Emas bertahan dalam kisaran ketat dengan berakhir sedikit lebih tinggi pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), merayap naik dari kerugian sehari sebelumnya, ketika investor menantikan data inflasi Amerika Serikat yang dapat membentuk arah kebijakan moneter Federal Reserve.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 1,1 dolar AS atau 0,06 persen, menjadi ditutup pada 1.895,50 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (8/6), emas berjangka jatuh 4,4 dolar AS atau 0,23 persen menjadi 1.894,40 dolar AS.
Emas berjangka bertambah 6,8 dolar AS atau 0,36 persen menjadi 1.898,80 dolar AS per ounce pada Senin (7/6), setelah melonjak 18,7 dolar AS atau satu persen menjadi 1.892 dolar AS pada Jumat (4/6), dan anjlok 36,6 dolar AS atau 1,92 persen menjadi 1.873,30 dolar AS pada Kamis (3/6).
Fundamental yang mendasari tetap menguntungkan untuk logam mulia karena The Fed tampaknya "keras kepala" berpegang pada gagasan bahwa tren inflasi saat ini bersifat sementara dan dengan demikian kemungkinan akan menjaga kebijakan moneter longgar untuk saat ini, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Meskipun mungkin ada reaksi pasar spontan jika inflasi berjalan "lebih panas dari yang diperkirakan," The Fed kemungkinan akan tetap berpegang pada pandangannya bahwa setiap lompatan bersifat sementara, tambah Meger.
Pedagang akan memindai laporan indeks harga konsumen AS pada Kamis waktu setempat untuk mencari tanda-tanda bahwa Fed dapat mulai mundur dari kebijakan moneter ultra-longgarnya. Pelaku pasar juga menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari yang sama.
“Satu elemen utama yang mendukung gagasan The Fed bahwa inflasi akan bersifat sementara, adalah bahwa dari basis historis, imbal hasil obligasi pemerintah AS tidak menunjukkan tekanan inflasi,” kata analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Namun, Wyckoff menambahkan bahwa melonjaknya harga-harga bahan baku merupakan indikasi tren inflasi, juga mendukung emas.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang kemungkinan didorong oleh stimulus besar dari bank-bank sentral dan pemerintah di seluruh dunia.
Tetapi harga emas semakin rentan terhadap kemunduran jangka pendek karena arus spekulatif sekarang melambat di samping arus fisik di tengah pertempuran India melawan COVID-19 dan memudarnya permintaan China, tulis TD Securities dalam sebuah catatan.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 27,1 sen atau 0,98 persen, menjadi ditutup pada 28,002 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 10,7 dolar AS atau 0,92 persen menjadi ditutup pada 1,151,8 dolar AS per ounce. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 1,1 dolar AS atau 0,06 persen, menjadi ditutup pada 1.895,50 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (8/6), emas berjangka jatuh 4,4 dolar AS atau 0,23 persen menjadi 1.894,40 dolar AS.
Emas berjangka bertambah 6,8 dolar AS atau 0,36 persen menjadi 1.898,80 dolar AS per ounce pada Senin (7/6), setelah melonjak 18,7 dolar AS atau satu persen menjadi 1.892 dolar AS pada Jumat (4/6), dan anjlok 36,6 dolar AS atau 1,92 persen menjadi 1.873,30 dolar AS pada Kamis (3/6).
Fundamental yang mendasari tetap menguntungkan untuk logam mulia karena The Fed tampaknya "keras kepala" berpegang pada gagasan bahwa tren inflasi saat ini bersifat sementara dan dengan demikian kemungkinan akan menjaga kebijakan moneter longgar untuk saat ini, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Meskipun mungkin ada reaksi pasar spontan jika inflasi berjalan "lebih panas dari yang diperkirakan," The Fed kemungkinan akan tetap berpegang pada pandangannya bahwa setiap lompatan bersifat sementara, tambah Meger.
Pedagang akan memindai laporan indeks harga konsumen AS pada Kamis waktu setempat untuk mencari tanda-tanda bahwa Fed dapat mulai mundur dari kebijakan moneter ultra-longgarnya. Pelaku pasar juga menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari yang sama.
“Satu elemen utama yang mendukung gagasan The Fed bahwa inflasi akan bersifat sementara, adalah bahwa dari basis historis, imbal hasil obligasi pemerintah AS tidak menunjukkan tekanan inflasi,” kata analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Namun, Wyckoff menambahkan bahwa melonjaknya harga-harga bahan baku merupakan indikasi tren inflasi, juga mendukung emas.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang kemungkinan didorong oleh stimulus besar dari bank-bank sentral dan pemerintah di seluruh dunia.
Tetapi harga emas semakin rentan terhadap kemunduran jangka pendek karena arus spekulatif sekarang melambat di samping arus fisik di tengah pertempuran India melawan COVID-19 dan memudarnya permintaan China, tulis TD Securities dalam sebuah catatan.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 27,1 sen atau 0,98 persen, menjadi ditutup pada 28,002 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 10,7 dolar AS atau 0,92 persen menjadi ditutup pada 1,151,8 dolar AS per ounce. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021