasil menarik semua stakeholder yang ada, untuk bersama-sama membangun sebuah kota.
 
Menurutnya, membangun sebuah kota bukan tergantung pada pemimpinnya, tapi membangun sebuah kota tergantung sebuah sistem yang dilandasi pada keyakinan, gotong-royong dan cinta kasih, sehingga apabila pemimpin yang berkarakter itu harus berganti, kota yang dibangunnya akan tetap maju.
 
"Sebab, semua warganya mulai warga yang biasa hingga warga yang punya investasi di kota tersebut, merasa satu bagian dari sebuah kota itu. Itulah keberhasilan seorang pemimpin," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021