Pergelaran wayang kulit di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (7/4) malam,. yang dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19, turut menyemarakkan Banyuwangi Festival 2021.
Wakil Bupati Banyuwangi, Sugirah mengapresiasi gelaran festival wayang kulit itu sebagai bentuk melestarikan seni budaya yang ada di Banyuwangi, serta mengedukasi milenial tentang seni pergelaran wayang kulit.
"Semoga dengan festival ini ada regenerasi dalang dan sinden, sehingga pergelaran seni wayang tetap bisa kita nikmati. Jadi ini tidak hanya membangun destinasi wisata, namun juga membangun sumber daya manusia melalui seni dan budaya yang adiluhung ini, supaya identitas dan kekayaan dari Banyuwangi tidak hilang," kata Sugirah.
Pergelaran wayang kulit yang digelar di Desa Purwoasri, Kecamatan Tegaldlimo, membuat penonton yang berdatangan takjub dengan kolaborasi tiga dalang yang memainkan wayang secara bersama, yakni Dalang Ki Sanggit Abhillawa, Ki Galih Kidung Wibowo, dan Ki Edo Sabdo Carito.
Ketiga dalang itu tampil atraktif dengan mengangkat judul "Ampak-Ampak Manahilan", yang mengisahkan penyesalan raksasa yang melakukan peperangan balas dendam di hutan manahilan dengan cara licik. Meski mengerahkan segala kekuatan, namun sang raksasa tetap kalah dengan kesatria kebenaran.
Ketua Panitia Festival Wayang Kulit, Punjul Ismu Wardoyo mengatakan bahwa pergelaran ini merupakan bentuk semangat seniman wayang kulit bangkit setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19.
"Ini bukti perjuangan teman-teman seniman wayang kulit, dalang, sinden, wiyogo dan lainnya, untuk terus eksis meski sempat lama libur," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Wakil Bupati Banyuwangi, Sugirah mengapresiasi gelaran festival wayang kulit itu sebagai bentuk melestarikan seni budaya yang ada di Banyuwangi, serta mengedukasi milenial tentang seni pergelaran wayang kulit.
"Semoga dengan festival ini ada regenerasi dalang dan sinden, sehingga pergelaran seni wayang tetap bisa kita nikmati. Jadi ini tidak hanya membangun destinasi wisata, namun juga membangun sumber daya manusia melalui seni dan budaya yang adiluhung ini, supaya identitas dan kekayaan dari Banyuwangi tidak hilang," kata Sugirah.
Pergelaran wayang kulit yang digelar di Desa Purwoasri, Kecamatan Tegaldlimo, membuat penonton yang berdatangan takjub dengan kolaborasi tiga dalang yang memainkan wayang secara bersama, yakni Dalang Ki Sanggit Abhillawa, Ki Galih Kidung Wibowo, dan Ki Edo Sabdo Carito.
Ketiga dalang itu tampil atraktif dengan mengangkat judul "Ampak-Ampak Manahilan", yang mengisahkan penyesalan raksasa yang melakukan peperangan balas dendam di hutan manahilan dengan cara licik. Meski mengerahkan segala kekuatan, namun sang raksasa tetap kalah dengan kesatria kebenaran.
Ketua Panitia Festival Wayang Kulit, Punjul Ismu Wardoyo mengatakan bahwa pergelaran ini merupakan bentuk semangat seniman wayang kulit bangkit setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19.
"Ini bukti perjuangan teman-teman seniman wayang kulit, dalang, sinden, wiyogo dan lainnya, untuk terus eksis meski sempat lama libur," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021