Sebanyak 1.877 warga yang menghuni 18 rumah susun di Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa, menjalani tes usap atau swab test secara acak oleh Satgas COVID-19 setempat.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan untuk menjaring warga agar mau tes usap, petugas puskesmas sudah berada di lokasi sejak pukul 05.00 WIB. Bahkan, ada beberapa lokasi yang sore hari pun tetap masih digelar tes usap. 

"Jadi, ada yang pukul 15.00 WIB. Ada yang sejak subuh. Ini untuk memberi kesempatan bagi penghuni yang kerja. Kita lakukan subuh supaya warga yang kerja bisa ikut swab pagi harinya," katanya.
 
Feny, sapaan akrab Febria Rachmanita, memastikan berdasarkan data yang diperoleh hingga pukul 15.00 WIB, total penghuni yang sudah dites usap mencapai 1.877 orang. Angka tersebut merupakan jumlah dari 18 rusun yang dikelola oleh Pemkot Surabaya. 

Ke depan, tes usap massal ini bakal terus dilakukan sampai semua penghuni dinyatakan telah mengikuti tes.
 
"Khusus untuk Rusun Penjaringansari, kita sudah lakukan swab sejak kemarin (24/5). Untuk kemarin ada 138 orang. Lalu hari ini yang sudah tes swab ada 390 orang," kata dia.
 
Adapun 18 rusun yang dilakukan tes swab secara serentak diantaranya yakni Rusun Penjaringansari I – 1V, Gunung Anyar, Pesapen, Keputih, Siwalan Kerto I – II, Jambangan I –II, Wonorejo, Romokalisari, Sombo, Tambak Wedi, Indrapura, Urip Sumoharjo, Bandarejo, Dukuh Menanggal, Grudo, Dupak Bangunrejo, Tanah Merah dan Rusun Randu. 

"Kami berharap semua penghuni tidak keberatan untuk tes usap. Ini demi keselamatan warga Surabaya. Semakin banyak testing kita maka kita akan segera bisa melakukan treatment. Supaya Surabaya segera bebas dari pandemi," katanya.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan ketika ada warga yang tinggal di rusun diketahui terkonfirmasi COVID-19, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi langsung meminta kepada Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah (DPBT) untuk melaksanakan tes usap secara masif.
 
"Ini semata-mata bentuk kepedulian beliau (Wali Kota Eri) kepada warga yang tinggal di rusun untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19," kata Irvan.
 
Ia menceritakan sebagian penghuni rusun memilih menghindar saat mereka diminta untuk tes usap. Namun hal itu tak lantas membuat jajaran pemkot berhenti begitu saja. 

Irvan menjelaskan lurah dan camat setempat terus melakukan inovasi dengan cara yang unik agar masyarakat tidak menolak untuk dites usap. Cara uniknya adalah setelah tes usap penghuni rusun jari kelingkingnya wajib dicelup seperti pemungutan suara, sebagai tanda mereka telah mengikuti tes.
 
"Jadi, kalau sudah mendapatkan bukti tinta di jari kelingking atau jempolnya, warga diperbolehkan keluar masuk gerbang rusun. Kalau di sini dijaga. Tetapi yang belum mendapat tanda itu, warga tidak diperkenankan keluar gerbang," katanya.
 
Irvan pun meminta kepada seluruh penghuni rusun untuk sama-sama mendukung upaya pemkot dengan cara tidak menolak swab tests. Sebab, ini penting untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan dan memutus penyebaran maupun pencegahan adanya klaster baru, terutama di lingkungan rusun.
 
"Saya mohon pengertiannya kepada semuanya, kita harus mau memeriksakan diri. Kalau ada yang belum dan tidak mau, kita tidak akan berhenti mengingatkan dan menjemput bola secara door to door," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021