Sudah empat tahun Anang Suharto (53) menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).  Anang mengaku sangat puas dengan pelayanan kesehatan yang didapatkan. JKN-KIS telah membantu keluarganya, ketika sang istri harus dioperasi dengan biaya besar.

"Saya ikut BPJS Kesehatan sejak empat tahun lalu. Menurut saya, (layanan) BPJS Kesehatan ini sangat memuaskan. Sangat membantu keluarga saya untuk operasi yang berbiaya besar,” tutur Anang yang berdomisili di Dusun Mayangan Desa Srikaton Kabupaten Tulungagung ini.

Anang bercerita tentang riwayat pelayanan kesehatan istrinya, Sutinah, yang telah dua kali menjalani tindakan operasi  dengan memanfaatkan fasilitas pembiayaan/pertanggungan JKN-KIS.  

Kejadiannya pada 2018, dimana saat itu Sutinah menjalani operasi bedah perbaikan tulang belakang. Kemudian pada operasi kedua, Sutinah mengalami peradangan sendi di daerah panggul sebelah kanan. Munculnya keluhan baru itu membuat istri Anang ini harus menjalani operasi kembali untuk ketiga kalinya pada 2020.

“Bu Sutinah itu tahu sakit. Dokter langsung menyarankan untuk tindakan operasi. Pada (tahun) 2020 itu di panggul sebelah kanan, dipotong tulangnya, lalu dipasang platina. Sendinya rusak, ya diganti. Sebelumnya  pada 2018 juga pernah operasi tulang belakang,” papar Anang menceritakan.

Pria pecinta fotografi ini memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan apabila tidak menggunakan JKN-KIS bisa mencapai puluhan juta rupiah. Sungguh angka yang besar. Jika tidak ada fasilitas pertanggungan JKN-KIS, Anang sudah merencanakan menjual mobil apabila tidak menggunakan JKN-KIS.

“Operasi yang pertama itu (biayanya) mungkin sekitar Rp70 jutaan hingga Rp75 jutaan. Sedang pada (tindakan) operasi yang kedua mungkin antara Rp40 juta  hingga Rp50 jutaan. Seandainya waktu itu tidak pakai BPJS (Kesehatan), ya pasti jadinya saya jual mobil. Rencana begitu awalnya,” kenang Anang sambil tertawa kecil.

Bersyukur kini kondisi istrinya telah sehat. Bapak yang sudah memiliki satu cucu ini mengaku meskipun sudah sehat dan tidak sakit, dirinya tetap akan membayar iuran JKN-KIS secara rutin. 

Menurutnya sakit itu suatu saat pasti akan dialami siapapun. Tapin kalau sampai tidak bisa menggunakan JKN-KIS, seperti yang pernah dia alami, akan kesulitan secara biaya. Apalagi bagi yang ekonominya pas-pasan

“Alhamdulillah sudah sehat semua sekarang, tetapi kan tidak tahu nanti. Yang jelas sakit itu pasti, entah kapan tidak  tahu, apalagi kerjaan saya tidak tetap. Seperti sekarang ini, misal saya seenaknya sendiri, setelah operasi tidak bayar iuran, apa tidak keluar biaya banyak nanti kalau sakit," ujar Anang. 

Ia masih tak bisa membayangkan seandainya tidak tertolong BPJS Kesehatan. Anang tidak tahu apa yang terjadi. 

"Awal daftar tidak ada kepikiran kalau akan sakit. Saya inginnya sehat terus. Lebih baik saya bayar terus daripada memanfaatkan BPJS, membantu orang lain yang sakit. Bayar iuran terus seumur hidup tidak apa-apa,” ujarnya.

Terakhir, Anang mengucapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah, dengan adanya BPJS Kesehatan bisa menolong keluarganya terutama istrinya yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik.

“Saya sangat berterima kasih pada pemerintah atas adanya BPJS ini, karena sangat membantu saya, menolong nyawa. Saya merasa nyaman, tenang, jadi biar sakit kalau tidak mikir biaya itu sangat membantu. Istri saya dilayani dengan baik sekali. Saya terima kasih sekali sama dokter yang sudah menyelamatkan istri saya. Tidak ada bedanya antara BPJS dengan umum. Awalnya saya juga berpikir kalau BPJS pelayanannya tidak baik. Ternyata tidak, saya sudah merasakan sendiri,” tutup Anang. (ADV)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021